• Friday, December 11th, 2020

Pengelolaan Masjid Nurul Iman Sekaran Tahun 2020-2015
Oleh Agung Kuswantoro

 

Mendapatkan amanah sebagai ketua harian Takmir Masjid Nurul Iman Sekaran bagi saya adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Lima tahun masjid telah berdiri (2015-2020). Berdasarkan observasi, wawancara dan dokumentasi di Masjid Nurul Iman, saya akan mengajak para pengurus dan perwakilan jamaah untuk membuat visi, misi, tujuan, dan program kerja selama lima tahun ke depan (2025). Adapun fokus utama saya selama lima tahun ke depan adalah “pengelolaan masjid”.

Mengapa saya fokus ke pengelolaan? Karena tujuan pendirian masjid Nurul Iman dibangun sudah tercapai yaitu memecah/membagi jamaah sholat Jum’at di Masjid At-Takwa Gang Pete Selatan yang membludak. Sehingga, perlu ada tempat/masjid yang ada di sekitar gang Pete Selatan, selain Masjid At-Takwa. Mengingat, jamahnya sangat banyak saat sholat Jum’at.

Selama dua tahun proses pembangunan masjid bisa terlaksana (2013-2015). Tiga tahun berikutnya, penggunaan masjid sebagai tempat beribadah. Sekarang, fokus kepada pengelolaannya.

Fakta dari sisi teknis masjid dilihat dari kebersihan masjid, yaitu (1) Ada laron mati, siapa yang menyapu? (2) Ada kotoran kucing di samping tempat wudhu, siapa yang membersihkan? (3) Ada (maaf) pipis kucing di mimbar khotib, siapa yang membersihkan? (4) Ada kotoran cicak di tempat sujud, siapa yang membersihkan? (5) Lantai kotor saat sholat wajib, siapa yang membersihkan? (6) Hijab/batas jamaah laki-laki dengan wanita, siapa yang membuat? (7) halaman masjid kotor, siapa yang menyapu? Dan permasalahan kebersihan lainnya.

Fakta dari sisi pemeliharaan masjid yaitu (1) Ada lampu mati, siapa yang menganti? (2) Ada mikrofon rusak, siapa yang memperbaiki? (3) Ada spanduk dan besi pemasangan spanduk jatuh ke tanah, siapa yang mengambil? (4) Ada air wudhu habis, siapa yang mengaliri air ke tandon? Dan, permasalahan teknis lainnya.

Fakta dari sisi ibadah masjid yaitu (1) sholat lima waktu (wajib), apakah sudah terlaksana? (2) Apakah ada imam saat sholat lima waktu? (3) Apakah ada muadzin saat sholat lima waktu tiba? (4) Bagaimana ketertiban dan kedisiplinan muadzin, imam, dan khotib sholat Jum’at? (5) Bagaimana kesesuaian rukun khutbah Jum’at saat khotib bertugas? (6) Siapakah yang mengingatkan imam, khotib, dan makmum jika ada permasalahan atau kesalahan?

Dari ini semua, maka saya menekankan pada program pengelolaan masjid. Pengelolaan mulai dari sumber dayanya. Secara keuangan, Alhamdulillah rekening Bank atas nama Masjid Nurul Iman telah selesai. Artinya, ada dana untuk kebersihan dan pemeliharaan. Karena, dalam pengelolaan dibutuhkan dana. Dibutuhkan, anggaran.

Namun, sebelum saya masuk ke program saya. Izinkan saya, ingin bertanya kepada penasihat dan pengurus masjid Nurul Iman yang lain. Sebagai bekal dalam penyusunan visi, misi, dan program kerja.

Adapun pertanyaan saya adalah “Apakah visi dan misi tujuan masjid Nurul Iman Sekaran didirikan? Karena, visi – misi adalah landasan dalam membuat suatu program dan orang yang terlibat didalamnya. Bisa jadi, ada program dan visi bagus, tapi tidak didukung oleh penasihat, pengurus atau jamaah.

Ada beberapa model masjid di lingkungan kita, yaitu (1) masjid pribadi, (2) masjid lembaga/kantor/organisasi/sekolah/kampus, (3) masjid perjalanan/transit/rest area.

Masjid pribadi, yang masuk kepengurusan kebanyakan dari keluarga. Masjid kantor/lembaga/organisasi/sekolah yang masuk kepengurusan lebih banyak dibanding masjid keluarga. Minimal dari organisasi/lembaga tersebut. Terakhir, masjid dalam perjalanan, biasanya tanpa ada struktur organisasi masjid.

Fungsi dan orang yang masuk di model masjid juga berbeda. Jika masjid organisasi (NU/Muhammadiyah) jelas jamaahnya berasal dari organisasi tersebut. Masjid organisasi itu bersifat terbuka. Masjid organisasi itu, ada penyelenggaraan sholat dan ibadah lainnya dengan jadwal yang jelas.

Namun, jika masjid dalam perjalanan, tidak ada penyelenggaraan ibadah yang tertata rapi. Orang yang sholat di masjid rest area, tidak harus menunggu muadzin dan imam tiba ke masjid. Karena, memang tidak ada imam dan muadzin di masjid tersebut.

Dampak ini pula, berimbas pada jamaah. Jika masjid sekolahan/kampus, saat Covid-19, jelas tidak ada penyelenggaraan sholat wajib dan sholat Jumat. Mengapa? Karena mahasiswa pada pulang kampung. Demikian juga, masjid dalam perjalanan/rest area itu, tidak ada imam dan makmum tetap. Karena, orang yang hadir adalah orang yang dalam perjalanan.

Nah, sekarang masjid Nurul Iman berada di dalam posisi model seperti apa? Jika pertanyaan ini sudah terjawab, maka visi, misi, dan program akan mudah dibuat.

Jika saya sebagai jamaah masjid, maka izinkan saya usul untuk membuat milestone/arah masjid Nurul Iman Sekaran sebagai berikut:

Maaf gambar tidak terlihat.

Dari bagan tersebut, terlihat kalau arah masjid Nurul Iman Sekaran 2015-2020 adalah pendirian dan penggunaan awal masjid, 2020-2025 adalah penataan/pengelolaan masjid, 2025-2030 adalah penguatan SDM/Sumber Daya Masjid, dan 2030-2035 adalah pembangunan/renovasi fisik masjid.

Mari, berdiskusi dalam penentuan visi, misi, dan program masjid Nurul Iman selama 5 tahun ke depan (2020 – 2025), agar fokus dalam menata masjid. Bisa jadi, pemikiran saya ke depan selama lima tahun (2020-2025) itu tidak tepat, yaitu pengelolaan masjid. Mohon arahan, saran, dan nasihatnya dari pengurus dan jamaah masjid Nurul Iman Sekaran. Semoga Allah melindungi langkah baik kita. Amin. []

Semarang, 9 Desember 2020 (Pilkada Semarang)
Ditulis Di rumah jam 20.15 – 21.00 WIB.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply