• Saturday, October 09th, 2021

Menata Diri (3): Meningkatkan/Meng-upgrade Kesadaran Rohani
Oleh Agung Kuswantoro

Rasulullah SAW bersabda, “Senantiasalah memperbaharui keimanan kalian”. Lalu ada yang bertanya, “Wahai, Rasulullah: bagaimana kami memperbaharui iman kami? Dengan terus mengikrarkan “La ila hailla Allah”. (HR. Ahmad).

Penekanan judul di atas adalah sadar dulu, bukan melakukan. Sadar adalah langkah awal seseorang untuk melakukan sesuatu. Saat sadar, orang akan mudah melakukan perbuatan yang terbenak dihatinya.

Sadar itu bertingkat. Para ahli mengatakan: ada kesadaran yang paling rendah yaitu sadar (to wake up) dan kesadaran yang paling tinggi yaitu sadar (to remain/baqi).

Kesadaran yang paling rendah/wake up, contohnya: bangun tidur. Sedangkan kesadaran yang paling tinggi/to remain/baqi, contohnya: hidup “khusuk” abadi dengan Allah Swt.

Karena kesadaran itu bertingkat dan sifat rohani itu tidak stabil (baca: naik turun), maka sebagai mukmin perlu meningkatkan kesadaran hati/kalbunya. Hatinya dulu disadarkan. Karena, hati memiliki sifat naik turun. Tidak konstan. Sehingga dalam bahasa Arab, “hati” dinamakan kalbu. Karena, sifatnya yang cepat berubah.

Hadist pada paragraf awal menuntun kita, agar selalu mengikrar “Tiada Tuhan selain Allah”. Silakan dimaknai sendiri penerapan dalam kehidupan kita. Jika saya memaknainya yaitu: Allah selalu hadir dalam kehidupan kita. Apa pun aktifitasnya. Kehadiran Allah dalam hati seseorang adalah awal dari sebuah kesadaran.

Sama-sama sadar bagun tidur. Tapi, ada orang yang bangun tidur, langsung ambil wudhu untuk melakukan solat Tahajud. Tapi, ada pula orang yang bangun tidur hanya pindah kamar, lalu tidur lagi. Sadarnya sama, tapi “nilainya”, berbeda.

Ciri orang yang selalu meningkatkan kesadaran adalah adanya perubahan dari atas ke bawah (top – down). Bukan, dari bawah ke atas (bottom up). Cirinya: dapat dilihat hubungan sesama manusia (hablumminannas) baik dan hubungan dengan Allah, juga baik (hablumminallah).

Ciri lain orang yang kesadarannya meningkat adalah memiliki sikap reaktif dan proaktif. Artinya: setiap ada permasalahan, orang yang memiliki kesadaran tinggi, akan mencari solusi secara aktif dan mengumpulkan segala potensinya untuk menyelesaikannya. Ia tidak menyalahgunakan keadaan orang sekitar. Ia tidak marah-marah dengan keadaannya. Ia selalu optimis dengan menggunakan kalimat positif (misal: Alhamdulillah), meskipun dalam kesusahan. Ia selalu menjadikan dirinya “sentral“ (baca: produsen) yang berperan aktif dalam setiap saat. Ia tidak memposisikan dirinya sebagai “user”/pengguna dari apa yang ingin dicari/didapat. Ia lebih menggunakan pendekatan emotion (baca: sikap yang baik) bukan emotionalism (baca: paham keemosian yang negatif) dalam situasi apa pun.

Dari tulisan di atas, mari kita merenung kembali: apakah selama ini sudah sadar? Saat sadar: yang sadar hati/kalbu atau otak/fisik? Adakah perubahan kesadaran rohani Anda? Jika ada: apa yang Anda rasakan? Wa alallahu ‘alam.

Semarang, 8 Oktober 2021
Ditulis di Rumah jam 03.00 – 03.30 WIB.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply