Arsip Kategori: Tugas Kuliah Semester 1-4

Kajian Etnografi

Laporan perjalanan KKL di Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Desa Ujung gagak.

Saya dan teman-teman angkatan 2015 jurusan sosiologi & antropologi semester 3 pada hari kamis tanggal 6 oktober 2016 melakukan KKL yang pertama di Kabupaten Cilacap di Desa Ujung gagak. Semua peserta dan panitia KKL di wajibkan datang tepat pukul 02.00 wib di lorong C7. Saya datang tepat jam 02.00 wib ternyata masih banyak teman-teman yang belum datang. Bahkan pada saat detik-detik pemberangkatan satu anak dari kelompok kami belum datang. Saya dan teman-teman berusaha menghubunginya akhirnya anak tersebut datang dengan wajah yang kelelahan. Setelah hampir jam 03.00 wib peserta maupun panitia KKL di kumpulkan lalu di bariskan sesuai dengan kelompoknya masing-masing. sekitar lebih dari jam 03.00 wib peserta dan panitia beserta Ibu/Bapak dosen di berangkatkan. Dosen yang ikut membimbing KKL ada Bu Asma, Bu Arsi, Bu Lilis, Pak Bayu, Pak Trisnu dan Pak Didi. Ada 2 bus yang akan menghantarkan kami ke Cilacap. Saya kebetulan mendapat bus 2 yang didampingi oleh Bu Asma, Bu Arsi dan Bu Lilis. Di awal perjalanan bus 2 sudah mulai menikmati perjalanannya dengan berkaroke bersama. Awal lagu di nyanyikan oleh Bu asma yang berjudul Hampa penyanyi Ari Lasso. Lalu di susul dengan Bu Lilis hingga mahasiswi lainnya. Suasana bus 2 seketika hening ketika jam menunjukkan pukul 03.30 wib, karena mungkin semua mahasiswanya ketiduran termasuk saya. Kemudian Bus berhenti sekitar pukul 05.30 wib saya pun terbangun untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah. Setelah sholat subuh saya kembali masuk ke dalam bus untuk melanjutkan istirahat. Pagi harinya perut mulai terasa lapar tetapi tidak ada jatah untuk sarapan pagi hanya dibagikan satu snack dan satu botol air saja, untung sewaktu malam harinya snack milik saya belum saya makan, jadi pagi harinya saya dapat menghabiskan snack tersebut. saya duduk bersama wiwin wahyuningsih, ternyata dia tidak menyukai satu snack yang menurut saya itu enak, lalu snack tersebut diberikan kepada saya, begitu kenyangnya perut saya waktu itu. Bus terus berjalan menuju Pelabuhan Sleko Cilacap.

 
Lanjutkan membaca Kajian Etnografi

Buku “Teori Budaya” mengenai Sub-sub Strukturalisme

Di dalam buku ini membahas struturalisme miliknya Levi-Strauss. strukturalisme Levi-Strauss ini berbicara mengenai strukturalisme Prancis sama dengan berbicara mengenai skema teoretik Levi-Strauss. Yang melatarbelakangi teoretik Levi-Strauss yaitu metodologi linguistik struktural, misalnya bahasa. Jika di tinjau sebagai sistem bunyi bahasa ialah fonem-fonemnya, yakni kelompok signifikan yang memuat unsur-unsur bunyi. Bila fonem itu digabungkan menjadi unit linguistik yang lebih besar, maka muncul arti, dengan demikian timbullah komunikasi. Linguis bertugas menembuskan pandang terhadap manifestasi permukaan ungkapan kebahasaan, hingga menemukan kaidah struktural yang mendasarinya dan yang dikatakan sebagai sebab kemunculan ungkapan kebahasaan ini.

 
Lanjutkan membaca Buku “Teori Budaya” mengenai Sub-sub Strukturalisme

Mata kuliah Teori-Teori Budaya

Etnografi Dan Kebudayaan

Pengarang: Spradley

        Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan, yang bertujuan memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. oleh karena itu, penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berpikir, dan bertindak dengan cara-cara yang berbeda . bukan hanya mempelajari masyarakat akan tetapi etnografi berarti belajar dari masyarakat.

Lanjutkan membaca Mata kuliah Teori-Teori Budaya

Teori Sosiologi Modern

Teori konflik menurut Karl Marx terjadi karena adanya pemisahan kelas di dalam masyarakat, kelas sosial tersebut antara kaum borjuis dan kaum proletar, di mana kaum borjuis yang mempunyai modal atas kepemilikkan sarana-sarana produksi sehingga dapat menimbulkan pemisahan kelas dalam masyarakat. Karl Marx menunjukkan bahwa dalam masyarakat pada abad ke-19 di Eropa terdiri dari kelas pemilik modal (kaum borjuis) dan kelas pekerja miskin (kaum proletar). Kedua kelas tersebut tentunya berada dalam struktur sosial hierarki yang jelas sekali perbedaannya. Dengan jahatnya kaum borjuis kepada kaum proletar maka kaum borjuis memanfaatkan tenaga dari kaum proletar. Kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi, keadaan seperti ini akan terus berjalan selama beriringnya waktu, karena kaum proletar yang pasrah, menerima keadaan yang sudah ada, kaum proletar menganggap bahwa dirinya itu sudah takdirnya menjadi buruh atau kaum pekerja. Dari ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar yang disebut revolusi, hal ini bisa terjadi karena adanya kesadaran dari kaum proletar yang dieksploitasi kepada kaum borjuis, dari kesadaran tersebut menjadikan persaingan yang merebutkan kekuasaan, sehingga lahir tatanan kelas masyarakat pemenang yang kemudian mampu membentuk tatanan ekonomi dan peradaban yang maju dalam masyarakat.

Lanjutkan membaca Teori Sosiologi Modern

Religi dan Etika Jawa

Dahulu waktu saya masih kecil keluarga saya selalu memberi nasihat-nasihat mengenai nilai-nilai kebudayaan Jawa, banyak sekali aturan-aturan yang harus di patuhi. Yang paling sering memberi nasihat tentang nilai-nilai kebudayaan Jawa yaitu Nenek saya. Mulai dari hal terkecil seperti bagaimana cara perempuan duduk, makan sampai ke hal terbesar seperti bertingkah laku, berbicara, berpenampilan dan lain sebagainya. Waktu saya berusia sekitar 7 tahun Nenek saya selalu mengingatkan kalau makan tidak boleh bersuara karena jika sedang makan mengeluarkan suara maka di katakan tidak sopan, jika saya makan lalu nasinya tidak di habiskan maka keluarga saya akan menegur, mereka mengatakan jika makan tidak di habiskan maka ayam kita akan mati. Padahal keluarga saya tidak ada yang memelihara ayam. Awalnya saya tidak tahu makna dari perkataan tersebut saya hanya mengikuti nasihat yang diberikan oleh keluarga saya, hingga akhirnya saya mengerti makna dari perkataan tersebut yang mana kita harus menghargai sebutir padi yang di tanam oleh petani, petani dalam menanam padinya tentunya melalui proses yang sangat panjang, belum lagi cuaca yang tidak mendukung yang akan menyebabkan gagal panen, dari situlah saya dapat mengambil pelajaran mengenai menghargai orang lain dan juga hidup untuk hemat (gemi). Lalu ketika saya duduk dengan kedua kaki terbuka sebutan orang Jawa mentang orang tua saya selalu menegur dengan mengatakan “perempuan harus duduk dengan tumakninah jangan mentang-mentang semaunya sendiri” dari situ mulailah saya menerapkan hingga sekarang posisi duduk yang baik untuk perempuan. Perempuan juga tidak boleh duduk di depan pintu, sesekali saya pernah duduk di depan pintu sambil mainan handphone lalu ibu saya menegur dengan mengatakan “perempuan pamali duduk depan pintu, nanti yang mau ngelamar balik lagi ga jadi ngelamar” begitu ucapan dari Ibu saya. Hingga sekarang ini saya mengerti makna dari perkataan Ibu saya bahwasanya kita dilarang duduk di depan pintu di karenakan menghalangi orang yang lewat karena orang biasanya jalan muter-muter melewati pintu, jadi ketika saya duduk di depan pintu akan menghalangi orang jalan.

Lanjutkan membaca Religi dan Etika Jawa