Etika Jawa Dalam Kehidupan Masyarakat Sehari-Hari

Berbicara mengenai etika, terutama etika Jawa merupakan ajaran hidup yang umum dipakai atau berlaku di masyarakat Jawa. Etika Jawa adalah ilmu yang mempelajari tentang adat istiadat, pandangan hidup, nilai-nilai, filsafat yang berlasung di masyarakat Jawa. Etika Jawa merupakan serangkaian usaha yang dilakukan oleh orang Jawa untuk menjalani kehidupan yang harmonis dari tercapainya tujuan hidup di dunia. Pernyataan tersebut merujuk dari pernyataan Magniz, Suseno (2003 : 39) :
“prinsip kerukunan bertujuan untuk mempertahankan masyarakat dalam keadaan yang harmonis.”
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa etika Jawa menekankan keharmonisan, keselarasan pada setiap dimensi kehidupan. Orang Jawa yang ideal adalah mereka yang melakukan kewajibannya terlebih dahulu daripada menuntut hak. Kerukunan orang Jawa mendahulukan kerukunan sosial daripada kerukunan pribadi, artinya semakin besar lingkup komunitasnya, maka semakin mengecil pula kepentingan kelompok kecil yang ada di dalamnya.
Oleh karena itu, pada tulisan ini saya akan membahas mengenai etika Jawa dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat Desa Gebugan, Kecamatan Bergas, Kabupan Semarang yang juga merupakan desa saya.
Saya lahir dan dibesarkan di Jawa yaitu Jawa Tengah. Lebih tepatnya di Desa Gebugan, desa tersebut merupakan salah satu desa yang berada di lereng gunung Ungaran, berjarak kurang lebih 3 km dari jalan raya Semarang-Solo. Di desa ini terdapat perkebunan peninggalan jaman Belanda yaitu perkebunan pala dan kopi, selain itu terdapat pula sawah, ladang, dan tumbuhan lainnya yang dimiliki masyarakat desa ini.
Selama 19 tahun saya hidup di Jawa bersama keluarga saya yang juga merupakan orang Jawa. Dalam keluarga saya mengenal etika Jawa, yang mana dalam etika tersebut keluarga saya menekankan sikap hormat terhadap apa saja yang ada dalam kehidupan saya. Sikap hormat tersebut melampaui sikap hormat yang didasarkan pada hierarki kedudukan atau jabatan. Dalam etika hormat, masyarakat yang memiliki kedudukan lebih tinggi harus lebih dihormati dan sedangkan masyarakat yang memiliki kedudukan yang lebih rendah akan diberi sikap tanggung jawab. Dalam kehidupan sehari-hari saya etika jawa dalam sikap hormat masih di junjung tinggi oleh masyarakat yang ada di desa saya. Hal tersebut dibuktikan dengan sikap hormat yang di perlihatkan ketika terdapat acara pengajian di desa saya, para pengurus desa seperti bapak Lurah dan bapak Kyai yang ada di desa saya dipersilahkan untuk duduk ki kursi barisan pertama yang mana terdapat pula sebuah meja yang tertata rapi di depannya.
Dalam kehidupan sehari-hari saya terdapat pula tingkatan bahasa yang digunakan sebagai pembeda ketika berbicara, misalnya saja ketika saya hendak berbicara dengan orang yang lebih tua dari saya maka saya harus menggunakan Bahasa Jawa Halus atau sering disebut dengan Bahasa Krama, sedangkan ketika berbicara dengan rekan sebaya ataupun dengan orang yang umurnya di bawah saya bisa menggunakan bahasa ngoko akan tetapi lebih baik juga menggunakan bahasa krama atau bahasa jawa halus agar terkesan lebih sopan. Pada sikap hormat yang merujuk dari kaidah Hildred Geertz (1961: 146) :
“Bahwa kaidah ini menuntut, agar manusia dalam berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai dengan derajat dan kedudukannya.”
Berdasarkan pernyataan tersebut saya menjadi paham mengenai apa yang telah keluarga saya ajarkan, yangmana saya diajarkan untuk berbicara halus atau menggunakan bahasa krama agar saya dapat menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain.
Selain sikap hormat, masyarakat desa Gebugan juga mengenal etika kerukunan yang mana dalam hal ini biasanya masyarakat jawa mengajarkan tentang apa yang kita tanam itu adalah yang akan kita petik hasilnya nanti, itu sebabnya orang Jawa mudah membantu orang atau ringan tangan, mudah memberi dan mudah memafkan. Oleh karena itu, hal tersebutlah yang menjadi patokan saya untuk bertindak ataupun berperilaku, apabila saya berbuat baik.
Sumber :
Suseno, Magnizi. 1984. ETIKA JAWA : SEBUAH ANALISA FALSAFAH TENTANG KEBIJAKSANAAN HIDUP JAWA. Jakarta : PT Gramedia.

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah SosAnt. Tandai permalink.

One Response to Etika Jawa Dalam Kehidupan Masyarakat Sehari-Hari

  1. yuliawati berkata:

    Dalam struktur penulisannya sudah rapi kak, dan dari segi isinya sudah sesuai dengan judul yang diangkat. lebih ditingkatka lagi dalam pemilihan kata yang akan digunakan. Semangat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: