• Tuesday, September 13th, 2016

Saya dan istri mengakui bahwa kajian Madrasah Istiqlal semakin surut santrinya. Kendalanya bermacam-macam. Pertama, ada santri yang les di sekolahan dari hari Senin hingga Jum’at. Padahal Madrasah Istiqlal dilakukan pada hari Senin hingga Kamis. Kedua, santri (anak) mengikuti perpindahan rumah. Dulu, ia mengontrak di sekitar rumah saya. Sehingga ia aktif mengaji di rumah saya. Ketiga, faktor lain, seperti kecapean atau jam sekolah belum selesai.

Memang itu semua tantangan untuk kami dalam mengelola Madrasah Istiqlal. Kami secara professional dengan mengumpulkan orang tua, pembagian raport, menyediakan sarana prasarana (buku, bolpen, crayon, buku gambar, jilid, papan tulis, spidol, dan lainnya), dan guru mengaji yang selalu stand by.

Segala tantangan, kami mencoba menyelesaikannya. Satu per satu, kami menyelesaikannya. Mulai dari jam mengaji dipilih sore hari karena harapannya orang tua bisa mengantar anaknya sembari memberi makan dan bermain. Ketersediaan sarana dan prasarana yang belum memadai sama sekali. Alhamdulillah berkat proposal yang saya buat, toko AJM ‘mengijabahi’ semua permintaan kami atas proposal yang saya buat. Kajian yang dihari tertentu libur karena ada kepentingan, kami menyiapkan guru yang stand by. Permasalahan tersebut, kita selesaikan agar Madrasah Istiqlal tetap berjalan. Namun, justru permasalahan yang terjadi adalah minimnya santri kami. dulu santri stabil empat hingga lima orang. Sekarang, yang aktif mengaji hanya dua orang santri. Alhamdulillah masih ada yang hadir.

Kondisi ini sangat susah bagi kami untuk menentukan nasib Madrasah Istiqlal. Karena akan berdampak pada profesionalisme keberadaan Madrasah Istiqlal. Jadi serba bingung. Menyalahkan santri yang tidak mengaji, jelas tidak boleh. Mau mempertahankan, Madrasah Istiqlal, namun santrinya semakin susut. Belum lagi, apakah orang tuanya mengetahui perkembangan kemajuan anak mengajinya? Karena, jangan sampai anak mengaji, namun orang tuanya cuek terhadap perkembangan mengaji anak. Jika Madrasah Istiqlal saya tutup, maka nanti anak saya akan mengaji dimana? Lha wong tujuan membuat Madrasah Istiqlal agar anak saya bisa mengaji.

Permasalahan-permasalah  atau kalimat tanya di ataslah yang belum kami selesaikan. Kami berharap ada kerjasama antara orang tua dengan pengelola Madrasah Istiqlal terhadap keberadaan sekolah mengaji ini.  Sederhana memang tujuan Madrasah Istiqlal ini agar anak-anak yang disekitar lingkungan kami bisa mengenal Allah dan bisa membaca kitab suci orang Muslim yaitu Alqur’an. Butuh ketegasan juga, apakah harus dilanjutkan keberadaan Madrasah Istiqlal. Atau harus ditutup  Madrasah Istiqlal karena masalah justru pada internal, bukan secara material. Semoga Allah memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan Madrasah Istiqlal, Semarang.

 

Semarang, 12 September 2016

Agung Kuswantoro

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply