Kebatinan Dalam Revolusi, Kasus Sumarah

Hallo teman-teman semua… kali ini saya akan membagikan materi tentang kebatinan dalam revolusi, materi ini di sampaikan di semester 5, dengan mata kuliah sosiologi politik. Kalian dapat membacanya di bawah ini

Berawal tentang kasus Sumarah. Sumarah adalah kata Jawa yang berarti penyerahan total, yang kurang lebih bisa melukiskan dengan tepat tujuan dan sifat dari praktek Sumarah. Di dalam Sumarah terdapat keyakinan bahwa evolusi kesadaran spiritual dan praktek-praktek terjadi melalui penanggapan secara langsung terhadap kebutuhan zamannya. Di dalam setiap fase dari sejarah Sumarah terjadi perubahan yang terkait dengan perubahan di dalam kesadaran, teknik, kosmologi dan konteks.

Selama periode perang kemerdekaan, meditasi Sumarah tetap terbagi dalam dua corak yang asasi. Mereka yang telah mencapai kedewasaan di dalam dirinya mempraktekkan “kesepuhan”, yaitu meditasi dewasa. Mereka yang muda di dalam perkembangan spiritualnya masuk dalam kelompok kanoman. Praktek-praktek kanoman dapat dipandang sebagai suatu varian dari praktek-praktek kejawen tradisional, disebut kadigdayaan, yaitu seni para ksatria. Kanoman meliputi praktek karaga, karasa dan kaswara berturut-turut berarti gerakan otomatis yang berhubungan dengan seni bela diri, persepsi intuitif dari keadaan rohaniah seseorang atau peristiwa-peristiwa yang tidak tertangkap melalui panca indera dan kemampuan berbicara dalam berbagai bahasa.

Terdapat proses-proses semangat gemilang di dalam sejarah Sumarah. Pertama, terdapat suatu proses inti, sebagaimana Sumarah melihatnya dari dalam, di mana hakiki telah dilimpahkan ke dalam lingkungan yang jauh lebih luas dalam istilah-istilah Sumarah, lebih banyak warga telah mendasarkan hidup mereka pada penyerahan total dan kepercayaan penuh kepada Tuhan. Dengan kata lain, para warga paguyuban telah mencapai kesadaran spiritual yang lebih tinggi, di mana mereka dapat mengalami bimbingan lansung dari Tuhan di dalam diri mereka, lebih daripada harus menyandarkan diri pada petunjuk-petunjuk berupa kata-kata mistik dari guru-guru manusia. Kedua, meninjau sejarah Sumarah dari sudut pandang kultural dan sosial, terdapat suatu proses kristalisasi keorganisasian yang kontras dengan ikatan kejawen, tempat ia berasal.

Sumarah menjelaskan satu unsur dari sebuah proses yang sedang terjadi di dalam kebatinan sebagai keseluruhan. Kanjeng Ratu Kidul, sebagai pemegang kuasa dalam kerajaan roh di dalam diri kita, mewakili penyaringan pengaruh-pengaruh nenek moyang, yang memberikan bentuk dan hakikat kepada jiwa sebagaimana kita menghayatinya. Kerajaan roh adalah suatu perwakilan dari pola-pola kultural yang kita warisi secara karmis dari nenek moyang kita, roh-roh itu hidup di dalam kita. Untuk memenuhi revolusi, untuk melengkapi proses pembebasan yang dikandung oleh revolusi dan untuk mendorong individu-individu untuk mengabdikan hidup mereka kepadanya, menuntut penyerahan total segenap aspek batinnya kepada Tuhan. Sukino menerima wahyu Sumarah sebagai jawaban atas doa-doanya untuk kemerdekaan, bukan karna ia minta bantuan di dalam proses kemerdekaan fisik dari Belanda, tetapi karena dulu dan sekarang sujud Sumarah berupa sebuah jalan ke arah pembebasan total, itulah yang dinamakan “revolusi batin”.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: