• Sunday, November 08th, 2015

Suronan

Dalam menyambut Peralihan Tahun Baru Islam 1435-1436 H yang biasanya dalam masyarakat Jawa disebut ‘Suronan’ di Kabupaten Demak di laksanakan berbagai kegiatan oleh Umat Islam yang pada khususnya di Desa Jungpasir. Kegiatan tersebut di pusatkan di Masjid Jami’ Al-Azhar, Jumat 24 Oktober 2014. Turut di hadiri oleh kepala desa Jungpasir bapak Tahlisul Ubaid, S.Ip, dan seluruh masyarakat dan Alim Ulama’. Dalam kegiatan menyambut Tahun baru  Muharram 1436 H di laksanakan Istighosah bersama pada jumat malam sabtu, juga di laksanakan doa bersama oleh masyarakat usai mengikuti Istighosah. Dengan di awali doa awal tahun dalam kepercayaan agama islam yang dianggap sebagai doa yang harus dibaca setelah itu membaca yasin secara berjamaah yang dipimpin oleh para romo yai.

“Perpindahan tahun 1435-1436 H/2014 diharapkan kepada masyarakat khususnya masyarakat Jungpasir untuk mengintrospeksi diri, agar di tahun yang baru kedepannya lebih banyak melakukan kebaikan dan mengurangi kesalahan. Selain itu juga harus lebih baik dari kemarin, meningkatkan keimanan kepada Allah SWT dan tingkah laku sehari-hari. Itulah anggapan yang sudah melekat yang merupakan warisan secara turun temurun oleh para penyiar agama islam yang telah mendarah daging. Dan khusus masyarakat desa Jungpasir yang banyak bergerak di bidang ekonomi contoh menanam padi selain usaha harus di sertai dengan do’a karena do’a merupakan senjata bagi Umat Islam,” kata romo yai.

Tokoh agama juga memperingatkan kepada masyarakat untuk selalu waspada akan budaya dari luar atau penyakit masyarakat, seperti; pengaruh obat-obatan di kalangan Generasi penerus. “Dengan adanya kegiatan Gema Muharram 1436 H/2014 M seperti ini, maka harus tetap di lanjutkan kedepannya,” ucapnya.

Ada satu hal lain yang tidak tertinggal, yakni kegiatan berjalan memutari ujung desa sebelah mulai dari ujung selatan sampai ke ujung selatan perbatasan desa dengan membaca doa-doa dari awal sampai akhir (biasanya yang melakukan adalah pemuda laki-laki desa, yang pada saat yang bersamaan bagi para masyarakat khususnya yang tua-tua melaksanakan istighosah dan doa bersama tadi, kemudian para pemuda selesai, berkumpul dimasjid dan ikut melaksanakan istighosah juga bersama kaum yang tua). Kegiatan tersebut dari dulu memang sudah wajib dan tidak bisa di tinggalkan. Nyiwer merupakan suatu bentuk kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan yang telah turun temurun dilakukan, dengan harapan menurut kepercayaan orang-orang Jungpasir bisa mengusir makhluk halus seperti jin, setan, dan sebangsanya sehingga manusia terjauh dari godaan-godaan setan yang menjerumuskan.

Gema Muharram 1436 H Di desa Jungpasir ini juga diisi tausiah oleh K. Abdullah Afif, S.Pd. dalam tausiahnya menyampaikan kelebihan dan keutamaan bulan Muharram (Suro dalam kalender Jawa) yang juga di jadikan bulan awal tahun bagi Umat Islam, karena di dalamnya terdapat banyak kejadian baik di langit maupun di bumi, seperti diciptakannya alam semesta pada bulan Muharram.

            Pada masyarakat Jungpsir yang notabene-nya merupakan daerah islami, para pendiri desa, tokoh masyarakatnya adalah orang-orang yang beragama islam, maka beberapa dari beberapa kebudayaannya dari dulu mengacu pada kepercayaan mengagungkan Tuhan yang Maha Esa, salah satunya adalah kegiatan Suronan yang di dalamnya termasuk kegiatan ‘nyiwer’ dilaksanakan tanpa meninggalkan ajaran agama islam, sehingga banyak disipkan kegiatan berdoa dan memohon kepada Tuhan-Nya.

            Tidak cukup sampai disitu, sebenarnya ada serangkaian kegiatan lain….

“Selain itu kita harus mencintai anak yatim karena tanggal 10 Muharram merupakan haru ulang tahun anak yatim. terakhir beliua semoga dengan adanya pelaksanaan istighosah yang kita lakukan hari ini mendapat syafa’at di sisi Allah,” ujarnya.

Artikel dapat diunduh disini

Category: Sosiologi
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

One Response

  1. judulny kurng spesifik

Leave a Reply