Luhurnya budaya konfirmasi

Posted by: Agung Gunawan in Uncategorized No Comments »

LURUHNYA BUDAYA KONFIRMASI

Oleh Galih Kurniawan

 

(Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi 2012,

 

Ketua Umum LDK UKDM UPI 2015)

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya, apabila dia menyeru kepadamu sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu. Dan ketahuilah sesungguh-Nya Allah membatasi antara manusia manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepadaNyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang dzalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaannya.”

 

(QS Al-Anfal : 24-25)

 

 

 

Kita sering mendengar istilah “Siap 86!”, apalagi setelah istilah ini menjadi salah satu program di stasiun televisi. “86!” adalah bahasa isyarat yang sering digunakan dalam komunikasi militer atau petugas keamanan. Maksudnya adalah pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan/ sender dapat diterima, dimengerti, dan dipahami oleh penerima pesan. Selain itu, istilah itu merupakan respon bahwa pesan (instruksi) yang diberikan siap dilaksanakan.

 

Sejujurnya saya kagum dengan komunikasi di militer tersebut. Bagi saya, kegiatan itu memiliki arti lain dalam kehidupan. Orang-orang militer dilatih siap, disiplin, responsif, tenang, dapat mengkondisikan, dan lain-lain. Demikian juga konfirmasi memiliki urgensi dalam dakwah. Adapun kali ini penulis akan membahas konfirmasi dalam lembaga dakwah kampus (LDK). Tulisan bukan tidak bermaksud menggurui, penulispun harus terus-menerus melakukan instropeksi.

 

Konfirmasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pembenaran, penegasan, pengesahan. Konfirmasi yang saya maksud dalam tulisan ini adalah kegiatan merespon pesan, panggilan, atau seruan dalam LDK. Dalam melakukan konfirmasi bahasa yang dilakukan dapat berbeda. Akan tetapi dalam artikel ini saya tidak akan membahas tentang bahasa yang baik dalam merespon pesan, namun lebih kepada menyoroti kegiatan konfirmasi saja. Konfirmasi ini merupakan bagian dari pembahasan ruhul istijabah (bersegera menyambut seruan). Namun kiranya hal kecil ini dapat meningkatkan ruhul istijabah Aktivis Dakwah Kampus (ADK).

 

“Seruan kepada pengurus LDK untuk syuro pada hari Selasa, 2 Juni 2015 pukul 16.00 WIB di Selasar Akhwat lantai 3 Masjid. Pembahasan mengenai Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB). Harap hadir mengingat pentingnya syuro ini. Konfirmasi ke 0896xxxxx. Jazakumullah khairon katsiro”.

 

Demikian gambaran undangan syuro di LDK. Pesan tersebut biasanya dikirim oleh masul atau penanggungjawab dari sebuah kegiatan atau peran tertentu. Dalam pesan tersebut disertakan konfirmasi dengan maksud orang yang diundang membalas, merespon, menyambut, dan mengkomunikasikan perihal kehadiran dalam agenda tersebut.

 

Namun seringkali ADK merasakan bahwa konfirmasi tersebut berat dilakukan. Hal ini mungkin karena menganggap agenda tersebut tidak penting, tidak menyenangkan, terlupakan karena sibuk mengerjakan agenda lain, atau alasan semacamnya. Hal tersebut menyebabkan ADK tidak menyegerakan konfirmasi bahkan tidak konfirmasi sama sekali. Padahal, sebenarnya konfirmasi tidak memerlukan waktu lama, mungkin hanya memerlukan waktu beberapa menit saja.

 

“Yang penting, kan, saya hadir. Tidak perlu konfirmasi”. Demikian pula salah satu pernyataan mengapa sebagian ADK tidak segera konfirmasi atau bahkan tidak konfirmasi sama sekali.

 

Dikarenakan karena tidak ada yang konfirmasi, seringkali sebuah acara tidak jadi terlaksana. Padahal panitia sudah menyiapkan kegiatan dengan matang. Panitia beranggapan karena tidak ada yang konfirmasi maka acara tidak layak untuk dilaksanakan. Namun tidak jarang juga, panitia menjadi bersemangat karena banyak peserta yang konfirmasi. Untuk hal teknis, konfirmasi berfungsi untuk penyesuaian kegiatan misalkan besar ruangan, jumlah kursi, jumlah konsumsi, dan lain-lain. Sehingga dalam hal ini konfirmasi penting untuk kepastian sebuah agenda.

 

Banyak yang menganggap bahwa kehilangan budaya konfirmasi tidak akan berdampak pada dakwah secara umum. “Kerikil-kerikil kecil” sebuah kelalaian akan menggunung menjadi kelalaian besar. Jika kehilangan budaya konfirmasi terakumulasi dengan kesalahan yang lain maka menjadi representasi LDK yang menyertakan nilai islam. Pada akhirnya Islam akan mendapat citra negatif akibat kelemahan dan kekebalan ADK dalam menangkal kebiasaan buruk.

 

Komunikasi -termasuk konfirmasi- penting dalam LDK. Penulis mencoba merinci urgensi dan manfaat dari konfirmasi antara lain sebagai berikut :

 

Belajar peka terhadap kebutuhan dan kepentingan orang lain

Bisa jadi hal yang menurut kita kecil namun berarti besar bagi orang lain. Oleh karena itu kita tidak boleh melalaikan hal kecil tersebut. pengirim pesan membutuhkan konfirmasi dengan berbagai alasan seperti mengetahui kabar dan kondisi, mempersiapkan suatu agenda, dll. Dengan konfirmasi kita belajar peka terhadap kebutuhan dan kepentingan orang lain tersebut.

 

Belajar menghargai usaha orang lain

Pengirim pesan telah berusaha agar pesan tersebut dapat terkirim kepada penerima pesan. Jika kita urutkan, mungkin pengirim pesan memerlukan usaha berupa input nomor handphone, menuliskan pesan yang sesuai, mengirimkan pesan secara bertahap, membeli pulsa, dan lain-lain. Biasanya sender bukan pengangguran juga, dia diamanahi di berbagai tempat. Oleh karenanya usaha untuk mengirim pesan kepada penerima pesan semakin besar.

 

Mungkin saja penerima pesan berpikir apa susahnya sender mengirimkan satu pesan kepadanya. Namun patut difahami bahwa bisa jadi pesan yang dikirim ke penerima pesan berjumlah puluhan bahkan ratusan. Lagipula, jika kita berpikir apa susahnya sender mengirim pesan kepada kita, lalu apa susahnya kita mengirimkan pesan konfirmasi kepadanya?

 

Belajar mengasah kemauan menjalin relasi

Konfirmasi adalah kegiatan belajar menjali relasi dengan orang lain. Komunikasi melalui media, hakikatnya adalah sama seperti komunikasi di dunia nyata. Apabila komunikator mengirim pesan namun diacuhkan oleh komunikan maka akan muncul ketidaknyamanan bagi komunikator. Demikian pula komunikasi melalui media, bila komunikasi pengirim pesan diacuhkan oleh penerma pesan bisa jadi muncul ketidaknyamanan bagi penerima pesan.

 

Patut kita ingat bahwa kehidupan kita tidak hanya hari ini saja, namun juga dikemudian hari. Konfirmasi (membuat orang lain nyaman) adalah tuntunan dan investasi bagi seorang mukmin. Hal ini karena Allah menyuruh hambanya untuk membangun hubungan yang baik dengan manusia lain (habluminannas). Selain itu hal ini karena kita membutuhkan orang lain dan begitupula di masa depan. Maksud saya, jangan sampai kita merusak hubungan dengan orang lain karena suatu saat nanti bisa jadi kita yang membutuhkan orang lain.

 

Belajar membangun kesolidan dan kesukesan organisasi

Konfirmasi sebagai bagian dari komunikasi organisasi menggambarkan kesolidan sebuah organisasi. Organisasi sebagai kumpulan orang dalam mencapai suatu tujuan, tidak akan lepas dari komunikasi. Komunikasi tersebut dapat berupa pemimpin kepada anggota, anggota kepada pemimpin, atau sesama anggota. Sebuah organisasi yang baik, memiliki pola komunikasi yang baik baik. Kesuksesan sebuah komunikasi diukur dari sejauh mana anggota komunikasi saling mengerti dan memahami.

 

Belajar mengikis malas, egois, pelit, tinggi hati, dan alineasi

Ada kalanya keengganan melakukan konfirmasi karena aktivis dakwah memiliki kebiasaan malas. Kemalasan ini yang mengakibatkan aktivis dakwah tidak ingin membalas pesan walaupun dengan sebuah pesan singkat. Hal ini sangat berbahaya bagi dakwah. Oleh karena itu, kemalasan itu harus dikikis.

 

Demikian pula dengan egois, tinggi hati, bahkan alineasi. Maksudnya penerima pesan tak ingin mengkonfirmasi karena sender dianggap rendah oleh penerima pesan. Hal ini berakibat penerima pesan tidak merespon dengan semangat. Hal ini mirip dengan sifat tinggi hati aktivis dakwah yang merasa bahwa mengirimkan pesan konfirmasi dapat menurunkan izzahnya.

 

Adapula aktivis dakwah yang mengalineasi diri sehingga tidak mau konfirmasi. aktivis dakwah seperti ini justru menganggap dirinya “sebutir pasir di pantai Pangandaran”, merasa kecil, tidak memiliki kontribusi, dan lain-lain. Padahal selagi muslim bertakwa kepada Allah, dialah yang mulia di sisi Allah. Wallahu’alam.  Belajar indibath/ disiplin/ ruhul istijabah (bersegera menyambut seruan kebaikan)

 

Islam mengajarkan umatnya untuk berdisiplin setiap saat. Hal ini salah satunya dapat tercermin dari shalat. Seorang muslim harus disiplin melakukan shalat di awal waktu. Hal ini menjadi gambaran bahwa kegiatan lainpun seperti itu, termasuk konfirmasi. Kebiasaan konfirmasi akan membantu kita untuk disiplin.

 

Belajar menghargai waktu orang lain

Coba pikirkan dan bayangkan, perlu berapa lama untuk menghubungi puluhan bahkan ratusan orang. waktu orang lain digunakan untuk mengurusi penerima pesan. Maka alangkah lebih baiknya jika kita menghargai pengorbanan waktu yang diberikan oleh pengirim pesan.

 

Belajar tadhiyah, komitmen, dan kontribusi untuk dakwah

Lebih daripada itu, aktivitas yang dikerjakan oleh aktivis dakwah bukan aktivitas main-main. Ada amanah di pundak aktivis untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Jika dibandingkan dengan perjuangan mujahid di berbagai tempat, aktivitas konfirmasi tidak ada apa-apanya.

 

 

 

Cukup sekian artikel mengenai konfirmasi. Intinya, yuk merespon seruan kebaikan dengan niat karena Allah SWT. Kita tidak tahu di bagian mana Allah akan ridha kepada kita, bisa jadi dari konfirmasi yang kila lakukan. Aamiin. Terimakasih

Sumber :line/ forum rohis DKI

Untukmu para aktivis dakwah

Posted by: Agung Gunawan in Uncategorized No Comments »

Mungkin Kita Sudah Lelah….

 

Sudah lelahkah wahai kawan atas perjuangan ini..?

mungkin jadwal dakwah yang padat itu membuatmu lemah?

 

Atau tak pernah punya waktu istirahat di akhir pekan yang kau gusarkan, karena harus terus

BERGERAK berdakwah?

 

Atau pusingnya fikiranmu mempersiapkan acara2 dakwah yang membuatmu ingin terpejam?

 

Atau panasnya aspal jalanan saat kau melakukan aksi yang ingin membuatmu “rehat sejenak”?

 

Atau sulitnya mencari orang yang ingin kau ajak HIJRAH ini yang kau risaukan?

 

Atau karena seringnya kehidupan sekitar kita meminta infak2mu yang membuatmu ingin menjauh?

 

Dakwah kita hari ini hanya sebatas ‘itu’ saja kawan.

bukan ingin melemahkan tapi izinkan saya mengajakmu merenung sejenak….

 

Tahukah engkau wahai kawan, siapa Umar bin Abdul Azis??

Tubuhnya hancur dalam rangka 2

tahun masa memimpinnya…

2 tahun kawan, cuma 2 tahun memimpin tubuhnya yang perkasa bisa rontok, kemudian sakit lalu syahid… Sulit membayangkan sekeras apa sang khalifah bekerja…tapi salah satu pencapainya adalah;

saat itu umat kebingungan siapa yang harus diberi zakat…

tak ada lagi orang miskin yang layak diberi infaq…

 

Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta.

Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.

Sampai pikiranmu.

Sampai perhatianmu.

Berjalan, duduk, dan tidurmu.

 

Tapi Syekh Musthafa Masyhur mengatakan

“Jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang tapi adalah jalan yang paling aman untuk mencapai ridho-Nya.”

 

Ya kawan, jalan ini yang akan menuntun kita kepada ridho-Nya…

saat Allah ridho..

maka apalagi yang kita risaukan?

Saat Allah ridho…semuanya akan jauh lebih indah…karena surga akan mudah kita rasa…,  in syaa Allah.

 

Rasulullah begitu berat dakwahnya..

harus bertentangan dengan banyak kabilah dari keluarga besarnya..

 

Mush’ab bin Umair harus rela meninggalkan ibunya…

 

Suhaib harus rela meninggalkan seluruh yang dia kumpulkan di Mekkah untuk hijrah…

 

Asma’ binti Abu Bakar rela menaiki tebing yang terjal dalam kondisi hamil untuk mengantarkan makanan kepada ayahnya dan Rasulullah

 

Hanzholah segera menyambut seruan jihad saat bermalam pertama dengan istrinya,

 

Ka’ab bin Malik menolak dengan tegas suaka Raja Ghassan saat ia dikucilkan…

 

Bilal, Ammar, keluarga Yasir… mereka kenyang dengan siksaan dari para kafir,

 

Abu Dzar habis dipukuli karena meneriakkan kalimat tauhid di pasar,

 

Ali mampu berlari 400 KM guna berhijrah di gurun hanya sendirian,

 

Utsman rela menginfakkan 3000 unta penuh makanan untuk perang Tabuk,

 

Abu Bakar hanya meninggalkan Allah dan Rasul-Nya untuk keluarganya…

 

Umar nekat berhijrah secara terang terangan,

 

Huzaifah berani mengambil tantangan untuk menjadi intel di kandang musuh,

 

Thalhah siap menjadi pagar hidup Rasul di Uhud, hingga 70 tombak mengenai tubuhnya,

 

Al Khansa’ merelakan anak2nya yang masih muda untuk berjihad,

 

Nusaibah yang walaupun dia wanita tapi tak takut turun ke medan perang,

 

Khadijah sang cintanya rasul siap memberikan seluruh harta dan jiwanya untuk islam, siap menenangkan sang suami di kala susah.. benar2 model istri shalihah

 

Atau mari kita bicara tentang : ?Musa…mulutnya gagap tapi dakwahnya tak pernah pudar…

ummatnya seburuk-buruknya ummat, tapi proses menyeru tak pernah berhenti…

 

?Nuh, 950 tahun menyeru hanya mendapat pengikut beberapa orang saja..bahkan

anaknya tak mengimaninya…

 

?Ibrahim yang dibakar Namrud,

 

?Syu’aib yang menderita sakit berkepanjangan tapi tetap

menyeru…

 

? Yunus, berdakwah selama 33th, hanya 2 org yg menyambut seruannya

 

? Yahya alayhis salam, yg dibunuh dg cara disembelih oleh kaumnya

 

? Zakaria juga digergaji tubuhnya….

 

?Ismail yang rela disembelih ayahnya karena ini perintah Allah…

 

Deretan sejarah di atas adalah SEBAIK-BAIKnya guru dalam kehidupan kita…

 

Sekarang beranikah kita masih menyombongkan diri bersama jalan dakwah yang kita lakukan saat

ini,

mengatakan lelah padahal BELUM BANYAK MELAKUKAN APA APA …bahkan terkadang… kita datang menyeru dengan keterpaksaan, berat hati kita, TERKADANG MENOLAK AMANAH (untuk menjadi TELADAN)

 

Wallahu a’lam

Sumber: line/forum rohis DKI

Lewat ke baris perkakas