Archive for ◊ January, 2021 ◊

• Monday, January 11th, 2021

Mengajak dan Menggandeng Istri dan Anak Ke Masjid Untuk Sholat Berjamaah
Oleh Agung Kuswantoro

Masjid adalah tempat untuk sujud. Sujud kepada Allah. Bukan dikatakan Masjid, jika tidak ada pekerjaan yang bernama sujud. Sujudnya, orang Islam itu ada pada sholat. Sholat itu berjumlah lima kali dalam sehari semalam. Lima kali ini, harus dijaga betul.

Saya punya keyakinan, bahwa orang yang bisa menjaga lima sholatnya dengan baik – secara jamaah di Masjid – insyaallah akan mudah urusan dunia dan akhirat.

Sholat adalah “obat” apa pun permasalahan di dunia yang berdampak ke akhirat. Oleh karenanya, saya selaku bagian dari pengurus Masjid untuk mengajak kepada diri sendiri agar lebih rajin dalam beribadah sholat berjamaah di Masjid.

Hasil observasi dan wawancara secara langsung ke jamaah, bahwa Masjid yang biasa saya gunakan untuk beribadah itu berfungsi untuk sholat fardhu itu hanya tiga kali, yaitu sholat Maghrib, Isya, dan Subuh. Untuk pelaksanaan sholat Dhuhur dan Asar bisa dikatakan jarang terlaksana, baik secara jamaah atau munfarid/sendiri. Artinya, pelaksanaan sholat Dhuhur dan Asar di Masjid tersebut tidak terselenggara dengan baik.

Mulai tahun pertengahan tahun 2020 ini – sudah lima bulan – saya dan beberapa sahabat untuk mengajak diri agar bisa disiplin dan rajin sholat berjamaah ke Masjid. Ada beberapa strategi yang saya lakukan yaitu membuat jadwal imam dan muadzin sholat lima waktu.

Tantangan utamanya dalam membuat jadwal sholat fardu, ada pada imam sholat Dhuhur dan Asar, karena selama ini tidak ada imam pada kedua sholat fardu tersebut. Alhamdulilah, saya menemukan imamnya yaitu Mbah Darman. Saya juga membantu Mbah Darman dalam bertugas imam sholat Dhuhur dan Asar. Sedangkan, untuk muadzinnya, berasal dari kalangan remaja dan anak-anak sekitar Masjid.

Memang selama ini, anak-anak dan remajalah yang aktif menjadi Muadzin dalam sholat Dhuhur dan Asar. Hanya saja, imamnya tidak ada. Namun, dengan kehadiran mbah Darman (dan saya), diharapkan bisa istiqomah/ajeg menyelenggarakan sholat Dhuhur dan Asar. Untuk jamaahnya perempuan selama ini hanya dua orang yaitu umi Lu’lu dan Ibu Tumini.

Untuk pelaksanaan sholat Maghrib, Isya, dan Subuh—Alhamdulillah dapat terselenggara baik– dengan jamaah berasal dari warga, mahasiswa, dan penghuni kontrakan lain di sekitar masyarakat Sekaran, Gang Pete Selatan.

Secara teknis pun, untuk pelaksanaan sholat fardhu, saya siapkan. Salah satunya, dengan pengadaan alat tarkhim otomatis. Alat bisa sangat membantu bagi orang yang ingin melaksanakan sholat berjamaah di Masjid. Sebelum tarkhim dimulai, dengan mengaji al-Qur’an MP3. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan dan menyiapkan waktu sholat akan tiba. Menurut saya, bahwa mengaji MP3 ini “olahraga” telinga. Karena, warga atau masyarakat sekitar kurang terbiasa mendengarkan ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an.

Berdasarkan observasi dan wawancara saya kepada penduduk/jamaah masjid, bahwa orang yang bisa membaca al Qur’an itu sekitar dua orang saja. Atau 2% dari total jamaah/warga. Artinya, perlu mendapatkan perhatian khusus dalam mengenalkan al-Qur’an ke masyarakat. Kebanyakan warga hanya hafalan dari ayat/surat yang ada di al-Qur’an. Mendengar dari ayat/surat, kemudian dihafalkan.

Misalnya, surat Yasin dan surat pendek dalam Juz 30. Karena hafalan, sehingga kaidah Tajwid menjadi hilang. Artinya, ilmu Tajwidnya tidak digunakan. Mengapa? Karena mereka hafalan, tanpa ada kehadiran guru. Bisa dikatakan yang dihafalkan itu, asal bunyi. Malah keras bunyinya. Namun, belum tentu benar secara ilmu Tajwid.

Akhir dari tulisan ini, saya ingin mengajak kepada diri untuk rajin dan disiplin menjaga sholat di awal wkatu. Syukur bisa menggandeng anak dan istri saya untuk sholat berjamaah di Masjid. Syukur pula, saya bisa mengajak masyarakat untuk sholat berjamaah di Masjid. Semoga kelak, Masjid ini menjadi kapal penyelamat kita menuju surga, saat di akhirat. Amin. []

Semarang, 10 Januari 2021

Ditulis di Rumah jam 04.45 – 05.15 WIB, usai pelaksanaan sholat Subuh berjamaah di Masjid.

• Friday, January 08th, 2021

PPPK Upaya Menyelamatkan Rekruitmen Tenaga “Kontrak” yang Tidak Jelas

Oleh Agung Kuswantoro

 

PPPK/ Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja adalah mengelola pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja untuk menghasilkan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang profesional, memiliki nilai dasar etika profesi, bebas dari intervensi politik, bebas dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Jabatan yang diduduki oleh PPPK adalah fungsional. Banyak perbedaan antara honorer dengan pengangkatan, sumber gaji, skema gaji, tunjangan, dan karir. Hak PPPK itu mirip dengan pegawai negeri secara umum. Hanya saja, pengangkatannya berdasarkan perjanjian kerja jangka waktu tertentu. Penekanan utama kewajiban PPPK adalah menjalankan tugas sesuai dengan perjanjian tugas. Semua guru honorer dan lulusan PPG bisa mendaftar dan mengikuti seleksi dan semua yang lulus seleksi akan menjadi guru PPPK hingga batas satu juta. Pengawasan dan evaluasi PPPK dilakukan oleh Komisi Aparatur Sipil Negara dan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Komisi aparatur Sipil Negara bertugas mengawasi norma dasar,  etik dan kode sistem numerik dalam kebijakan dan manajemen ASN pada instansi pemerintah. Kementerian pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi” bertugas melaksanakan evaluasi pelaksanaan kebijakan manajemen PPPK yang hasilnya digunakan sebagai dasar penetapan kebijakan dibidang pendayagunaan PPPK.

 

Kata Kunci: PPPK dan tenaga kontrak.

• Monday, January 04th, 2021

Saat kita hidup, berdoalah semoga kelak kita meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah. Saat sudah meninggal dunia, doakanlah kita agar amal baik/saleh kita diterima oleh Allah Swt.

Bukan, saat meninggal dunia, malah berdoa semoga husnul khatimah. Menurut saya itu kurang tepat, karena posisi sudah meninggal dunia. Kalau sudah meninggal dunia, ya semoga amal baiknya diterima. Bukan, meninggal dunia dalam keadaan baik. Karena, sudah meninggal dunia. Terlambat, istilahnya.

• Friday, January 01st, 2021

Lebih Fokus Menulis Artikel Ilmiah
Oleh Agung Kuswantoro

Tahun 2021, saya lebih fokus menulis jurnal artikel ilmiah/jurnal. Baik nasional, maupun Internasional. Namun, saya akan prioritaskan ke menulis artikel ilmiah pada jurnal internasional terindeks scopus. Mengapa saya fokus menulis artikel ilmiah? Karena untuk mendukung studi saya di strata tiga ini. Banyak tuntutan, berupa menulis artikel ilmiah berskala internasional. Jadi, hal ini sebagai upaya mendukukung kelulusan studi saya juga.

Menulis artikel ilmiah dan menulis artikel popular itu, ada bedanya. Ada “seninya”, masing-masing. Tulisan ini, adalah contoh tulisan ilmiah popular. Saya menganggap menulis ilmiah popular itu dengan sendirinya bisa berjalan sendiri. Saya menyebut menulis popular itu menulis rutin. Jadi, menulis tanpa beban. Biasa saja. Mengalir.

Namun, saat menulis artikel ilmiah, saya harus benar-benar fokus, karena berdasarkan pengalaman, saat saya mengirimkan ke redaksi itu sering ketolak atau ada catatan sendiri. Kemudian, saya merevisinya. Setelah merevisi, dicek lagi. Lalu, dikirim.

Prosesnya, juga panjang. Tidak langsung terbit/publish. Butuh tahapan. Dan, perlu konsultasi kepada yang ahli. Karena, banyak elemen yang diperhatikan, mulai dari ruang lingkup kajian jurnal yang dikirim itu sesuai atau tidak. Templet/gaya selingkungnya sesuai dengan yang diharapkan oleh redaksi, atau tidak. Kemudian, penyajian data dan cara mengolah pembahasan yang akurat dan tajam dalam memaparkan hasil penelitian, juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan.

Sudah ada dua tema di awal tahun 2021 ini yang akan saya jadikan artikel ilmiah. Semuanya bertema kearsipan elektronik (e-arsip) sekolah. Hal ini pula – yang sedang saya teliti—saat ini. Harapannya melalui artikel-artikel tersebut menjadikan saya lebih mudah dalam belajar dan dilancarkan studinya sebagai calon disertasi saya.

Beberapa langkah pada tahun 2020 sudah saya lakukan, yaitu mengajukan tema tersebut sebagai penelitian yang diajukan di Universitas dan Kementerian. Mudah-mudahan ada yang lolos pada tahun 2021 proposal penelitian tersebut. Sehingga, saya dapat lebih utamakan ke produk penelitiannya.

Scopus, scopus, dan scopus. Target saya itu. Mohon doanya, semoga melalui langkah-langkah di atas, bisa “tembus”. Hingga saat ini, saya belum punya scopus. Memang saya sendiri belum memfokuskan ke sana.

Saat ini dan kemarin masih suka terbitan artikel ilmiah berskal nasional dan buku saja. Namun, pada tahun 2021 ini, saya ingin meningkatkan ke skala internasional. Mohon doanya, semoga artikel saya bisa “tembus” di jurnal Internasional terindeks scopus. Amin.

Semarang, 2 Januari 2021
Ditulis di Rumah, jam 03.30-04.00 WIB.

• Friday, January 01st, 2021

 

Ingin Banyak Amal Pada Tahun 2021
Oleh Agung Kuswantoro

Entah apa yang terbayang dalam otak dan tubuh saya ini, saat memasuki malam hingga pagi tanggal 1 Januari 2021. Saya tidak membayangkan, apa-apa. Malam itu, saya menganggap seperti malam biasa. Hanya saja, saya begitu menghormati malam Jumat.

Pas kebetulan, malam 1 Januari 2021 itu malam Jumat. Sehingga, saya lebih memfokuskan banyak solawat nabi, tahlilalan, yasinan, dzikir, solat tahajud, solat witir, solat qobliah Subuh, solat tahyatul masjid, dan solat subuh berjamaah dengan surat as-Sajadah.

Memang saya sudah niatkan sejak kamis sore untuk solat Subuh dengan surat surat as-Sajadah, sehingga bisa melaksanakan sujud Tilawah pada pertengahan surat tersebut. Usai solat Subuh, saya berdikir, bernadoman kitab Hidayatussibyan, solawat allahummasolli ‘ala Muhammad, membaca Asma’ul Husna, dan tadarus al-Qur’an.

Di Masjid, saya ditemani oleh Mbah Darman. Mbah Darman selalu setia menemani saya dari datang hingga selesai berdzikir. Perlu diketahui, bahwa Mbah Darman dikarunia oleh Allah Swt berupa kebutaan. Namun, menurut saya—beliau itu—tidak buta secara fisik. Tapi, bisa melihat hatinya.

Banyak orang membuat resolusi pada awal tahun ini. Namun, revolusi itu tidak berlaku untuk saya. Entah kenapa, saya tidak membuat resolusi ini. Saya sendiri, tidak bisa menjawabnya. Mungkin, karena kondisi masih Pandemi Covid-19, sehingga menjadi serba nanggung.

Misal, mau pulang rumah orang tua (baca:mudik). Ternyata, gak aman. Karena, zona merah. Mau pembelajaran tatap muka/diskusi luring, tapi keadaan belum memungkinkan. Itu hanya contoh kecil saja.

Belum lagi, di akhir tahun 2021 itu banyak berita, bahwa tokoh masyarakat, kiai, ustad, dosen, dan tokoh teladan itu meninggal dunia. Saya sendiri mengalami hal itu. Beberapa tetangga dan teman saya, juga meninggal dunia.

Lagi-lagi, fenomena “banyak” yang meninggal dunia –saya tidak—mengetahui alasan meninggal dunianya. Saya anggap itu sebagai takdir Allah Swt. Jadi, saya merasa biasa saja.

Hanya satu yang terpikirkan oleh saya di tahun 2021 ini yaitu ingin memperbanyak amal baik kepada sesama. Misal:pengelolaan Masjid di daerah saya menjadi lebih baik, Madrasah bisa berjalan seperti biasa, dan saya ingin membeli tanah untuk pondok pesantren mahasiswa bagi yang kurang mampu. Itu saja, harapan saya pada tahun 2021. Sederhana.

Saya tidak memiliki revolusi apa pun. Harapannya, melalui amal baik, saya bisa menjadi orang baik. Karena, bicara tahun baru, menurut saya itu bicara kematian. Kematian yang semakin mendekat. Layaknya, orang bicara jodoh yang sebentar lagi akan menikah. Bedanya, kalau bicara kematian itu tidak dipersiapkan sejak sekarang. Oleh karenanya, mumpung masih hidup, yuk kita berbuat baik kepada sesama. Semoga kita bisa! Amin.

Semarang, 1 Januari 2021
Ditulis di Rumah, jam 18.30-18.50 WIB.