• Saturday, May 29th, 2021

 

Buku Adalah Pembuka Hidupku
Oleh Agung Kuswantoro

Buku bagi saya adalah sebuah petunjuk hidup. Saya sangat jeli dalam memilih dan membaca buku. Pengarang/penulis buku, pasti saya cek dulu keilmuan dari yang ia tulis. Jangan sampai, ada penulis buku itu menulis yang tidak sesuai dengan bidangnya.

Saya sangat berterima kasih kepada buku. Terkhusus kepada penulis buku tersebut. Biasanya, saya membaca buku berdasarkan apa yang saya rasakan. Misal, cara menghormati orang tua (baca: Ibu). Banyak sekali, buku yang membahas masalah Ibu. Namun, belum tentu isinya sesuai dengan yang saya harapkan. Belum lagi, keilmuan penulis buku tersebut, apakah mampu mengurai masalah tentang tema tersebut.

Sebut saja, penulis bernama Ummi Maya dengan buku berjudul “Kekuatan Doa Ibu”. Dalam buku tersebut, Ummi Maya sangat pintar dalam menyampaikan pesan akan kekuatan “idu geni” (ludah api) dari mulut Ibu. Artinya, mulut atau perkataan yang diucapkan oleh Ibu adalah doa. Oleh karenanya, seorang Ibu seharusnya berkata baik kepada anaknya. Karena, apa yang dikatakan oleh Ibu itulah doa kepada anak.

Dalam buku tersebut, Ummi Maya memberikan contoh-contoh nyata mengenai ucapakan yang baik dari mulut yang dikatakan oleh sosok Ibu. Mulai dari, Ibu dari Nabi Ismail yaitu Siti Hajar, di mana walaupun kondisi yang buruk, namun masih bisa berkata baik. Siti Hajar berdoa agar diberikan air minum. Padahal, kondisi Siti Hajar sangat kerepotan menggendong anak dan kecapean lari dari bukut Sofa ke Marwah hingga bolak-balik untuk mencari air. Contoh ucapan sederhana itulah, menjadikan doa yang mujarab bagi seorang Ibu kepada anaknya.

Itu hanya contoh dari pesan sebuah buku. Oleh karenanya, bagi saya sekali lagi, buku adalah sebuah petunjuk hidup. Rujukan yang tertera dalam buku, juga perlu dicek. Referensinya. Demikian juga, kitab-kitab juga menjadi referensi yang saya butuhkan dalam menjalani hidup. Jika kitab, insyaallah sudah sesuai dengan keilmuan dan akhlak penulis. Berdasarkan ilmu yang disampaikan oleh Kiai/Ustadz, bahwa seorang Musonnep/Penulis kitab itu sebelum menulis itu selalu mengambil air wudhu dan berdoa agar kitab yang dikarang selalu memberikan manfaat dan keberkahan kepada orang yang membaca. Terlebih, kitab tersebut ditulis dalam kaidah Bahasa Arab. Jadi, insyaallah secara isi itu valid. Wallahu ‘alam.

Pemalang, 29 Mei 2021
Ditulis di rumah Pemalang, jam 21.00-21.20 WIB.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply