Catatan Kereta No. RB15367

Screen Shot 2016-01-14 at 15.09.20

Ini adalah catatan ringan mengisi waktu perjalanan sore pulang dari kampus di Frankfurt menuju tempat tinggal di Heidelberg selama 1,5 jam menggunakan Kereta Regional Jerman (DB RegioBahn) bernomor RB15367.

Matematika dan hal lain

Frankfurt (05.11.2015). Di akhir tahun 2013 saya mendapat kado istimewa dari supervisor (mungkin maksud beliauadalah kado natal). Kado itu berupa buku karyanya sendiri berjudul ‘Mathematik + Sport’. Di kampus ini juga, saya sering berdiskusi dengan seorang kolega non muslim berkewarganegaraan Jerman pengajar Mata Kuliah ‘Islamische Mathematik’ (pernah saya ceritakan di posting sebelumnya tentang Matematika, Islam dan Eropa). Di Summer 2015, saya juga mengikuti perkuliahan Geometri di Pegunungan Alpen, Austria.
Saat ada pesta, kemudian memotong kue, kamipun berdiskusi tentang bagaimana memotong kue yang baik menurut konsep geometri. Tahun lalu, saya diajak supervisor saya untuk mengikuti kegiatan beliau di suatu sekolah, membawa bola sepak berbagai motif dan seri (hampir tiap seri piala dunia dan kejuaraan lainnya), beliau membahas pola/ motif jaring-jaring bola dan juga membahas tentang prediksi pemenang tiap pertandingan di piala dunia. Saat membantu supervisor pindahan rumah, saya melihat bagaimana dia menyiapkan dan membawa barang-barang sesuai konsep matematika, misal: posisi lemari harus sejajar dengan tangga saat dua orang turun tangga membawa lemari yang akan dipindahkan.
Saya melihat, ada hunungan antara matematika dengan hal-hal lain di kehidupan sehari-hari, bahkan hal sederhana sekalipun. dan hari ini saya dikejutkan dengan sebuah diskusi kolega saya yang menyiapkan tugas perkuliahan pendidikan aljabar. Dia membuat tugas untuk mahasiswa, khususnya mahasiswi. Kata dia, saya ingin membantu mereka untuk memilih ukuran BH yang tepat melalui pemodelan matematika. ?

—–

Persahabatan dalam perbedaan

Heidelberg (23.10.2015). Hari Jumat ini, tidak seperti hari biasanya, kami menjemput Diya dari kindergartennya lebih awal dari jam penjemputan. Tahu ayahnya datang, Diya buru-buru memakai jaket dan syal serta memakai sepatunya. Tiba-tiba, seorang teman dekatnya lari-lari datang menghampiri kami, ternyata dia membawakan tempat minumnya Diya yang tertinggal di meja makan bersama. keluar Kindergarten, Diya bertanya: “Kok ayah sudah datang?”.
Di perjalanan saya menjelaskan kalau ayah dan bunda ingin mengajak Diya untuk ikut Sholat Jumat di Masjid. “Kok … (menyebut nama temannya) ngga ke masjid?”. Saya jawab, karena dia beragama kristen jadi tidak pergi ke masjid, dia perginya ke gereja, Diya seorang muslim, agamanya Islam, jadi pergi ke masjid. Kemudian dia menyebutkan nama-nama teman-temannya, yang di Semarang dan juga di Hedelberg, tanya agamanya apa. Semoga, dialog singkat itu bisa menanamkan pemahaman dia tentang perbedaan beragama dan bagaimana menjalin persahabatan dalam perbedaan.

—–

Sederhana

Frankfurt am main (22.10.2015). Lagi, sebuah pesta diadaka di institut saya. Seorang kolega pindah tempat kerja. Di dapur kantor, tempat kami biasa makan siang bersama, kue vegeratian satu baki tersedia disebelah teko kopi. Pesta dimulai dengan kata-kata pamitan. kemudian dilanjutkan dengan obrolan ringan sambil menikmati hidangan. Setelah selesai, saya melihat beberapa teman memberikan buku karyanya sebagai kenang-kenangan, sementara seorang teman lainnya memberikan sebuah gantungan kunci terbuat dari kayu oleh dia sendiri. Sayapun memberikan sebuag buku berjudul ‘Kultur Shock’ (Indonesien). Dia tertawa dan bilang “Selama kita bersama, selalu ada kultur shok diantara kita..”. Memang, saya sering merasa shock dengan budaya disini, kali ini saya fokus pada kesederhanaan.
Bukan hanya pesta, peralatan yang mereka pakai, seperti HP, pun terlihat sederhana. Sampai pada suatu saat diawal saya berada disini, saya merasa malu untuk mengambil iPhone saya saat ada SMS masuk dan waktu itu saya sedang bersama teman-teman. Beberapa dari teman saya menggunakan HP sederhana, bukan smartphone, bahkan ada yang masih monochrome. Tentunya tidak semua dari mereka seperti demikian, beberapa juga menggunakan smartphone canggih. Tim penelitian saya memang sebagian besar menggunakan smartphone karena project kami berkaitan dengan alat itu.
Sebagian besar dari teman-teman saya pergi ke kampus menggunakan transportasi umum, jalan kaki atau bersepeda, meskipun mereka mempunyai mobil di rumahnya. Seorang profesor pergi ke kampus menggunakan sepeda meskipun dia punya mobil mersi dengan seri yang berkelas. Tentu saja, ini bukan hanya masalah kesederhanaan, tetapi terjaminnya fasilitas publik di Jerman pasti menjadi faktor penyebabnya.
Saya melihat kesederhanaan di satu sisi, mungki disisi lain ada unsur ketidaksederhanaan. Misalnya, berlibur ke luar negeri beberapa hari bahan beberapa bulan, tentunya itu bukanlah termasuk dalam kategori sederhana. Tapi setidaknya, apa yang saya jumpai benar-benar membuat saya ‘shock’ dan ini telah ‘menapar’ saya untuk mengingatkan bahwa persepsi saya terhadap budaya di negara maju seperti Jerman ini.

—–

Berebut syal pakai bahasa Jerman

Emerstgrund (07.10.2015). Pulang dari kampus malam ini sampai rumah pukul 21:00, lumayan capek, tp terobati dengan menikmati kopi bikinan istri saya dan mendengarkan cerita Diya tentang aktifitasnya di kindergarten, dari cerita perjalanan berkuda bersama tim KiGa hingga mempraktekkan percakapan antara dia dan temannya (dalam bahasa Jerman) saat rebutan syal.

—–

Saling mengabarkan

Oberursel (28.09.2015). Setelah seminggu sy tdk ke kampus dilanjutkan seminggu berikutnya supervisor tugas di luar kampus, pagi ini (28/09) saya melaporkan hasil pekerjaan saya (paper), dan beliau juga mengabarkan tentang apa yang telah dikerjakan beberapa hari ini dengan memberikan sebuah booklet kegiatan minggu kemarin.. Dan yang tidak pernah lupa adalah menanyakan dan bercerita tentang keluarga dan aktifitas akhir pekan.

—–

Menyapa dengan kartu

Heidelberg (20.07.2015). Saya amati, disini, ada kebiasaan untuk saling berkirim kartu, baik kartu pos, ucapan selamat ultah, kelahiran anak, keberhasilan, pernikahan, terima kasih, dan lainnya. Akhir pekan ini kami ajak Diya untuk memilih kartu untuk dikirim ke ‘guru’ favoritnya yang sedang sakit.. “Gute Besserung…”.
Setiap bulan maret, saya juga mendapatkan kartu ucapan ulang tahun dari tim penelitian saya di kampus. kartu ucapan bertemakan sesuai dengan hobi atau karakteristik orang yang akan dikirimi kartu ucapan, misalnya: mereka mengirim kartu ucapan untuk saya dengan tema ‘Math and Sport’, pernah juga kami mengirim kartu untuk teman kami bergambar orang kekar berkumis tebal, sesuai dengan penampilan dia yang atletis, karena dia adalah guru olah raga dan matematika di Gymnasium (Sekolah Menengah Umum) dan berkumis.
Hal ini juga saya lakukan ketika saya bertugas di kota/ negara yang baru pernah saya kunjungi. Saya mengirimkan kartu pos bergambar khas kota tersebut untuk istri dan anak saya dan juga untuk orang tua saya. Diantaranya, saya pernah kirim dari Valencia dan Madrid (Spanyol), Paris (Perancis), Kleinwasertal (Austria), Vancouver (Kanada), Cebu City (Philipina), Incheon (Korea Selatan).

—–

Terhadap hewan

Klein Wasertal, Austria (09.08.2015). Suatu hari saya mengikuti sebuah perkuliahan. Sebelum perkuliahan dimulai, tiba-tiba ada seekor capung masuk ke ruang kelas. Beberapa orang di dalam ruangan khawatir kalau capung itu tidak dapat keluar ruangan dengan selamat. Tetapi, seorang diantara mereka mencoba menyelamatkannya dengan memberikan petunjuk jalan keluar ruangan itu, dan akhirnya capung itu dapat keluar ruangan dan bebas terbang di luar sana. Misi penyelamatan itu disambut tepuk tangan meriah oleh seluruh temannya atas keberhasilannya.

—–

Kado lebaran

Eppelheim (09.07.2015). Tiba-tiba di meja kampus ada bungkusan, “Saya tidak tau tradisi kalian menyambut ‘hari setelah ramadhan’, tp saya ingin memberikan ini buat anakmu, semoga dia senang dengan ini di hari istimewa kalian” kata teman kerja yang memberikan kado menjelang lebaran.

—–

‘Guru’nya calon guru

Frankfurt (29.04.2015). Diskusi rutin bulan ini berlangsung sampai malam, sampai rumah jam 23.00, tidak sempat bermain dengan Diya sebelum dia tidur. Tidak seperti biasanya, krn setelah presentasi, tim mengadakan pesta (walaupun, seperti biasa, saya tdk bs ikut menikmati ‘minuman’nya) karena seorang anggota tim telah selesai project utk studinya dan akan mengajar di sekolah selama 21 bulan. Setelah mengikuti program itu, dia bisa/ boleh menjadi seorang guru. Kamu kan bisa bekerja di universitas dengan PhD-mu, jawab dia: “saya harus pernah menjadi guru sebelum saya mengajar calon guru”.

—–

Freitag ist Frei-tag (Java: prei)

Peter Bohn Strasse (30.01.2015). Hari Jumat, supervisor menyarankan saya untuk tidak memilih hari tsb utk bekerja di kampus shg bisa ke masjid untuk Jumatan, pagi hari, kesempatan utk antar Diya k Kindergarten utk bermain2 dgn teman2. Maklum d rumah tdk banyak mainan dan tentunya tdk ada teman sebaya yg bisa diajak main, paling mainan sama ayah bundanya.

—–

2 Tiket gratis nonton opera

Eschborn (21.03.2014). Minggu ini saya mendapatkan 2 tiket dari supervisor saya untuk nonton opera hari Jumat, 21 Maret 2014 pukul 19.00 – 23.00 di Opernhaus Frankfurt dengan judul “Così fan tutte, ossia La scuola degli amanti” by Wolfgang Amadeus Mozart. “Pergilah ke Gedung Opera bersama seorang temanmu. Disana kamu akan tahu salah satu kebudayaan eropa, pertunjukan opera, tapi ingat, pakailah jas formal” Kata beliau.
Così fan tutte, ossia La scuola degli amanti (Thus Do They All, or The School for Lovers) K. 588, adalah sebuah opera buffa berbahasa Italia dalam 2 acts oleh Wolfgang Amadeus Mozart pertama kali perform pada tahun 1790. Libretto ditulis oleh Lorenzo Da Ponte, yang juga menulis Le nozze di Figaro dan Don Giovanni. Meskipun diketahui bahwa Così fan tutte ditulis dan disusun atas saran Kaisar Joseph II, penelitian terbaru tidak mendukung ide ini. Ada bukti bahwa Mozart’s contemporary Antonio Salieri mencoba untuk mengatur libretto tetapi meninggalkannya dalam kondisi belum selesai . Pada tahun 1994, John Rice menemukan dua terzetti oleh Salieri di Perpustakaan Nasional Austria. Judul, Così fan tutte, secara harfiah berarti “Demikianlah semua (perempuan)” dan populer digunakan untuk berarti “Wanita seperti itu”. Kata-kata yang dinyanyikan oleh tiga orang dalam act 2, scene 13, tepat sebelum akhir. Da Ponte telah menggunakan garis “Così fan tutte le belle” sebelumnya di Le nozze di Figaro (dalam act 1, scene 7).

—–

Thank you, danke, terima kasih

Vancouver (17.06..2014). Saya melihat ada yang menarik di sini, Vancouver City. Hampir setiap orang yang turun dari bus, baik dari pintu depan, tengah maupun belakang, mereka berteriak kencang mengucapkan ‘thank you’ kepada sopir bus yang telah mereka tumpangi. Awalnya saya heran, tetapi setelah itu selama hampir seminggu di sana, saa merasa senang untuk mengikuti kebiasaan setempat yang baik itu. Demikian halnya dengan di Frankfurt, sepertinya kata ‘danke’ menjadi salah satu kata yang paling sering saya dengar hampir tiap harinya. Bahkan saya pernah melihat, saat sedang antri membayar barang yang saya beli, seorang kasir berlari meninggalkan mejanya menuju ke luar ruang kasir untuk mengejar seorang pembeli dan mengatakan ‘Ini Jerman’ dan menyuruh dia untuk berterima kasih kepadanya. Maksud dia adalah mengingatkan orang itu yang sepertinya merupakan pendatang baru untuk mengenali kebiasaan setempat. Di Banjarnegara pun, kata terima kasih atau matur nuwun adalah kata yang sering diucapkan atas kebaikan orang lain.

—–

Matematika, Islam dan Eropa

Frankfurt (07.03.2014). Seorang teman berkewarganegaraan Jerman mendatangi saya dan bertanya, “Bist du Muslim?” Dia menanyakan itu setelah melihat beberapa “keanehan” pada diri saya. Selain selalu mendapat menu spesial berupa makanan halal saat menghadiri pesta, dia melihat ada “karpet khusus” di rak ruang kerja saya.
“Lalu, apa ini?” tanyanya lagi sambil menunjuk sajadah. “Ke mana kamu mengarahkan ini saat beribadah? Dan bagaimana kamu tau?” tanyanya lagi. Saya tunjukkan arahnya dan jelaskan bahwa saya punya aplikasi smartphone penunjuk arah kiblat dan pengingat waktu shalat. Masih belum puas, ia bertanya lagi. “Bagaimana jika aplikasi tidak berfungsi? Bagaimana kalau suatu saat kamu mengalami kesulitan dalam menentukan arah?” Saya jawab lagi, kita punya pendekatan matematis yang juga menjadi dasar pengembangan aplikasi itu. Toh, Tuhan maha pemurah. Dalam kondisi tertentu ada keringanan-keringanan yang diberikan untuk hambaNya.
Rentetan pertanyaan itu tidak ia gunakan untuk menginterogasi. Dia sudah tahu jawabannya dan hanya sedang menguji. Sebab, meski bukan seorang muslim, dia ternyata pengajar Islamiche Mathematik di Goethe University, Frankfurt am Main, tempat kini saya kuliah. Dalam mata kuliah tersebut dibahas tentang penerapan konsep matematika dalam Islam. Misalnya bagaimana menentukan waktu salat, menentukan arah qiblat, juga penentuan waktu dalam lunar calendar.
Untuk menentukan hal-hal itu, konsep-konsep dasar matematika digunakan. Misalnya, konsep tentang sudut, segitiga, bola, teorema pythagoras, dan trigonometri. Selain itu, dibahas pula contoh-contoh Islamischen mathematischen tradition di abad ke 8-15 M. Setelah berdiskusi cukup lama, dia memberikan beberapa file artikel ilmiah tentang Matematika Arab/ Islam. Di akhir pembicaraan, teman saya mengatakan “Ini sudah waktunya untuk kamu menghadap ke sana (qiblat). Segeralah beribadah sebelum masuk waktu berikutnya.” Sambil tersenyum ia mengatakan “Selamat beribadah.”

—–

‘Tugas’ nonton Liga Jerman

Frankfurt (28.09.2013). Setelah tugas pertama (presentasi perdana di forum institut dan tim penelitian) da tugas kedua (mendesain math trail di Kota Frankfurt) sedang proses penyelesaian. Tiba-tiba, telpon ruangan berdering, supervisor mengundang saya untuk datang ke ruangannya. Setibanya di ruangannya, beliau memberikan tiga lembar kertas. Tugas ketiga, itu yang saya pikirkan. Ternyata, “Sabtu ini ada pertandingan sepak bola tim Frankfurt, datanglah kesana bersama seorang temanmu, supaya kamu tahu tradisi kami, Jerman dan Sepak Bola” kata beliau sambil memberikan dua tiket Bundesliga dan selembar peta menuju stadion. Cara luar biasa dalam memperkenalkan kebudayaan kepada pendatang baru di negaranya.