• Saturday, June 23rd, 2018

Menjaga Spirit Ramadhan

Oleh Agung Kuswantoro

 

Ramadhan telah dipanggil oleh Allah. Ramadhan, bukan meninggalkan kita. Tetapi, ia telah pulang ke pangkuan Allah. Ramadhan akan hadir lagi pada 11 bulan berikutnya. Justru, belum tentu kita bertemu kepadanya. Bisa juga karena sakit atau Allah menghendaki umur kita yang pendek/mati.

 

Sebagai umat Islam dan beriman, kita merasa sedih telah melalui bulan ini.   Di bulan tersebut, “obral” pahala sangat banyak, namun sekarang bulan tersebut telah dipanggil oleh Allah.

 

Ada 2 kategori orang meninggalkan bulan Menjaga Spirit Ramadhan, yaitu:

  1. Orang yang ditinggalkan merasa bahagia. Mengapa bahagia? Karena telah melalui “wisuda”. Layaknya, sekolah/kuliah di Perguruan Tinggi. Usai ujian ada wisuda. Ujiannya meliputi “pelajaran” tarawih, puasa, witir, tadarus, itikaf, qiyamul lail, sedekah, dan ibadah lainnya.

 

Materi-materi “pelajaran” tersebut telah dilalui bagi oang yang senang dengan kehadiran sekolah Ramadhan. Ia lalui “ujian-ujian” materi pelajaran dengan bahagia. Sehingga, “wisuda berupa orang yang bertakwa, ia mudah menggapainya. Minimal, ia telah mendapat fitrah/kesucian. Gelar yang ia dapat adalah “muttaqien” atau orang yang bertakwa. Itulah, orang yang bahagia saat ditinggalkan Ramadhan.

 

Orang yang bahagia ini, hatinya bersedih, karena tidak semua (11 bulan) itu ada “penggemblengan” ibadah sebagaimana di sekolahan Ramadhan.

 

  1. Perasaan biasa-biasa saja ini ada pada orang yang tidak melaksanakan pembelajaran dengan baik waktu di sekolahan Ramadhan. Ia tidak rajin mengikuti setiap pelajaran. Bahkan, ia sangat mungkin tidak hadir/bolos saat pembelajaran. Saat pelajaran puasa, ia malah tidak puasa. Padahal, ia mampu secara hukum fiqih.

 

Saat pelajaran tarawih dan witir, ia bolos juga. Ia tidak hadir dengan alasan tidak jelas. Padahal, ia telah memenuhi syarat hukum untuk melaksanakan pembelajaran tersebut.

 

Saat tadarus pun, ia bolos, ia tidak hadir untuk tadarus. Padahal, ia punya kemampuan untuk belajar Alqur’an.

 

Demikian “pelajaran-pelajaran” lainnya. Ia dengan mudahnya tidak mengikutinya. Ia “bolos”. Ia tidak puasa, tarawih, witir, tadarus, itikaf, zakat fitrah, dan ibadah di bulan suci tersebut. tetapi, “anehnya” tetap berlebaran.

 

Dalam pandangan penulis, maka perlu ada pembeda antara Idul Fitri dan Lebaran. Orang yang telah membolos pada pelajaran di sekolahan Ramadhan, ia hanya dapat Lebaran. Lebaran sebagai adat/budaya saja. Ia tetap melakukan makan opor ayam, reuni dengan teman sekolah, merayakan lebaran dengan berwisata, dan perayaan lainnya. Namun, “fitrinya” ia tidak dapat. Fitrinya tidak ia peroleh, dikarenakan ia tidak lulus saat bersekolah di sekolahan Ramadhan.

 

Bukannya perayaannya tidak boleh. Tetapi sebagai orang Islam dan beriman. Rasa “Fitrinya” seperti biasa. Tidak sedih. Mengapa? Ia tidak menjalani/menikmati “pelajaran-pelajaran” di sekolah Ramadhan.

 

 

Dijaga

 

Spirit atau motivasi yang ada di sekolah Ramadhan harus kita jaga. Insya Allah posisi kita berada pada orang yang bahagia saat ditinggalkan Ramadhan dengan hati sedih. Bahagia karena telah suci/menang. Spiritnya diantaranya

 

Sholat tarawih dan witir. Tetap kita lakukan dengan sholatullail/sholat malam. Tarawih saja kita 20/ 8 rokaat. Masa sholat tengah malam, minimal 2 rokaat tidak bisa?

 

Tadarus. Pelajaran ini harus dilakukan kajian dan dimana saja. Tidak hanya di bulan suci, setelah sholat tarawih biasanya membaca Alqur’an. Karena hikmahnya sangat banyak.

 

Puasa. Pelajaran ini mengajarkan kepada kita untuk merasakan rasa lapar. Ternyata, orang yang kelaparan itu tidak enak. Tetapi, secara kesehatan menyehatkan.

 

Itikaf. Pelajaran ini mengajarkan kepada kita untuk mengingat kepada Allah. Tempatnya harus dilakukan di Masjid. Ia berdzikir dan berpikir akan makna hidup. Memasrahkan kepada Allah.

 

Zakat Fitrah. Pelajaran ini mengajarkan agar selalu berbagi. Merasakan makna memberi. Bahwa, memberi itu lebih baik daripada menerima.

 

Masih banyak pelajaran yang lainnya yang belum penulis sampaikan. Pada intinya, semua pembelajaran di sekolah Ramadhan sangat bermanfaat.

 

Mari kita jaga spirit/motivasi Ramadhan ini. Agar kita hidup lebih bahagia. Karena kita adalah bagian dari orang yang bahagia saat bulan Ramadhan. Amin.

 

 

 

Semarang, 24 Juni 2018

 

 

 

Category: Uncategorized
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Leave a Reply