”Tinggalkan Zona Nyaman, Dapatkan Pengalaman”

Dalam kamus mahasiswa pasti kita mengenal adanya mahasiswa “kupu-kupu” yang merupakan singkatan dari ‘kuliah pulang – kuliah pulang’. Istilah mashiswa “kupu-kupu” ditujukan bagi mahasiswa yang kesehariannya hanya pergi ke kampus untuk berangkat kuliah setelah selesai kuliah pulang ke kos istirahat, mengerjakan tugas, mencari hiburan, tidur, kemudian paginya berangkat ke kampus lagi, dan seterusnya seperti itu. Mungkin kita akan merasa nyaman dengan aktivitas itu sebagai mahasiswa, terlebih jika kita hanya mengejar prestasi akademik ketika kita kuliah, tentu saja banyak waktu yang bisa kita gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa agar tercapai target akademiknya. Akan tetapi, apakah hanya akademik saja yang perlu kita targetkan? Apakah kita sudah puas dengan prestasi akedimik yang tinggi? Tentu saja ada hal lain yang kita butuhkan untuk bekal kita saat lulus selain prestasi akademik yang kita kejar-kejar itu. Banyak hal yang tidak akan kita ketahui ketika kita hanya diam di dalam lingkaran nyaman kita yang hanya fokus terhadap akademik semata dan tidak mau beranjak keluar dari lingkaran yang sudah kita buat tersebut untuk mencari tahu hal baru selain akademik. Meninggalkan tempat paling nyaman kita yang bisa dikatakan sebagai zona nyaman (comfort zone) kita sebagai mahasiswa tentu akan membuat kita berpikir kembali karena kita harus membagi waktu untuk mencari hal baru dan mempertahankan akademik.

Kapan lagi kita akan berkembang jika kita hanya berdiam diri dalam zona nyaman kita dan tidak mau bergerak melangkah keluar dari zona nyaman yang sudah kita buat. Pengalaman untuk hidup mandiri tidak datang dengan sendirinya, tentu saja kita perlu mencarinya selagi kita masih hidup dibawah tanggung jawab orang tua kita agar kelak ketika kita sudah lepas dari tanggung jawab orang tua, kita sudah siap untuk hidup mandiri berbekal pengalaman yang sudah kita dapatkan. Namun, berbeda lagi ketika kita hanya diam dan menikmati kenyamanan kita saat ini yang kita tahu hanya mengenai akademik dan akademik, lalu dari mana kita akan tahu hal lain selain akademik.

 TETAP BERTAHAN ATAU TINGGALAKAN DI ZONA NYAMAN?

Comfort Zone atau zona nyaman diartikan sebagai kondisi dimana kita sudah hidup nyaman di dalam aktivitas keseharian kita saat ini dan selalu terulang setiap harinya. Menurut Alesandair White (2008) “the comfort zone is a behavioural state within which a person operates in an anxiety-neutral condition, using a limited set of behaviours to deliver a steady level of performance, usually without a sense of risk”. Dari pengertian diatas, dapat kita ketahui orang yang hidup di zona nyaman cenderung hidup stabil dan tidak mau mengambil resiko dalam kehidupannya karena mereka menganggap kehidupan mereka sudah teratur dan tidak mau merusak keteraturan hidup mereka dengan mengambil resiko.

Tentu saja setiap orang memiliki pilihan tersendiri terhadap kehidupannya. Apakah orang tersebut akan tetap bertahan dalam zona nyaman atau memilih untuk meninggalkan zona nyaman mereka. Dengan pilihan tersebut tentunya ada sudut pandang yang berbeda dari setiap orang mengenai zona nyaman. Bagi orang yang Pro Comfort Zone tentu saja menganggap tetap tinggal dalam zona nyaman sebagai pilihan mereka. Karena dalam zona nyaman mereka sudah dapat hidup secara teratur dan stabil, tidak mau mengambil resiko untuk mengubah pola kehidupannya. Sedangkan bagi orang yang Contra Comfort Zone menganggap zona nyaman itu berbahaya. Mereka tidak mau terlena dan menganggap zona tersebut membosankan sehingga mereka beranjak keluar untuk mendapatkan tantangan yang akan menambah pengalaman mereka diluar rutinitas yang teratur dan dianggap membosankan.

Adapun perbandingkan alasan mereka yang ingin bertahan dengan mereka yang ingin meninggalkan Comfort Zone.

Jump out of the comfort zone Don’t leave the comfort zone
– Tertarik dan tertantang mencoba sesuatu yang baru

– Dapat meningkatkan dan memperluas area Comfort Zone,

– Meningkatkan rasa percaya diri

– Pengalaman adalah sarana pembelajaran dalam memperluas wawasan

– Mengukur kemampuan diri dalam menghadapi hal baru

– Menjadi pribadi yang menarik dan berbeda

– Menjadi lebih bijak dalam melakukan sesuatu

– Kekhawatiran mencoba hal baru yang beresiko.

– Kekhawatiran kehilangan kompetensi dan tugas yang telah dikuasai

– Telah nyaman dengan kondisi saat ini

– Kekhawatiran disingkirkan karena berbeda dengan yang lain

– Keengganan bekerja lebih keras lagi

– Kekhawatiran menghadapi kegagalan

Dengan perbandingan kedua alasan diatas dengan keluar dari Comfort Zone merupakan pilihan yang tepat untuk mencari pengalaman dan mengembangkan diri. Namun, sejauh mana kita perlu melangkah keluar dari zona nyaman agar kita tetap bisa mengontrol diri? Kita perlu mengetahui terlebih dahulu jenis-jenis zona dalam proses pembelajaran.

JENIS-JENIS ZONA DALAM PROSES BELAJAR

  1. Zona Nyaman (Comfort Zone)

Zona nyaman didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang beroperasi tanpa kecemasan, menggunakan seperangkat perilaku yang terbatas untuk memberikan tingkat kinerja yang stabil tanpa risiko. Dalam definisi itu ada istilah “seperangkat perilaku yang terbatas” dan menghasilkan “tingkat kinerja yang stabil”. Hal ini menyiratkan bahwa tidak ada usaha mengembangkan keterampilan baru. Beberapa pakar menyebut zona ini dengan No Progress Zone. Dalam kehidupan nyata, seseorang yang bekerja dengan kinerja yang stabil (tetap) adalah mereka dengan kemampuan rata-rata atau biasa-biasa saja. KInerja mereka tidak pernah dibicarakan, lebih buruk atau bahkan dilupakan. Jarang kita lihat orang yang bisa mencapai puncak karier hanya dengan kinerja biasa-biasa saja. Mereka umumnya menjadi besar dan sukses karena kinerja yang luar biasa dan berani out of the box.

  1. Zona Pembelajaran (Learning / Stretch Zone)

Zona pembelajaran berada sedikit di luar zona nyaman. Seseorang dapat sampai pada zona ini jika berusaha keras dan memaksakan diri keluar dari zona nyaman. Beberapa buku menyebut zona ini dengan Stretch Zone atau Optimal Performance Zone. Dikatakan Stretch Zone karena memang pada zona ini umumnya orang mengalami stress. Seseorang yang tertantang untuk melakukan sesuatu yang baru akan berusaha mengerahkan kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai hal-hal yang luar biasa. Adalah hal yang wajar apabila kita cemas menghadapi tantangan baru. Namun demikian, rasa keingintahuan yang besar ini dapat mentolerir kecemasan yang dialami yang dapat mengoptimalkan kinerja. itulah alasan Yerkes and Dodson melakukan eksperimen mengenai pengaruh anxiety dengan kinerja. Ia menyatakan bahwa “anxiety improves performance until a certain optimum level of arousal has been reached. Beyond that point, performance deteriorates as higher levels of anxiety are attained”. Ia mengistilahkan zona ini sebagai optimal level of anxiety, yaitu tingkat kecemasan moderat yang dapat mengoptimalkan kinerja. Jadi, zona ini menggerakkan seseorang ke arah tujuan hidup yang lebih baik.

  1. Zona Panik (Panic/ Danger Zone)

Zona panik berada di luar zona pertumbuhan.Dinamakan zona panik karena kita belum pernah berada dalam zona ini. Beberapa pakar mengistilahkannya dengan danger zone. Berada dalam zona ini, seseorang akan mengalami kecemasan tinggi karena berada jauh di luar batas kemampuan.

Kaitannya dengan kehidupan mahasiswa yang hidup dalam Comfort Zone dengan pola hidup mahasiswa “kupu-kupu” ialah mereka yang tidak mau meninggalkan rutinitas sehari-hari yang hanya pergi ke kampus, mencari hiburan, mengerjakan tugas,dan kembali tidur, begitu seterusnya. Timbulah pertanyaan dari keseharian mahasiswa yang memiliki pola hidup seperti itu, apakah mereka bisa mengembangkan pemikiran mereka? Tentu saja tidak, karena mereka sudah merasa nyaman dengan apa yang dilakukan sehari-hari sehingga tidak mau mengambil resiko untuk mengubah pola hidup dengan memasukan aktivitas baru dalam rangkaian keseharian. Bagaimana akan berkembang jika tidak mau belajar diluar apa yang sudah dipelajari selama ini. Terlalu nyaman dalam Comfort Zone atau zona nyaman akan menjadi berbahaya bagi mahasiswa karena yang mereka tahu hanyalah apa yang sudah didapatkan dalam perkuliahan saja mengenai akademik. Lantas bagaimana dengan hal-hal yang berkaitan dengan non-akademik? Dimana kita bisa mengembangkan kemampuan non-akademik?

Ketika mahasiswa lulus dari perkuliahan mereka akan disuguhkan dengan lapangan pekerjaan yang begitu kompleks sesuai dengan bidang masing-masing lulusan. Bukan hanya nilai akademik saja yang akan digunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang begitu kompleks, tetapi perlu keterampilan lain yang tidak kita pelajari dalam proses perkuliahan di dalam ruangan. Keterampilan itu didapatkan melalui kegiatan-kegiatan diluar zona nyaman mahasiswa yang hanya kuliah, cari hiburan, mengerjakan tugas, dan tidur lagi. Sebagai contoh ketika kita kuliah mengambil prodi pendidikan tentu saja prospek kedepan kita ialah untuk menjadi guru, mentor, ataupun dosen. Untuk menjadi seorang guru sendiri, selain menguasai materi pembelajaran pasti kita perlu ketrampilan lain yakni keterampilan dalam berbicara didepan para siswa yang akan kita ajar. Ketika kita menguasai materi namun kita merasa gugup dalam berbicara di depan umum tentu saja materi yang akan kita sampaikan tidak maksimal dan kemungkinan besar dapat membuat siswa yang kita ajar menjadi bingung dalam menerima materi yang diajarkan. Memang, kita dalam perkuliahan sedikit banyak diajarkan bagaimana cara kita menyampaikan materi kepada orang lain melalui presentasi kelompok yang seringkali kita lakukan dalam perkuliahan, tetapi apakah dengan porsi tersebut akan cukup untuk mendukung kita dalam mengajar kelak? Tentunya kita perlu melangkah meninggalkan zona nyaman untuk mendapatkan pengalaman yang membuat kita bisa berbicara didepan umum untuk mendukung profesi kita.

Salah satu tujuan yang ketika kita melangkah keluar dari zona nyaman ialah organisasi intra kampus seperti HIMA, BEM Fakultas, BEM KM, ataupun UKM. Sebagai contoh ketika kita masuk dalam HIMA jurusan, kita sudah memilih untuk melangkah meninggalkan zona nyaman sebagai mahasiswa normal. Karena dengan berkecimpung dalam organisasi, berarti kita akan mengurangi waktu kita diluar waktu kuliah untuk berorganisasi. Tujuan memasuki organisasi pastilah untuk mencari pengalaman. Apapun pengalaman yang akan kita dapatkan setelah mengikuti organisasi tergantung dengan apa yang kita lakukan ketika masih aktif dalam organisasi tersebut.

Seperti yang kita ketahui dalam organisasi tidak akan lepas dari yang namanya rapat dan kegiatan. Kita melakukan rapat untuk menyiapkan suatu kegiatan agar dapat terlaksana dengan lancar. Adanya rapat dan kegiatan ini tentunya menambah agenda dalam daftar rutinitas sebagai mahasiswa. Disinilah titik dimana mahasiswa keluar dari zona nyaman mereka sehingga tidak menjadi mahasiswa “kupu-kupu”. Terlebih lagi ketika kita menjadi penanggung jawab sebuah kegiatan dan dalam setiap rapat menjadi pemimpin rapat sehingga kita ditutut untuk bisa berbicara di depan forum mrmimpin rapat. Dengan begitu mengikuti organisasi akan menambah pengalaman kita dalam menguasai ketrampilan berbicara didepan orang banyak yang akan berguna ketika kita menjadi seorang pendidik kelak.

Setelah kita melangkah meninggalkan Comfort Zone dengan masuk ke dalam organisasi pasti kita mengalami rasa cemas karena ada tantangan baru yang hadir dalam kehidupan mereka yang memaksa mereka untuk mengeluarkan kemampuan dalam menggerakan organisasi yang diikuti. Namun, dengan keinginantahuan kita sambil belajar akan mentolerir kecemasan dalam organisasi sehingga mahasiswa dapat mengoptimalkan kenirja dalam organisasi tanpa mengganggu kegiatan perkuliahannya. Inilah zona diluar Comfort Zone yang disebut Learning Zone. Zona yang dimana kita belajar menyesuaikan diri dengan zona diluar Comfort Zone.

Sebenarnya, ketika kita keluar dari zona nyaman atau Comfort Zone tidak sepenuhnya kita benar-benar keluar, tetapi lebih kepada kita memperluas zona nyaman kita atau Expand Comfort Zone. Karena ketika kita keluar dari Comfort Zone sebagai mahasiswa yang biasa-biasa saja kemudian kita mampu merasa nyaman dalam zona diluar Comfort Zone sama saja kita memperluas zona nyaman kita dan akan terus berkembang sampai batas kemampuan kita dalam mengembangkan diri diluar Comfort Zone.

Berada dalam Comfort Zone atau zona nyaman bukan berarti buruk. Karena kehidupan kita ditentukan oleh pilihan yang kita pilih yaitu untuk mencari aman atau memilih hal yang menantang dengan keluar dari zona nyaman. Pengembangan diri dan pengalaman diperoleh ketika kita mampu melangkah keluar dari zona nyaman. Bukan berarti meninggalkan zona nyaman ialah masuk dalam danger zone, tetapi untuk memperluas jangkauan zona nyaman itu sendiri bagi diri kita. Menjadi pribadi yang bijak dan bisa memilih langkah yang terbaik bagi kehidupan akan menentukan nasib kita karena Tuhan tidak akan memperbaiki nasib kita jika kita tidak mau bergerak sendiri dalam memperbaiki nasib. Dari uraian diatas semoga menjadi referensi kita dalam melangkah lebih maju agar menjadi pribadi yang lebih berkembang.

 

DAFTAR PUSTAKA

White, Alasdair, From Comfort Zone to Performance Management (ISBN: 978-2-930583-01-3, White & MacLean Publishing, 2009.

https://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/418-artikel-soft-competency/20344-comfort-zone-safety-zone-atau-danger-zone, diakses 7 Juni 2015.

 (Artikel di atas saya tulis guna memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia)

About Muhammad Agus Massholeh

Sosiologi & Antropologi Unnes 2013 | FB: Muhammad Agus M | Twitter/IG: @agusgmxm |Menjadi Diri Diri Sendiri dengan Selalu Belajar Dari Orang lain.
This entry was posted in News. Bookmark the permalink.

3 Responses to ”Tinggalkan Zona Nyaman, Dapatkan Pengalaman”

  1. lebih bagus lagi kalau seimbang antara akademik dan organisasi 🙂 believe it
    atur waktu sebaik mungkin jaga kondisi kesehatan

  2. Harap rata kanan kirinya ya, agar lebih menarik untuk dibaca.. Terimakasih

Leave a Reply to Nurul Latifah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: