• Tuesday, August 02nd, 2022

Kajian Arbain Nawawi (30): Mengutamakan Kebaikan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Terkait hadis ke-12, dalam kitab Majalisus Saniah berkaitan dengan ayat al-Quran: “Berpegangteguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai”. Tidak diragukan lagi bahwa jiwa yang mulia itu suka akan kebaikan dan menjauhi gangguan. Jika hal itu dilakukan maka akan terciptalah keharmonisan dan tertiblah keadaan.

 

Adapun makna per lafal dari hadis tersebut adalah:

 

Laa yu’minu ahadukum yaitu iman yang sempurna

Hatta yuhibbu li akhiihi yaitu, saudara seiman tanpa mengkhususkan antara yang satu dengan yang lain. Hal ini didasarkan pada firman Allah, yang artinya: Sesungguhnya kaum mukminin itu bersaudara. Dan lagi pula kata mufrad yang di-mudhaf-kan itu menjadi umum.

 

Maa yuhibbu linafsihi yaitu, apa yang ia sukai buat dirinya. Yang dimaksudkan di sini adalah hal-hal yang baik dan berguna, karena orang yang tidak suka buat dirinya selain dari yang baik-baik. Dalam riwayat Annasaa-i disebutkan, hatta yuhibba li akhiihi minal khairi maa yuhibbu linafsihi (sehingga ia menyukai kebaikan buat saudaranya seperti yang ia sukai buat dirinya sendiri). Dan dalam riwayat Muslim disebutkan: walladzii nafsii biyadihi, laa yu’minu ahadukum hattan yuhibba li akhiihi au qaala lijaarihi maa yuhibbu linafsihi (Demi Zat yang nyawaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak sempurna iman seseorang di antara kamu kecuali jika ia menyukai buat saudaranya, atau sabdanya buat tetangganya, seperti apa yang ia sukai buat dirinya sendiri).

 

Kebaikan adalah isim jamak, yang mencakup semua perbuatan taat dan yang mubah, baik yang berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Waallahu ‘alam.

 

Semarang, 2 Agustus 2022

Ditulis di Rumah jam 20.00-20.30 Wib.

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply