• Thursday, April 19th, 2018

Memantaskan Menjadi Hamba Yang Patut Masuk Bulan Ramadhan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Wahai, orang-orang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa (QS. Albaqorah:183)

 

Tak terasa sekarang kita sekarang sudah memasuki bulan Sya’ban. Orang Jawa mengatakan bulan Ruwah. Tepatnya, saat ini tanggal 4 Sya’ban 1439 H. Berarti kurang lebih ada 26 hari menuju bulan Ramadhan.

 

Ramadhan pasti akan sampai pada kita. Ia bukan tamu Allah, tetapi kita yang menjadi tamunya. Mengapa demikan? Karena, Ramadhan dapat dikatakan akan terjadi 26 hari lagi. Dapat dikatakan, ia pasti akan datang. Tetapi, kita belum tentu sampai pada hari yang ke-26 itu. Bisa jadi, faktor umur yang pendek (meninggal dunia). Bisa jadi, kita sampai pada bulan Ramadhan, tetapi fisik kita tidak memungkinkan. Atau, sakit.

 

Jadi, saat ini perbanyaklah berdoa “Allahumma balligna rojabana sya’bana wabaligna romadhona.”

 

Ya Allah sampaikan Kami semua pada bulan Rajab, Sya’ban, dan Romadon. Harapannya melalui doa ini, kita bisa sampai pada bulan Romadhon. Amin.

 

Berdasarkan informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) bahwa saat bulan Ramadhan di Jawa masuk musim kemarau. Temperaturnya mencapai 34 derajad Celsius. Informasi ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada 11 April 2018 (Sumber www.detik.com). Sekarang musim pancaroba, sehingga hujan pun terasa panas.

 

Oleh karenanya, perlu kita melihat Sejarah/Tarih. Pertama, Perang Badar terjadi pada bulan Ramadhan. Pasukan yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW tetap menjalankan puasa. Itu pada masa Nabi Muhammad SAW. Kedua, kemerdekaan Republik Indonesia diraih pada bulan Ramadhan, bertepatan dengan 17 Agustus 1945.

 

Kedua peristiwa tersebut, sama-sama terjadi di bulan Ramadhan. Namun, pemimpin-pemimpin dan pasukannya tetap puasa, walaupun dalam keadaan perang dan panas. Mereka, menyadari bahwa puasa itu suatu kewajiban bagi orang beriman. Bahkan, termasuk rukun Islam.

 

Mari kita lihat ibadah puasa itu sendiri. Pertanyaannya, puasa ditujukan kepada siapa? Alqur’an menjawab bagi orang yang beriman. ( Ya Ayyuhal ladzina amanu). Amanu, tolong garis bawahi.

 

Bukan, ya’ayyuhal muslimun (wahai orang muslim). Maknanya, ada pembeda antara orang muslim dan mukmin. Islam dan Iman. Sehingga, tidak heran, jika kita perhatikan, bahwa ada orang Islam saat memasuki bulan Ramadhan, ia tidak berpuasa. Padahal, secara hukum sudah memenuhi syaratnya. Lalu, kenapa tidak berpuasa? Jawabnya, sebagaimana ayat di atas, bahwa rujukan puasa ditujukan kepada orang beriman.

 

 

Sama halnya dengan kewajiban sholat Jumat. Maknanya, Jum’at ditujukan kepada orang beriman. Ada orang Islam yang belum sholat Jum’at pada siang ini. Kenapa? Karena, ada pembeda antara Iman dan Islam. Itu secara tauhid.

 

 

Syarat Wajib Puasa Ramadhan

 

Sedangkan secara fiqih bahwa syarat sah puasa itu yang nomor pertama yaitu Islam. Dalam kitab Taqrib halaman 25 disebutkan syaraitu wujubus siyam al Islam. Yang artinya, syarat wajib puasa yaitu Islam. Posisi Islam pada yang pertama. Jadi, iman dan Islam ada kaitannya. Iman dulu, baru Islam. Mengapa demikian? Karena, pada agama lain juga ada ibadah puasa. Seperti Nyepi. Orang Hindu wajib puasa. Kristen Protestan ada puasa prapaskah. Dan, agama-agama lainnya. Maknanya, puasa di agama lain juga ada ibadah tersebut. Sehingga, secara fiqih secara tegas mengatakan syarat orang dapat dikatakan sah melaksanakan puasa Ramadhan adalah agama Islam.

 

Jadi, jika ada orang Kristiani atau umat agama lain puasa di bulan Ramadhan, maka tidak sah, karena agamanya bukan Islam. Syarat agama Islam menjadi syarat pokok wajib.

 

Islam pun memiliki kadar keimanan yang berbeda-beda, sehingga ada orang Islam pada bulan Ramadhan ada yang tidak berpuasa. Mengapa? Kadar keimanan seseorang berbeda. Tetapi, yang diundang/disapa oleh Allah untuk berpuasa adalah ber-Islam dan beriman. Disinilah, tugas kita untuk meningkatkan keimanan agar termasuk golongan yang dipanggi oleh Allah SWT.

 

Syarat kedua adalah baligh. Anak-anak berpuasa itu boleh, berpuasa tetapi belum wajib melakukannya. Sehingga, ia dalam taraf belajar puasa. Ia perlu dilatih ibadah puasa. Meskipun, ia perlu dilatih ibadah puasa. Meskipun, ia berpuasa sampai waktu Dhuhur, kemudian dilanjutkan berpuasa. Meskipun, secara hukum tidak boleh. Namun, dengan tujuan edukasi/pendidikan, maka para pakar mengatakan tidak masalah.

 

Syarat ketiga yaitu berakal. Ia dalam kondisi tidak tidur dan lupa. Orang yang dalam keadaan tidur dan lupa, maka tidak terkena kewajiban berpuasa. Apa buktinya? Sahabat Al kahfi. Mereka tertidur hingga 300-an tahun. Tidur yang benar-benar tertidur. Ia ditidurkan oleh Allah SWT. Maka, ia tidak wajib puasa.

 

Syarat Keempat, mampu. Mampu dalam hal ini adalah mampu secara fisik. Karena, puasa itu ibadah fisik. Jadi, harus diperhatikan kesehatan. Secara Alqur’an orang yang dalam keadaan fisik tertentu. Boleh tidak berpuasa. Mereka adalah orang yang dalam perjalanan, hamil, menyusui, dan sakit.

 

Itulah keempat syarat wajib berpuasa. Jika keempat itu ada pada diri kita, maka kita sudah diwajibkan untuk berpuasa. Ingatkan pula Saudara kita, apabila telah memenuhi keempat syarat tersebut, maka berkewajiban menjalaninya.

 

Malu rasanya. Nabi Muhammad SAW berperang di gurun saja masih berpuasa. Demikian juga, para pahlawan negara kita untuk meraih kemerdekaan saja, ia tetap berpuasa.

 

Mari kita sikapi dengan bijak, Ramadhan yang sebentar lagi sampai kepada kita. Mari, kita memantaskan diri dulu, agar diundang oleh Allah menjadi hamba yang berIslam dan beriman.

 

Ingatkan pula, istri Saudara kita agar nyaur atau mengqodho puasa Ramadhan pada tahun sebelumnya. Karena, perbuatan ini wajib, maka mengqodho-nya pun wajib. Mengingatkan ini pula tugas wajib suami selaku kepala rumah tangga.

 

Demikian khutbah singkat ini. Ada beberapa kesimpulan:

  1. Puasa Ramadhan Insya Allah kurang 26 hari lagi. Mari kita pantaskan agar kita layak memasuki bulan Ramadhan dengan meningkatkan keislaman dan ketakwaan.

 

  1. Puasa Ramadhan itu wajib. Apa pun keadaannya, walaupun cuaca sangat panas karena awal musim kemarau, namun Nabi Muhammad SAW dan pahlawan kita mengajarkan itu kepada kita. Meskipun mereka berperang dan cuaca panas, tetapi tetap berpuasa.

 

  1. Ingatkan Saudara kita yang puasa pada tahun kemarin belum mengqodho-nya, maka bersegera untuk mengqodho-nya.

 

 

Semoga bermanfaat. Amin.

 

 

Semarang, 20 April 2018

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply