• Saturday, May 05th, 2018

Bedah Buku Mengambil Hikmah Dari Kehidupan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Buku yang saya tulis ini adalah buku mengenai motivasi. Saya menyebutnya, motivasi. Karena judul awal dari buku ini adalah “Menasihati Diri Sendiri”. Kemudian, atas usul penerbit (Quanta), buku ke-14 yang saya tulis dirubah menjadi “Mengambil Hikmah Dari Kehidupan”.

 

Sederhana, isinya. Mengkaji tentang pengalaman pribadi penulis. Pengalaman yang saya alami, saya “ikat” dengan sebuah tulisan, lalu dicari “nilai” atau “value” dari setiap peristiwa tersebut.

 

Ada beberapa tema secara garis besar dari isi buku tersebut. Yakni, pendidikan, motivasi hidup, manajemen hati, agama, sosial, dan kehidupan kampus.

 

Saya yakin, setiap orang pasti mengalami suatu peristiwa pengalaman hidup. Namun, apakah pengalaman itu bisa memberikan “pembelajaran” baginya? Ataukah pengalaman tersebut memberikan kebermanfaatan untuk orang lain? Itu, yang inti dari hikmah.

 

Misal, ada ada judul “Hidup Itu Memutuskan”. Inti pesan yang saya katakan dalam buku tersebut, bahwa tegaskan hidup kita dengan berani membuat keputusan. Keputusan inilah yang membuat kita percaya diri. Karena dia, hanya berharap pada Allah. Bukan, manusia.

 

Itulah contoh sebuah hikmah yang saya dapatkan dalam kehidupan ini. Tema ada di sekitar kita. Tetapi, kita harus “menangkap” setiap moment itu. Jangan sampai itu “lepas” begitu saja.

 

Agama memerintahkan kepada kita untuk baca. Membaca tidak harus berhadapan dengan buku. Lingkungan dan kehidupan kita, juga itu “bacaan” menarik untuk kita pahami.

 

Misal, mengapa ada orang yang memiliki rizki berkecukupan, tetapi hidupnya bahagia? Sebaliknya, orang yang memiliki rizki banyak, tetapi hidupnya memiliki banyak masalah? Itulah, “bacaan” yang harus dipahami.

 

Kasus tersebut, di lingkungan kita pasti ada yang seperti itu. Namun, saya tidak begitu saja “pemandangan” kehidupan itu “hilang” begitu saja.

 

Contoh momen kehidupan lain yang saya tulis dalam buku itu yaitu demonstrasi ide, hati: filling cabinet abadi, komunikasi tak bermakna, contract yourself, demi Tuhan bukan sumpah, menanam nilai konservasi, munafik diri, mengkliping google, dan judul lainnya.

 

Untuk lebih mengetahui isi buku lengkapnya. Silakan, baca buku saya yang sederhana dan tidak tebal. Sebagai penutup, saya mengutip epilog dari buku saya tersebut, yaitu saat sedang memiliki problem dalam hidup, biasanya kita membutuhkan nasehat orang lain untuk menyemangati dan memberikan solusi atas permasalahan yang sedang kita hadapi.

 

Namun, terkadang ketika kita curhat ke orang lain, orang itu malahan lebih banyak bercerita tentang dirinya sendiri bukannya mendengarkan. Tabiat manusia memang lebih suka berbicara daripada mendengar. Oleh karena itulah kita butuh berdialog dengan diri sendiri. Dialog antara pikiran dengan hati. Dialog pikiran dengan hati, akan berdampak pada motivasi diri. Kita akan bisa memandang dengan “jernih” setiap masalah yang sedang kita hadapi, dan juga berpengaruh pada orang lain.

 

Semarang, 6 Mei 2018

 

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply