Hipparchus, Piramida dan Trigonometri

Frankfurt am Main, BlackCoffeePost. Piramida-piramida bangsa Mesir kuno yang dibangun 4000 tahun yang lalu, masih merupakan contoh yang paling kuat dari struktur yang menggunakan bentuk-bentuk segitiga. Bangunan batu yang sangat besar ini terdiri dari dinding segitiga miring yang diatur di atas dasar persegi. Piramida yang tertinggi, piramida besar khufu, sebenarnya memiliki tinggi 147 m (482 kaki).

Orang-orang Mesir kuno menemukan bahwa jika sebuah piramida dipotong secara vertikal sepanjang diagonal dasarnya, menjadi empat bagian kecil, maka bentuk-bentuk yang sama (sebangun) dan dihasilkan. Setiap bangun tadi mempunyai titik potong yang merupakan sudut siku-siku (segitiga siku-siku atau segitiga dengan sudut 900). Dalam daun lontar peninggalan bangsa Rhind, Ahmes menggunakan penemuan ini untuk menunjukkan bagaimana ketinggian dari sebuah piramida berhubungan dengan ukuran dan sudut kemiringan dari setiap dinding segitiga. Ia membuat sebuah tabel perbandingan (rasio) yang dapat membantu para pembuat piramida agar mereka yakin bahwa keempat sisi piramida memiliki sudut kemiringan sesuai dengan yang dibutuhkan. Tabel Ahmes merupakan tabel pelopor dari perbandingan-perbandingan ”trigonometris”, yang masih digunakan oleh para matematikawan sampai saat ini.

Hipparchus

Hipparchus dari Nicea (± 170-125 SM) takjub akan astronomi dan dia mempelajari sifat-sifat bola-planet Bumi. Kerjanya merupakan upaya paling awal dari manusia untuk memikirkan rumusan trigonometri. Dia menerapkan trigonometri untuk menentukan letak kota-kota di atas Bumi dengan memakai garis lintang dan garis bujur, sistem yang masih dipakai sampai sekarang.

Mekkah

Kota Mekah, di Saudi Arabia sebelah barat, adalah tempat kelahiran Nabi Muhammad penyebar agama Islam di sekitar tahun 570 M. Ini adalah kota yang paling suci bagi umat Islam. Para penganut agama Islam bershalat lima kali sehari menghadap ke arah kota ini, dan jutaan orang juga melaksanakan kunjungan suci ke kota tersebut. Di sana orang-orang berdoa di Kabah, sebuah tempat suci di kota Mekah. Mulai dari abad kedelapan orang-orang Islam mendalami trigonometri. Mereka memanfaatkan teknik ini untuk memandu mereka melewati gurun menuju Mekah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: