Archive for ◊ June, 2022 ◊

• Thursday, June 30th, 2022

Kajian Arbain (13) Amal Menentukan ke Surga Neraka
Oleh Agung Kuswantoro

Penetapan ruh pada umur bayi 4 bulan bayi di kandungan Ibu menjadikan manusia untuk menjaga amal selama hidup di dunia. Karena amal baik selama di dunia, bisa jadi belum/tidak mendapatkan surga. Dan, sebaliknya: amal buruk manusia selama di dunia, bisa jadi belum tentu dimasukkan ke neraka. Mohon koreksinya atas tulisan ini.

Berikut kutipan hadist ke-4 setelah proses penciptaan: “Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta, tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, ia pun melakukan perbuatan ahli neraka dan masuklah ia ke dalam neraka. Sebaliknya, sesungguhnya diantara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta, tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, ia pun melakukan perbuatan ahli surga dan masuklah ia ke dalam surga.

Dengan demikian penetapan ruh tidak bisa dirubah, walaupun amal manusia itu baik dan buruk selama hidup di dunia. Wa ‘allahu ‘alam. [ ]

Semarang, 23 Juni 2022
Ditulis di Rumah jam 05.40 – 05.50 WIB

• Wednesday, June 29th, 2022

Kajian Arbain (12): Banyak Berdoa Selama Janin di Perut Mulai dari 40 hari hingga 120 hari
Oleh Agung Kuswantoro

Allah akan mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh dalam menetapkan (1) rejeki, (2) mati/ajal, (3) amal, dan (4) sengsara dan bahagia; maka sebagai orang tua agar lebih banyak berdoa dan berbuat baik. Mengapa? Karena disitulah “penetapan” sebuah ruh, sehingga perlu didukung oleh doa dan amal baik dari orang tua dan sekitarnya. Berharap “calon” manusia ini menjadi anak yang solih/solihah dan berguna bagi bangsa, nusa serta agama.

Melihat waktu dari hadist tersebut terkait ruh yang ditetapkan pada 120 hari/4 bulan menjadi “dimajukan” berdoa dalam membuat sebuah acara. Biasanya banyak orang yang berdoa pada 7 bulan, padahal “bayi” umur 7 bulan dalam kondisi calon manusia/bayi tersebut, sudah siap lahir dan kondisi ruh sudah ditetapkan (rejeki, amal, mati dan kebahagiaan dan kesedihan). Bisa dikatakan “terlambat’ dalam berdoa karena penetapannya adalah 4 bulan. Namun, ketika dilakukan pada 7 bulan – menurut saya – tetap baik, karena doa dipanjatkan tidak berkaitan dengan waktu. Terlebih berdoa untuk bayi agar anak menjadi solih/solihah, dan berguna bagi bangsa, Negara serta agama. []

Catatan: Kajian disampaikan di Masjid Ulul Albab, Sekaran, UNNES.

Semarang, 23 Juni 2022
Ditulis di rumah jam 05.30 – 05.40 WIB

• Tuesday, June 28th, 2022

Silaturahim, Keluarga, dan Narasumber

Oleh Agung Kuswantoro

Menjadi narasumber dalam suatu kegiatan adalah bagian pekerjaan saya sebagai pengajar. Kajian yang saya tekuni adalah pendidikan administrasi perkantoran.

 

Saat menjadi narasumber, saya jadikan silaturahim dan (refresing) keluarga. Silaturahim kepada sahabat dari tempat yang saya kunjung seperti di SMK Negeri 1 Kudus, saya bertemu dengan sahabat saya (Eko Endarwanto). Dan, yang tak kalah penting adalah mengajak keluarga (istri dan kedua anak). Teman dan keluarga bisa dikatakan modal utama dalam kehidupan saya. Merekalah sumber rezeki dan sumber kesuksesan. Marilah jaga dan sayangi keluarga dan teman kita. []

 

Kudus, 26 Juni 2022

Ditulis di Rumah (@home) Kudus

Jam 02.00 – 02.10 Wib.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

• Monday, June 27th, 2022

Kajian Arbain (11) Proses Penciptaan Manusia

Oleh Agung Kuswantoro

 

Setelah belajar niat, rukun iman dan rukun islam, kemudian Imam Nawawi mengajarkan kita agar belajar proses penciptaan manusia. Mengapa belajar proses penciptaan manusia? Karena sebagai wujud “kritis” atas Allah sebagai Sang kholiq/pencipta.

 

Kata yang digunakan dalam judul di atas adalah proses. Penekanan dalam hadist ke-4 dalam kitab Arbain Nawawi juga, proses. Proses penciptaan manusia melalui (1) dikumpulkan penciptaan manusia berupa nutfah (air mani/sperma) di perut ibu selama 40 hari, (2) setetes darah (‘alaqah) selama 40 hari, (3) segumpal daging (mutghoh) selama 40 hari. Total hari penciptaan manusia berarti 40 hari dikalikan tiga tahap (nutfah, ‘alaqah, dan mutghah) adalah 120 hari atau 4 bulan).

 

Setelah itu Allah mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh untuk menetapkan empat perkara (1) rejeki), (2) mati/ajal, (3) amal, dan (4) sengsara dan bahagia dari manusia tersebut. []

 

 

Bersambung.

 

Catatan: kajian singkat ini disampaikan di Masjid Ulul Albab/MUA usai solat subuh berjamaah.

 

Semarang, 23 Jni 2022

Ditulis di Rumah jam 05.20 – 05.30 Wib.

• Saturday, June 25th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (10): Buniyal Islam

Oleh Agung Kuswantoro

 

Dalam tulisan ini, saya tidak menuliskan judul rukun Islam atau urutan rukun Islam. Karena dalam hadis ke-3 dari Kitab Arbain Nawawi tidak menyebutkan arkanul Islam, tetapi buniyal Islam, yang artinya Islam dibangun atas lima hal. Meskipun isinya adalah rukun Islan.

 

Ada yang membedakan antara rukun Islam/arkanul Islam dengan buniyal Islam yaitu urutannya. Urutan rukun Islam pada nomor empat adalah puasa dan nomor lima adalah naik haji. Tetapi, untuk buniyal Islam pada nomor empat adalah naik haji dan nomor lima adalah puasa.

 

Perbedaan urutan dan penyebutan antara arkanul Islam dan buniyal Islam seperti ini, harus kita pahami dan hormati karena bersumber dari kitab yang bisa dipertanggungjawabkan. Ada dasar dalam perbedaan pendapat ini. Wa’allahu ‘alam. []

 

Semarang, 15 Juni 2022 dan diedit di Kudus, 26 Juni 2022.

Ditulis Di MUA   jam 03.00 – 03.10 WIB

 

 

 

 

 

 

 

 

• Friday, June 24th, 2022

Home Filing

Oleh Agung Kuswantoro

Membaca hotline public service Tribun Jateng, Ana dari Ngaliyan, edisi 12 April 2016 mengenai kehilangan akta lahir dan surat nikah karena bencana banjir menjadi perhatian untuk kita semua. Setiap orang pasti memiliki dan menyimpan arsip, terlebih orang tersebut sudah menikah, maka ia menyimpan arsip seperti akte lahir, ijasah SD hingga Perguruan Tinggi, akte nikah, sertifikat tanah, bangunan, dan lainnya. Dokumen (baca: arsip) tersebut pasti tersimpan di rumahnya. Dalam penyimpanannya, perlu dikelola dengan baik sesuai dengan manajemen kearsipan.

 

Home Filing merupakan arsip yang disimpan di rumah. Karakteristik dokumen rumah adalah memiliki nilai abadi. Arsip tersebut memiliki nilai guna informasi yang sangat penting dan tak terbatas oleh waktu. Oleh karenanya sangat urgen arsip tersebut, maka penanganannya, harus diperhatikan. Ada enam yang harus diperhatikan. Pertama, sediakan tempat sederhana untuk menyimpan arsip. Tempat tersebut dapat berupa lemari arsip yang terdapat map-map atau juga box plastik. Atau apa pun tempat yang mampu menyimpan arsip, tanpa melukai arsip. Melukai arsip yang dimaksudkan adalah arsip ditekuk, distepless, atau diberi clip yang berkarat.

 

Kedua, simpan arsip dalam map berdasarkan klasifikasi. Pola klasifikasi yang dimaksud adalah permasalahan-permasalahan arsip yang harus dikelompokkan. Misal ijasah, akte lahir, akte tanah, dan lainnya. Dalam ijasah terdapat guide ijasah SD, SMP, SMA, dan Perguruan  Tinggi. Akte lahir terdapat guide akte lahir suami, istri, dan anak. Ketiga, alih mediakan arsip tersebut dengan cara di-copy atau di-scan. Tujuan dialih mediakan adalah untuk menduplikatkan arsip. Arsip yang asli penggunaannya dapat diminimalisir denga cara alih media. Saat kita bepergian jauh, kita tidak perlu membawa arsip penting seperti akta tanah, atau akte lahir, cukup dengan membawa flasdisk. Keempat, buatlah daftar arsip. Daftar arsip digunakan untuk melihat arsip apa saja yang disimpan di rumah kita, dengan cara mencatat setiap arsip. Setelah mencatat, kemudian digolongkan atau dipola klasifikasikan berdasarkan masalah, sebagaimana dalam point nomor dua. Tujuan pembuatan daftar arsip adalah agar pencarian arsip lebih cepat. Mengapa demikian? Karena saat pencarian arsip, kita hanya melihat daftar arsip yang telah ditata di komputer digandakan dengan DVD/CD atau disimpan di-google drive atau dropbox. Hal ini untuk menghindari musibah yang tidak diinginkan seperti banjir atau kebakaran. Jadi arsip kita tersimpan di darat, juga di udara.

 

Kelima, lakukanlah pemeliharaan dan perawatan arsip secara kontinu, dengan cara membersihkan arsip dari debu, memberi obat anti rayap/semut, mengeluarkan arsip dari plastik untuk arsip yang dimasukkan dalam plastik untuk memberikan oksigen untuk arsip tersebut atau “angin-angini” agar tinta yang tertulis pada arsip, tidak melekat.

 

Perawatan pada arsip elektronik atau arsip yang telah di-scan berupa file dengan cara meng-update antivirus dan mendeteksi virus-virus (scan virus) komputer pada folder-folder penyimpanan arsip.

 

Jika ada arsip yang sangat rusak seperti kertasnya rusak, maka dapat melibatkan pusat jasa perawatan arsip. Hal ini dilakukan untuk penyelamatan arsip. Demikian juga saat kita tidak mampu menyimpan arsip-arsip tersebut di rumah, maka kita dapat menyimpannya di pusat jasa kearsipan.

 

Keenam, buatlah daftar pinjam dan pengembalian arsip. Daftar ini bertujuan agar pemilik arsip tidak lupa peminjam dan tanggal arsip harus kembali. Misal, sertifikat tanah atau SK CPNS/SK PNS yang dipinjam oleh bank. Dengan kita mencatat menghindari arsip tersebut hilang. Ingat arsip tidak pernah lupa, tetapi manusia memiliki sifat lupa. Dengan pencatatan tersebut, berarti kita telah mengarsipnya.

 

Keenam langkah tersebut, jika kita mampu menerapkan di keluarga kita, pasti arsip kita akan terjaga. Jika arsip di keluarga terkelola dengan baik, maka terkandung di arsip rumah tersebut, pasti valid dan reliable. Dengan cara ini, kita sudah menjaga negara ini dengan menyelamatkan dokumen-dokumen penting negara di rumah kita. Bukannya, belajar penyelamatan arsip harus dimulai dari hal yang kecil yaitu keluarga? Yuk, kita selamatkan arsip-arsip keluarga kita sendiri yang disimpan di rumah kita.

 

Agung Kuswantoro, Koordinator Pelayanan dan Informasi UPT Kearsipan Unnes dan dosen Fakultas Ekonomi UNNES.

Disampaikan dalam acara Dhama wanita UNNES

Jumat, 24 Juni 2022

 

 

 

• Wednesday, June 22nd, 2022

Kajian Arbain Nawawi (9): Pilih Teman Baik

Oleh Agung Kuswantoro

 

Dari urutan hadist kesatu, kedua, dan ketiga bahwa sumber hadist tersebut berasal dari Umar bin Khottob. Adapun kalimatnya adalah ‘an airul mukminin Abu Khafsin Umar bin Khottob (hadist kesatu), ‘an umuro rodiallahu ‘anhu aidon (hadist kedua). Dan, ‘an abi abdirrohman ‘abdillahibni Umar bin Khottob (hadist ketiga).

 

Dari, dari, dan dari—dalam konteks sumber hadist tersebut—berujung kepada Umar bin Khottob. Lalu, menjadi bertanya: “Seberapa sedekatkah sahabat Umar bin Khottob dengan Nabi Muhammad Saw?” Sehingga, hadist valid tersebut berujung kepada sahabat Umar bin Khottob. Untuk pertanyaan tersebut, saya tidak bisa menjawabnya.

 

Namun, sebagai pembelajaran kita, bahwa pilihlah orang berdiskusi/bermain/hidup yang baik. Kedekatan Umar bin Khottob dengan Nabi Muhammad Saw menjadikan nama Umar bin Khottob tertulis dalam riwayat hadist tersebut. Hasilnya, meskipun dua sosok manusia baik dan terbaik tersebut (Nabi Muhammad saw dan Umar bin Khottob) sudah meninggal dunia, tetap ditulis dalam sebuah hadist. Namanya masih hidup. Oleh karenanya, pilih teman baik agar nama kita tertulis sebagai orang baik. Waallahu’alam. []

 

Semarang, 14 Juni 2022

Ditulis Di MUA   jam 05.00 – 05.15 Wib.

 

 

 

 

 

 

 

• Tuesday, June 21st, 2022

Kajian Arbain Nawawi (8): Rojul (yang bertanya itu – Malaikat Jibril)

Oleh Agung Kuswantoro

 

Ada sebuah pertanyaan dalam majlis/kumpulan ilmu yang menanyakan tentang islam, iman, ihsan, dan hari kiamat yang dihadiri oleh Umar bin Khattab. Adapun pertanyaan tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw.

 

 

Singkat cerita dari kisah hadist tersebut, bahwa orang yang bertanya (rojul) adalah Malaikat Jibril. Artinya, Malaikat bisa hadir di tempat yang baik (majlis ilmu) dengan orang baik (Umar bin Khattab).

 

Hal ini menjadi pembelajaran bagi kita agar selalu menjaga suatu tempat dan teman dalam berdiskusi. Tujuannya agar Malaikat tetap hadir di sekeliling kita. Semoga. Amin. []

 

Semarang, 12 Juni 2022

Ditulis di Rumah jam 07.15 – 07.30 Wib.

• Sunday, June 19th, 2022

 

Kajian Arbain Nawawi (7): Malaikat Jibril Lebih Tahu tentang Hari Kiamat
Oleh Agung Kuswantoro

Saat Nabi Muhammad Saw ditanya mengenai islam, iman, dan ihsan Nabi Muhammad Saw bisa menjawab dengan tegas. Lalu, Malaikat Jibril “meng-iya-kan”, jawaban Nabi Muhammad Saw.

Tetapi, saat Malaikat Jibril (baca: Rojul) bertanya mengenai hari kiamat (kapan kejadiannya)? Nabi Muhammad Saw menjawab: Yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya. Artinya, Nabi Muhammad Saw sudah mengerti, bahwa yang bertanya dalam majlis tersebut adalah Malaikat Jibril.

Jika kita perhatikan, Nabi Muhammad saw saat ditanya mengenai islam, iman, dan ihsan dapat menjawab sesuai dengan kemampuan manusia dalam berislam, beriman, dan berihsan. Tingkatan islam, iman, dan ihsan antara malaikat dan manusia berbeda.

Justru, saat Nabi Muhammad Saw ditanya mengenai hari kiamat, Malaikat Jibril yang lebih mengetahuinya. Bisa jadi, urusan yang kiamat itu urusan Allah dan Malaikatnya. Bukan level manusia yang mengetahui kapan kiamat. Waallahu’alam. []

Semarang, 12 Juni 2022
Ditulis di Rumah jam 07.00 – 07.10 Wib.

• Saturday, June 18th, 2022

 

Kitab Arbain Nawawi (6): Akhbarni & Sodaqta

Oleh Agung Kuswantoro

 

Saya adalah orang yang bodoh. Oleh karenanya, saya ingin belajar bersama teman-teman (jamaah salat Subuh), usai salat Subuh belajar bersama.

 

Pada hadist ke-2 dari kitab Arbain Nawawi, ada kalimat Akhbarni yang artinya: beritahu saya dan kalimat: sodaqta/Anda benar.

 

Jika kita perhatikan: konteks kalimat di atas adalah Malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad Saw tentang islam, iman dan ihsan. Setelah bertanya: Malaikat Jibril menanggapi dengan kalimat “Sodaqta” (Anda/Nabi Muhammad Saw benar). Dimana, saat bertanya dengan kalimat: Akhbarni/beritahu saya/Malaikat Jibril.

 

Melihat dialog di atas menjadi “unik” karena Malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad Saw, kemudian merespon sendiri atas pertanyaannya.

 

Hal ini mengingatkan, saya sebagai guru. Pernah saya bertanya kepada murid seperti ini: “Apa yang melatarbelakangi Anda menulis skripsi ini?” Kemudian dijawab oleh murid tersebut: “Karena ini itu (misal)”.  Lalu, saya menanggapi atas jawaban murid tersebut dengan kalimat: “Anda benar”.

 

Konteks percakapan saya dengan murid saya itu identik/mirip, konteks dengan percakapan dengan cerita Malaikat Jibril. Dimana, saya bertanya, lalu saya tanggapi sendiri. Bisa jadi, artinya saya sedang menguji dari kemampuan ilmu murid saya tersebut.

 

Lalu, bagaimana dengan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw: dimana Malaikat Jibril bertanya, lalu “mengiyakan” jawaban Nabi Muhammad Saw. apakah termasuk menguji keilmuan Nabi Muhammad Saw tentang islam, iman, dan ihsan? Waallahu’alam. []

 

Semarang, 11 Juni 2022

Ditulis di Rumah jam 08.00 – 08.10 Wib.