Archive for ◊ July, 2022 ◊

• Friday, July 15th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (22): Perlindungan Bagi Muslim

Oleh Agung Kuswantoro

Siapakah orang yang dilindungi oleh Nabi Muhammad Saw? Untuk menjawab pertanyaan tersebut saya membuka kitab Arbain Nawawi hadis ke-8, berikut: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka (1) Bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad  adalah utusan Allah, (2) menegakkan solat, (3) dan menunaikan zakat.

 

Saya memaknai hadis tersebut bahwa Nabi Muhammad Saw akan melindungi (1) orang Islam, (2) orang yang solat, dan (3) orang berzakat. Ke-3 orang ini yang akan dilindungi adalah Nabi Muhammad Saw mulai dari harta dan darahnya.

 

Jika keislaman dari ke-3 orang ini—yang bercirikan syahadat, solat, dan zakat—mengapa ada orang yang berpuasa dan berhaji tidak termasuk dalam orang yang dilindungi sebagaimana dalam hadis yang tercantum tersebut? Wa allahu’alam. []

 

Semarang, 6 Juli 2022

Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 09.40 – 09.45 Wib.

 

• Thursday, July 14th, 2022

 

Kajian Arbain Nawawi (20): Nasihat
Oleh Agung Kuswantoro

Nasihat adalah pelajaran baik, anjuran (petunjuk, peringatan, dan teguran) yang baik (KBBI). Melihat makna nasihat secara KBBI ini, menjadikan saya untuk merenung. Lalu, muncul pertanyaan: “Nasihat itu untuk siapa?” Karena melihat makna nasihat secara KBBI berisikan tentang kebaikan. Jadi, bisa dikatakan bahwa nasihat itu, untuk orang yang baik. Pastinya, nasihat tidak diperuntukkan orang yang buruk. []

Semarang, 3 Juli 2022
Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 10.41 – 10.45 Wib.

Kajian Arbain Nawawi (21): Agama Adalah Nasihat
Oleh Agung Kuswantoro

Setelah belajar makna nasihat, kemudian nasihat itu berupa/berwujud seperti apa? Hadist ke-7 dari kitab Arbain Nawawi mengatakan “Agama adalah nasihat”. Maknanya dalam agama itu berisi nasihat. Dalam agama berisi kebaikan. Bisa jadi, orang yang tidak beragama susah menerima sebuah nasihat (baca: kebaikan).

Nasihat itu ditujukan kepada siapa? Jawabnya kepada Allah, kitab, Rosul, dan pemimpin kaum muslim dan rakyatnya. Berarti nasihat itu tidak “semua” orang dapat. Artinya, orang tertentu. Semoga yang dapat nasihat adalah Anda! Amin.

Semarang, 5 Juli 2022
Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 10.46 – 10.51 Wib.

• Thursday, July 14th, 2022

Masalah Islam, Iman, & Ihsan; Nabi Muhammad lebih Memahami, dan Masalah Hari Kiamat; Malaikat Jibril Lebih Memahami

Oleh Agung Kuswantoro

 

Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali” (Qs. al-Baqorah:285).

 

Dalam kitab Arbain Nawawi hadist yang ke-2 disebutkan tentang Islam, Iman, dan Ihsan, dan hari kiamat. Hadis tersebut merupakan hadist terpanjang dari total 42 hadist, kurang lebih hampir dua halaman. Tepatnya, satu setengah halaman hadist tersebut.

 

Hadis ini panjang karena bentuknya cerita. Isinya kurang lebih seperti ini: dalam suatu majlis (ilmu) yang dihadiri oleh Rosulullah, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang mengenakan baju sangat putih dan berambut sangat hitam. Dimana, ia tidak tampak bekas perjalanan jauh dan diantara orang yang hadir tidak ada yang mengenalnya.

 

 

Lalu, laki-laki tersebut duduk dihadapan Rasulullah dan menempel kedua lutut ke lutut Rasulullah. Laki-laki tersebut bertanya kepada Rosul tentang (1) Islam; (2) Iman; (3) Ihsan, dan (4) Hari kiamat.

 

Dari setiap pertanyaan tersebut Rosulullah bisa menjawab dengan fasih menjawabnya, mulai dari: Islam, Iman, dan Ihsan.

 

Islam adalah (1) bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan solat, (3) menunaikan zakat, (4) berpuasa di bulan Ramadhan, (5) menunaikan haji jika mampu.

 

Iman adalah (1) beriman kepada Allah, (2) malaikat-Nya, (3) Kitab-kitab-Nya, (4) Rosul-rosul-Nya, (5) hari kiamat, dan (6) takdir baik dan buruk.

 

Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka Dia/Allah melihatmu.

 

Dari ke-3 pertanyaan yang disampaikan oleh laki-laki tersebut, Nabi Muhammad Saw bisa menjawabnya dengan lancar. Bahkan, laki-laki tersebut membenarkan jawaban Rosulullah dengan kalimat “Sodaqta” yang artinya Anda/Nabi Muhammad benar atas jawaban tersebut.

 

 

Namun, saat laki-laki tersebut bertanya tentang hari kiamat. Rasulullah mengatakan kepada lelaki tersebut dengan kalimat: mal mas uulu ‘anha bi ‘alama minas sail, yang artinya: yang ditanya lebih tahu dari pada yang bertanya. Artinya, laki-laki tersebut lebih tahu daripada Rasulullah.

 

Dari dialog di atas, menjadi penasaran, siapakah laki-laki tersebut? Singkat cerita ternyata laki-laki tersebut adalah Malaikat Jibril.

 

Ada beberapa dua poin yang harus kita pelajari dari hadis tersebut. Pertama, Malaikat bisa hadir di sekitar kita. Pastinya, tidak asal tempat. Malaikat itu ada. Ada kriterianya Malaikat bisa hadir disuatu tempat yaitu: tempat tersebut baik, tidak ada maksiat, dan tidak ada aurat yang terbuka dari orang yang hadir.

 

Majlis yang dihadiri oleh Rasulullah berisikan orang yang baik, diskusi baik, dan orangnya menjaga (lisan, hati, & perbuatan). Disitulah Malaikat pasti turun. Bagi kita, ciptakanlah lingkungan yang seperti itu agar Malaikat bisa turun. Misal ibadah nikah. Nikah adalah ibadah. Saat ibadah akad nikah, jagalah tempatnya agar Malaikat turun. Menjaga tempat dengan cara: mulai dari orang yang hadir agar menutup aurat, menjaga perkataan, dan situasi ibadah harus dijaga. Jangan sampai ada orang “kotor” sehingga Malaikat enggan untuk turun di tempat tersebut.

Pilihlah tempat nikah, misalnya Masjid/Musholla, dengan meminimalisir keadaan yang tidak baik seperti menutup aurat saat masuk ke Masjid (syukur berwudhu) dan menjaga perkataan di Masjid. Keadaan tersebut, maka Malaikat insyaallah akan turun. Sebaliknya, jika tempat akad nikah dikelilingi dengan (mohon maaf) orang yang hadir terbuka auratnya dan “kotor” ucapannya, ditambah lagi dengan suara yang tidak baik, maka setan yang akan turun. Sekali lagi, Malaikat turun di tempat yang baik, bukan di tempat yang “kotor”.

 

Kedua, Urusan Islam, Iman, dan Ihsan manusia lebih menguasai daripada Malaikat. Karena, Malaikat tidak memiliki nafsu, sehingga, derajat keislaman, keimanan, dan keihsanan itu, bisa jadi derajat lebih tinggi manusia. Sedangkan mengenai kapan hari akhir/kiamat, Malaikatlah yang lebih mengetahui dibanding manusia. Sekelas, Nabi Muhammad pun tidak mengetahui kapan kiamat akan tiba.

 

Ketiga, Manusia dan Malaikat bisa jadi sangat dekat, hanya saja ada beberapa kriteria agar kedua makhluk tersebut berkomunikasi. Nabi Muhammad–lah contoh terbaik dalam bersahabat dengan semua makhluk termasuk dengan Malaikat.  Bahkan saking dekatnya, Malaikat bertanya kepada Nabi Muhammad dengan kalimat akhbarnii.

 

 

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga memberikan manfaat untuk kita semua dan kita bisa mengamalkan dalam kehidupan kita. Amin. []

 

Semarang, 14 Juli 2022

Ditulis di UPT Kearsipan UNNES jam 14.00 – 14.20 Wib.

 

• Monday, July 11th, 2022

 

Kajian Arbain Nawawi (18): Sekuat Apapun, Pasti Memiliki “Pantangan”/Haram

Oleh Agung Kuswantoro

 

“Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang diharamkan (hadist ke-6 dari kitab Arbain Nawawi).

 

Saya memahami hadist tersebut adalah segala sesuatu yang paling hebat/kuat, pasti memiliki pantangan atau hal yang dilarang. Adapun larangan terbaik adalah larangan Allah yang tertulis dalam al-Qur’an misal, miras, zina, berbohong, khianat, dan lainnya. [ ]

 

Kajian Arbain Nawawi (19): Daging Itu Hati

Oleh Agung Kuswantoro

 

Ada “daging” yang menentukan akan jasad dalam tubuh manusia. Apabila “daging” itu baik, maka jasad tersebut akan baik. Sebaliknya, apabila “daging” tersebut buruk, maka jasad tersebut akan buruk. Nah, apakah “daging” tersebut? Hati, jawabnya. Itulah inti dari penutup hadist kitab dari Arbain Nawawi nomor enam tersebut: “Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika ia baik maka baiklah tubuh ini dan jika ia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia (segumpal darah itu) adalah hati.

 

Semarang, 1 Juli 2022

Ditulis di rumah jam 16.25 – 16.30 Wib.

 

 

• Wednesday, July 06th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (16): Halal dan Haram Itu Jelas

Oleh Agung Kuswantoro

 

Halal dan haram itu jelas, hal ini sebagaimana hadist ke-6 yaitu “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas”.

 

Lalu, muncul pertanyaan: seperti apakah halal dan haram? Beberapa sumber menjelaskan, bahwa halal adalah roti, buah-buahan, minyak, madu, minyak samin, susu, binatang yang boleh dimakan dagingnya, telurnya, dan makanan lainnya. Demikian juga, berjalan, memandang, berbicara, dan perbuatan lainnya yang jelas-jelas halal.

 

Sedangkan yang haram adalah babi, bangkai, air kencing, dan darah yang dialirkan. Demikian juga berzina, berbohong, menggunjing, memandang perempuan yang bukan mahrat, dan lainnya.

 

Karena sudah jelas mana yang halal dan haram, maka tugas kita adalah melaksanakan yang halal dan menjauhi yang haram. Semoga kita bisa, amin. []

 

Semarang, 1 Juli 2022

Ditulis di rumah jam 16.00 – 16.05 Wib.

• Monday, July 04th, 2022

 

 

Kajian Arbain Nawawi (17): Yang Samar Itu Subhat
Oleh Agung Kuswantoro

Jika tidak jelas mana yang halal dan haram, maka namanya subhat/samar, sebagaimana hadist Arbain nomor enam ini dari kitab Arbain Nawawi: “Diantara keduanya terdapat subhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak.

Isi hadist di atas, ada solusi yang sangat baik untuk menghindari perkara “samar”, yaitu dengan menghindari perkara subhat/samar, karena dengan menghindari atau menjauhi perkara subhat maka dapat menyelamatkan agama Allah. Oleh karenanya, jika ada perkara yang tidak jelas, maka jauhilah perkara tersebut. Agar kita selamat. Insya Allah. []

Semarang, 1 Juli 2022
Ditulis di Rumah jam 16.05 – 16.10 Wib.

• Monday, July 04th, 2022

Kajian Arbain Nawawi (14&15): Ibu orang mukmin dan bid’ah

 

Kajian Arbain Nawawi (14): Siapakah Ibu Orang Mukmin?
Oleh Agung Kuswantoro

Ada istilahnya Bapak Pembangunan adalah Soeharto. Tokoh emansipasi wanita adalah RA Kartini, dan Bapak Tionghoa adalah Gus Dur. Lalu, siapakah ibu orang mukmin? Jawabnya: Aisyah.

Dalam hadist ke-5 Arbain Nawawi disebutkan “Diriwayatkan dari Ummul mukminin Ummu Aisyah Radhiallahu ‘anhu. Aisyah adalah istri Nabi Muhammad saw yang sangat pandai, sehingga beberapa riwayat bersumber dari Aisyah.”

Ciri khas hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah berisi “keintiman” atau kedekatan. Bisa jadi, hal-hal yang pribadi, ada hadist yang diriwayatkan oleh Aisyah. Wa’allahu ‘alam. []

Semarang, 29 Juni 2022
Ditulis di Kantor UPT Kearsipan UNNES jam 09.40 – 09.47 Wib.

Kajian Arbain Nawawi (15): Bid’ah
Oleh Agung Kuswantoro

Hadist ke-5 dari Kitab Arbain Nawawi berbicara tentang bid’ah. Berikut hadistnya: “Barang siapa mengada-ada dalam urusan (agama) Kami ini yang bukan berasal darinya maka dia tertolak”. (HR Bukhari Muslim) dalam riwayat Muslim disebutkan “Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan agama kami maka dia tertolak”.

Khusus kajian ini, saya tidak begitu terlalu mendetailkan, karena kajian dilakukan di tempat umum. Saya hanya memberi contoh dengan jamaah, misal saja: menutup aurat dimana dalam solat subuh ini, ada yang memakai sarung, celana jeans, celana kain, dan jubah. Apakah hal ini bid’ah? Tanya saya kepada jamaah.

Lalu, saya menyampaikan bahwa pada intinya adalah penghormatan diantara pendapat yang berbeda. Yang tidak baik adalah orang yang belum solat subuh pada pagi ini, namun masih membicarakan masalah sarung, celana jeans, dan jubah. Padahal yang bersangkutan masih tidur atau belum solat berjamaah di Masjid. Mari hormati setiap pendapat dari orang yang memiliki sumber valid. Wa ‘allahu ‘alam. []

Semarang, 29 Juni 2022
Ditulis di UP Kearsipan UNNES jam 10.43 – 10.45 Wib.

• Sunday, July 03rd, 2022

 

Kepemimpinan Ibu yang Menjadi Janda
Oleh Agung Kuswantoro

Menjadi janda yang ditinggal suami (meninggal dunia), pasti wanita tersebut adalah pemimpin. Mengapa? Karena dia akan mengatur diri dan keluarganya. Terlebih dia tidak menikah lagi.

Mengatur diri, tidaklah mudah. Mulai dari godaan diri dari orang lain. Terlebih, ia janda. Pasti banyak godaan dari lingkungan sekitar.

Mengatur keluarga. Nah, disini faktor ekonomi dan sosial. Faktor ekonomi, dia harus mencari nafkah untuk anaknya. Padahal, hal tersebut adalah kodrat laki-laki. Faktor sosial, dia harus mengatur anak dan keluarga, lingkungan setempat.

Mengatur anak dan menjaga lingkungan, bukanlah hal yang mudah. Adanya suami itu sebagai penyeimbang atau partner dalam menata rumah tangga. Namun, jika itu janda, maka kontrol diri adalah yang utama dalam mengatur rumah tangga.

Pastinya, kepemimpinan wanita dengan laki-laki berbeda. Jika kita menjadi anak dari kepemimpinan yang dipegang oleh wanita (semisal janda sebagaimana cerita di atas), maka tugas Anda adalah bersyukur. Hormati wanita tersebut. Karena, telah mendidik Anda hingga dewasa. Rawatlah wanita tersebut, jika Anda mampu dan muliakanlah. Insya Allah hidup Anda tambah sukses dan berkah. [].

Kudus, 26 Juni 2022
Ditulis di Rumah (@home) Kudus
Jam 02.10 – 02.30 Wib.

 

Agung Kuswantoro, dosen pendidikan ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, dan penulis buku.
Email: [email protected]. HP/WA: 08179599354

• Saturday, July 02nd, 2022

 

Dapat Amanah dari Ponpes Salafiah Kauman Pemalang
Oleh Agung Kuswantoro

Adalah Ponpes (Pondok Pesantren) Salafiah Kauman Pemalang yang menjadi bagian hidup saya dalam mengenal ilmu-ilmu agama Islam, mulai dari: fa’ala yaf’ulu hingga qola asluhu qowa’ala; alkalamu huwal lafdu hingga zaidun qoimun, kitab jurmiyah hingga alfiayah, kitab fiqih wadhih hingga taqrib, dan lain sebagainya.

Enam tahun di Ponpes Salafiyah, hingga sekarang ilmu-ilmu yang pernah saya dapat itu, sangat membekas dalam hati. Termasuk, para pengasuhnya. Ada Kiai Haji Drs. Romadlon Sya’ban Zuhdi, Gus Hamdan, Gus Faris, Kiai Miftah, Kiai Makroji, Kiai Rodi, dan Kiai serta ustad-ustad lain yang berada di Ponpes Salafiyah Kauman Pemalang.

Mendapatkan telpon dari Gus Salman Faris untuk membantu menyiapkan makan siang untuk santri dan para pengasuh sejumlah 260 orang di Fatimatuzzahro, Ngijo, Gunungpati, Semarang menjadi suatu kehormatan bagi saya untuk menjalankan amanah tersebut. Alhamdulillah dengan dibantu istri – Lu’lu’ Khakimah – kebutuhan makan siang untuk rombongan Ponpes Salafiyah pada Jum’at (1/7/2022) dapat terlaksana dengan baik.

Dalam pertemuan singkat tersebut saya bertemu dengan seluruh kelurga “ndalem” keluarga besar Salafiyah Kauman Pemalang, bahkan saya bertemu dengan Nyai Hajjah Fatimah Sya’ban Zuhdi, keluarga besarnya, dan para Ustad pendamping santriwan-santriwati Salafiyah Kauman Pemalang.

Syukur Alhamdulillah, Allah telah mengenalkan saya kepada sekolah nonformal yang penuh ilmu itu. Terima kasih keluarga besar Ponpes Salafiyah atas kepercayaan kepada saya yang dulu pernah belajar di daerah Kauman Pemalang itu. Semoga Ponpes yang terletak di jantung kota Pemalang itu selalu menjadi rujukan dalam belajar ilmu agama di Pemalang.

Semarang, 1 Juli 2022
Ditulis di Rumah jam 14.30 – 14.35 Wib.