Pola Pemanfaatan Lingkungan Peternak Kerbau di Desa Guwosobokerto

img00280-20120122-1708

PENDAHULUAN

Peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian dalam pembangunan nasional Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak. Ternak kerbau merupakan ternak lokal yang hidup pada daerah lembab, khususnya didaerah belahan tropika. Ternak kerbau sangat menyukai air, ternak kerbau ini merupakan jenis ternak yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di pedesaan. Hal ini sehubungan dengan peran yang ditunjukkan ternak kerbau sebagai penghasil daging, susu dan tenaga kerja, sehingga ternak ini bisa juga disebut sebagai hewan triguna. Selain itu hasil ikutan ternak kerbau yang memiliki potensi adalah kulit. Kulit mempunyai potensi ekonomi yang cukup baik dan merupakan salah satu komoditi expor juga sebagai bahan baku industri perkulitan dalam negeri .

Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Jepara adalah Desa Guwosobokerto. Letak desa ini sangat strategis karena dekat dengan persawahan, dilewati sungai besar, dan juga dilintasi jalan lintas kabupaten. Masyarakatnya mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan peternak, khususnya peternak kerbau. Maysarakatnya memilih untuk untuk menjadi peternak kerbau karena selain kerbau bisa diimanfaatkan petani untuk membajak sawah juga nilai jualnya tinggi. Selain itu kotoran kerbau bisa digunakan untuk pupuk kompos untuk menyuburkan tanah.

Kerbau ini merupakan hasil keuntungan yang dimiliki petani dari hasil panennya yang kemudian dibelikan kerbau sebagai tabungan mereka. Akan tetapi, yang menjadi kekhawatiran adalah kondisi tanggul di Desa tersebut. Hal ini dikarenakan para peternak memilih membangun kandang kerbaunya dibantaran sungai tersebut. Terjadi penyempitan tanggul dan bantaran sungai sebagai penguat tanggul akibat tergerus tapak kerbau, mengingat peternak yang memndikan  kerbaunya di sungai tersebut.

Dalam artikel ini saya mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

  1. Bagaimana Struktur Sosial Masyarakat Di Desa Guwosokerto?
  2. Bagaimana Potensi Di Desa Guwosokerto?
  3. Bagaimana Pola Pemanfaatan Kotoran Kerbau Menjadi Pupuk Kompos?
  4. Bagaimana Dampak Ternak Kerbau Terhadap Lingkungan Di Desa Tersebut?

 

PEMBAHASAN      

Guwosobokerto merupakan salah satu desa yang berada di wilayah kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Sejarah nama Desa Guwosobokerto adalah, Kata Guwosobokerta dalam bahasa jawa ditulis Guwasabakerta. Guwasabakerta menurut bahasa: guwa (gowa), saba (berkunjung), kerta (tentaram / aman) Guwasabakerta menurut Istilah: “Guwosobokerto adalah Gowa tempat kunjungan yang tentram Konon disini terdapat Guwo (Gowa) yang nyaman untuk di kunjumgi maka desa ini diberi nama Desa Guwosobokerto”.

Letak geografis dari desa guwosobokerto ini adalah disebalah Barat berbatasan dengan desa Karanganyar, di timur berbatasan dengan desa Kedungsarimulyo, desa Bugo, desa Kendeng sidialit, desa Kalipucang Kulon. Sedangkan di Utara berbatasan dengan desa Sidigede, dan disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Demak. Guwosobokerto ini terdapat 2 dusun yang terpisah oleh persawaahan, yaitu dusun guwo dan dusun sobokerto. dengan terdapat 8 RT dan 2 RW.

  1. Struktur Sosial Masyarakat

Struktur sosial masyarakat Desa Guwosobokerto struktur sosial terbentuk berdasarkan kepemilikan hewan ternak. Ada peternak yang menjadi pemilik atau juragan kerbau dan ada yang menjadi buruh ternak. Fenomena awal menunjukan adanya hubungan antara juragan dengan buruh ternak pada masyarakat di Desa Guwosobokerto yang merupakan suatu hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik yang terjadi adalah pemilik atau juragan yang mempunyai kerbau tersebut harus ada yang merawatnya yaitu buruh ternak. Para juragan kerbau membutuhkan tenaga buruh ternak untuk merawat kerbaunya sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi juragan tersebut. Begitu juga dengan buruh ternak membutuhkan kerbau untuk menunjang mata pencahariannya sebagai peternak, sehingga mendapatkan penghasilan untuk memenuh kebutuhan hidupnya. Selain itu, buruh peternak mendapat pembagian hasil jika kerbau yang dirawatnya dijual oleh juragan. Untuk nominal biasanya sesuai hasil kesepakatan antara juragan dengan buruh ternak.   Aspek lain yang juga mendukung terbentuknya struktur sosial pada  peternak Desa Guwosobokerto. Seperti: aspek penghasilan perbulan dan jumlah hewan ternaknya bisa saja menjadi pembentukan struktur sosial di Desa Guwosokerto.

  1. Potensi Desa Kerbau

Untuk potensi desa yang dimiliki guwosobokerto adalah kerbau dan hasil pertanian misalnya padi. Kerbau merupakan binatang mamabiak yang masih termasuk dalam sub keluarga bovinae. Didesa Guwosobokerto banyak sekali terdapat hewan yang satu ini. Hal ini karena, Kerbau adalah salah satu hasil tabungan dari para petani yang ada didesa Guwosobokerto. Singkatnya mereka tidak memilih menyimpan uang hasil pertanian mereka dibank melainkan dibelikan hewan ini.

Penempatan kerbau didesa ini pun unik, karena para pemilik kerbau ini menempatkan kerbau mereka menjadi satu lokasi yang letaknya berdekatan dengan sawah. Kandang  kerbau ini ditata secara apik dalam satu wilayah yang berdekatan dengan jalan raya, sehingga pengguna janlan perlu berhati-hati apabila kerbau-kerbau ini sedang berjalan melewati jalanan. Biasanya pada pagi dan sore hari, kerbau-kerbau ini digiring oleh peternak menuju sungai yang berdekatan dengan kandang mereka.

  1. Pola Pemanfaatan Kotoran Kerbau Menjadi Pupuk Kompos

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa potensi di Desa Guwosobokerto adalah kerbau. Dahulu kotoran kerbau oleh peternak hanya dibuang di depan kandang kerbau yang dekat dengan jalan raya. Hal ini tentu sangat menggangu pengguna jalan karena bau kotoran kerbau yang ditimbulkan. Setelah ada penyuluhan oleh dinas Peternakan Kabupaten Jepara, para peternak mengerti bahwa kotoran kerbau bisa dijadikan pupuk kompos yang bisa menyuburkan tanah. Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan yang berakibat rusaknya struktur tanah dalam jangka waktu lama.

Alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan pupuk kandang sangat mudah dan tidak sulit didapatkan oleh peternak, antara lain: kotoran kerbau, pengaduk, karung plastik, dan ayakan. Langkah-langkah pembuatan pupuk kandang yaitu: pertama, kotoran kerbau yang masih basah dikeringkan tanpa terkena sinar matahari, kemudian dilakukan pengecekan kadar air maksimal 25%, setelah kering lalu diayak. Terakhir, pupuk kemudian dikemas dalam karung plastik.

Mengingat pentingnya pupuk kompos dalam memperbaiki struktur tanah dan melambungnya harga pupuk buatan maka perlu disusun buku petunjuk teknis pembuatan kompos organik berbahan kotoran kerbau untuk memudahkan petani dalam memanfaatkan kotoran kerbau, sekaligus memproduksi pupuk organik yang akhirnya akan menambah pendapatan meraka.

  1. Dampak Ternak Kerbau Terhadap Lingkungan

Berternak kerbau memberikan keuntungan tersendiri kepada masyarakat di Desa Guwosobokerto. Kerbau bisa diimanfaatkan petani untuk membajak sawahnya, kotoran kerbau bisa digunakan untuk pupuk kompos untuk menyuburkan tanah, dan juga nilai jualnya sangat tinggi. Selain dampak positif yang diperoleh, beternak kerbau juga memiliki dampak negatif akibat para peternak kurang memperhatikan masalah lingkungan yang timbulkan. Salah satunya banjir besar yang melanda desa tersebut pada awal tahun 2014 akibat tanggul sungai anyer jebol.

Kondisi tanggul di Desa Guwosobokerto sangat mengkhawatirkan karena terjadi penyempitan tanggul dan bantaran sungai sebagai penguat tanggul yang semula lebarnya 7 s/d 10 m sekarang menjadi hilang sama sekali karena tergerus oleh tapak kerbau, mengingat peternak kerbau memilih membangun kandang kerbaunya dibantaran sungai dan memandikan kerbaunya di sungai tersebut. Para peternak memilih membangun kandang kerbaunya di bantaran sungai dengan alasan mudah mencari pakan ternak karena dekat dekat persawahan dan dekat dengan sungai sebagai tempat untuk memandikan kerbaunya. Bisa dipastikan ketika memasuki musim penghujan sungai anyer sering meluap.

Hal ini harus perhatian serius dari semua pihak yang terkait, baik pemerintah kabupaten maupun para peternak. Pemerintah Kabupaten harus membangun talut disebelah kanan dan kiri jembatan. Disamping itu terjadi pendangkalan Sungai anyer, diperlukan unit pengeruk sungai. Yang tidak kalah penting adalah peran serta masyarakat kususnya peternak kerbau sangat berperan penting. Peternak kerbau diharpakan bersedia untuk direlokasi sehingga tidak merusak tanggul, dengan demikian bencana banjir karena tanggul jebol dapat diminimalisir.


 

SIMPULAN

Desa Guwosobokerto memiliki potensi sebagai desa kerbau. Kepemilikan ternak kerbau didesa tersebut dibagi menjadi dua yaitu: sebagai juragan atau pemilik kerbau dan buruh ternak. Masyarakatnya memilih bertenak kerbau karena kerbau dapat dimanfaatkan petani untuk membajak sawahnya, kotoran kerbau digunakan sebagai pupuk kompos untuk menyuburkan tanah dan juga nilai jualnya tinggi. Akan tetapi, para peternak kurang memperhatikan kondisi lingkungan disekitar sungai. Dikhawatirkan pada musim hujan akan terjadi banjir akibat tanggul sungai yang jebol.

REFERENSI

Lendhanie, UU. 2005. Karakteristik Reproduksi Kerbau Rawa Dalam Kondisi Lingkungan Peternakan Rakyat, volume 2, no 1, Januari 2005, hal 43-48

Moleong, Lexy J,. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Sosroamidjojo, M.S. dan Soeradji. 1981. Peternakan Umum. Penerbit PT. Yasaguna , Jakarta

1 comment

  1. bagus, syemangat ngeblog yaa

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: