• Saturday, July 04th, 2020

 

Ingat Lek Syukur (Almarhum)
Oleh Agung Kuswantoro

Tiap kali membuka dan membaca atas buku yang saya tulis – berjudul “Mari Bicara Islam di Sekitar Kita (2019)”—selalu ingat dengan Lek Syukur. Almarhum – saya menyebutkan dalam tulisan ini – adalah adik dari Ibu saya. Almarhum sangat dekat dengan kehidupan keluarga saya. Terlebih, saat saya kecil. Tepatnya, waktu itu saya yatim. Almarhum atas izin Allah diberi karunia rizki untuk berbagi kepada sesama, termasuk kepada saudaranya yang belum/tidak mampu. Anak yatim, juga termasuk.

Hampir tiap tahun, menjelang Idul Fitri, almarhum memberikan alat solat berupa sarung – bermerek Atlas dan amplop – kepada saudara lelaki dan orang-orang terdekatnya. Kenangan itulah yang sangat melekat dalan benak pikiran saya. Usia saya waktu itu SD. Tahun 1991 hingga 1995, kurang lebih itu tahunnya.

Hal yang menjadikan semangat meneladani dan motivasi saya untuk berbagi kepadanya adalah suka membaca. Pertemuan terakhir saya di Bandar, Batang, Jawa Tengah – lupa tahun berapa – dengan almarhum mengatakan, bahwa “buku-buku karangan saya, ia membacanya”. Mulai dari buku berjudul “Mengambil Hikmah dari Kehidupan seri 1 dan 2 (2014 dan 2016), dan beberapa artikel yang belum sempat saya bukukan.

Ketertarikan membaca dan hasil bacaaan (review) atas buku karya saya disampaikannya secara langsung kepada saya. Mulai dari isi dan segi penyajiannya atas buku saya yang saya tulis. Mendengarkan ulasan dari almarhum, menjadikan saya semangat untuk berbagi buku lagi. Waktu itu tahun 2019, buku saya yang baru cetak sebagaimana pada paragaraf pertama di atas.

Posisi almarhum waktu itu ada di Bandar, saya datang untuk bersilaturahim kepadanya. Saya berangkat dari Semarang bersama keluarga lengkap. Ada kedua anak lelaki dan istri.

Tepat di bulan Syawal, sekaligus untuk saling memaafkan. Saya datang membawakan buku tersebut untuk diserahkan secara “spesial” kepadanya. Hanya almarhum yang saya berikan. Yang lain, belum saya berikan.

Almarhum berkata kepada saya, bahwa “buku yang saya tulis berisi pesan-pesan kehidupan yang baik”. “Ringan, tapi berisi”. Ia langsung membuka plastik sampul buku dan membaca beberapa judul dari isi buku tersebut. Waktu itu, saya di sampingnya. Itulah kenangan terakhir, saya bersamanya.

Almarhum adalah orang yang dermawan dan suka membaca. Lalu, almarhum orang yang dapat mengapresiasi atas sebuah karya. Sehingga, saya bersemangat untuk mengikuti sifat-sifat baiknya tersebut.

Semoga saya dapat meneladani, mengikuti, dan mempraktikkan atas amalan baiknya. Terimakasih saya menyampaikan kepada keluarga besar almarhum – Lek Jum, Dek Nurul, dan Dek Iis – atas perhatiannya selama ini kepada keluarga dan orang-orang yang telah diberikan bantuan berupa material dan nonmaterial kepada kami. Insyaalah akan mejadi amal yang tidak terputus hingga mengantarkan ke Surga. Amin. []

Semarang, 4 Juli 2020

Ditulis di rumah, jam 04.00- 04.15 WIB.

Keterangan: Gambar diambil saat bersilaturahim di Bandar.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply