PERBEDAAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA SEKARANG DENGAN POLA ASUH ORANG TUA DAHULU

Hay bloger kali ini saya akan memposting tugas mata kuliah sosiologi gender semester 5, berikut hasil tugasnya….

Kita tentu pernah merasakan menjadi anak-anak dan kita juga tahu bagaimana orangtua kita memiliki pola asuh yang sering kita bandingkan dengan apa yang kita lihat saat ini bagaimana para orang tua masa kini dalam mendidik anaknya sangat berbeda dengan pola asuh orang tua zaman dahulu. Lalu, apa pola asuh itu? Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsistensi dari waktu kewaktu. Seiring dengan perkembangan zaman, kini pola asuh orang tua juga mengalami banyak perbedaan, baik itu dari segi pendidikan maupun pola perilakunya.

Bukan gaya hidup saja yang mengikuti perkembangan zaman, namun cara mengasuh anakpun juga mengikuti perkembangan zaman tersebut. Bisa dilihat dari cara orang tua dahulu mendidik anaknya sangat berbeda dengan cara orang tua sekarang mendidik anak. Tidak dipungkiri lagi dengan berkembangnya teknologi yang cukup pesat dapat mempengaruhi sifat orang tua dalam mengasuh anaknya. Memang yang sebenarnya yang paling membedakan orang tua kini dengan dulu adalah masalah waktu, kuantitas interaksi antara orang tua dan anak. Saat sekarang ini, bukan hanya karena faktor pekerjaan, kegiatan sosial dan kebutuhan lainnya, membuat orang tua semakin sulit mendapatkan kuantitas waktu untuk berinteraksi langsung dengan anak. Yang pasti, perubahan akan terjadi dan tidak dapat dihindari terlepas dari soal beda antara orang tua zaman kini dan dahulu, berikut ini perbedaan pola asuh antara orang tua dulu dengan sekarang.
1. Pendidikan
Orang tua zaman dahulu hanya mendidik anaknya pada lembaga sekolah hanya sampai SMP/SMA saja, bahkan tidak banyak juga dari mereka yang menyekolahkan anaknya hanya sampai tamatan SD saja. Hal ini disebabkan karena pemikiran orang tua zaman dahulu bahwa menghasilkan uang itu lebih penting daripada menghabiskan uang, selain itu bagi anak perempuan mereka nantinya juga pasti akan kembali ke belakang atau mengurus rumah tangga mereka kelak, sehingga dari pemikiran tersebut membuat orang tua enggan untuk menyekolahkan anaknya sampai jenjang pendidikan yang tinggi. Berbeda dengan orang tua kini yang sudah mengubah pemikirannya bahwa sekolah atau pendidikan itu penting karena hal itu dapat meningkatkan kedudukan mereka, sehingga banya dari orang tua masa kini yang menyekolahkan anaknya sampai sarjana agar menjadi orang yang sukses dan berpenghasilan banyak. Karena dengan memiliki ijazah yang stratanya lebih tinggi daripada SD, SMP, maupun SMA dapat membantu anak mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang diinginkan degan penghasilan yang cukup besar pula.
Seperti ayah saya dulu, ia hanya lulusan SMP. Pada saat dulu hal itu merupakan keberuntungan bagi ayah saya karena beliau dapat mengenyam pendidikan sampai SMP, karena saudara-saudaranya hanya sekolah sampai tamat SD bahkan kakak ayah saya tidak lulus SD hanya sampai kelas 4 SD saja. Hal tersebut terjadi karena pemikiran kakek nenek saya yang tidak mau menghabiskan uang untuk biaya sekolah anak-anaknya, kakek nenek saya menganggap bahwa memenuhi kebutuhan sehari-hari itu lebih penting daripada menyekolahkan anak. Sedangkan ibu saya hanya lulusan SD saja, karena ketika sudah lulus SD kakek nenek saya tidak mampu mempunyai cukup uang untuk menyekolahkan anaknya, begitu pula yang terjadi pada kakak ibu saya. Oleh karena itu ibu saya dan kakaknya setelah lulus SD harus bekerja memecahkan batu agar menjadi batu kecil-kecil atau kerikil untuk biaya sekolah adik-adiknya dan untuk biaya kebutuhan sehari-hari.
Yang dialami oleh ayah dan ibu saya tentunya sangat berbeda dengan keadaan saya dan kakak saya pada zaman sekarang ini. Ibu dan ayah saya memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang tua mereka, ayah dan ibu saya sudah mengubah pemikiran zaman dahulu yaitu dengan berpikir bahwa anaknya jangan sampai meniru orang tuanya kalau bisa lebih baik dari orang tuanya. Sehingga orang tua saya bekerja keras untuk menyekolahkan saya dan kakak saya sampai ke perguruan tinggi dengan harapan kehidupan anaknya akan lebih baik dari orang tuannya. Namun sayangnya kakak saya hanya lulus SMA sajakarena keterbatasan ekonomi keluarga saya, akan tetapi kakak saya juga mempunyai pemikiran seperti orang tua saya agar saya dapat mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.
2. Nilai-Nilai
Setiap orang tua tentu merasa bahagia ataupun senang bila melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang pandai dan cerdas. Namun, kepandaian dan kecerdasan intelejensinya saja tidaklah cukup. Orang tua juga perlu mengasah kecerdasan emosional anak dan membekali anak-anaknya dengan nilai-nilai kepribadian yang baik. Nilai-nilai yang diajarkan orang tua kepada anaknya antara lain:
a. Nilai agama
Agama adalah landasan utama yang harus ditanamkan orang tua pada anak-anaknya. Agama merupakan panutan bagi seseorang untuk berbuat baik dan benar. Hal macam itu telah diajarkan orang tua dulu kepada anaknya, kakek nenek saya mengajarkan ayah saya untuk rajin beribadah seperti rajin sholat, dahulu ayah saya selalu diajak pergi ke mushola dekat rumahnya untuk melaksanakan sholat berjamaah. Hal itu dilakukan oleh kakek nenek saya untuk memperkuat iman ayah saya serta untuk memberikan petunjuk dan pedoman untuk berperilaku. Seperti halnya ayah saya, ibu saya juga diajarkan nenek dan kakek saya untuk mengaji di rumah guru mengaji ibu saya dengan tujuan agar ibu saya dapat menjaga dirinya dengan batasan-batasan yang ada dalam agama selain itu ibu saya tiap sore hari mengikuti pengajian yang diadakan di masjid dekat rumah agar menambah ilmu wawasan serta pengetahuan ibu saya.
Tidak berbeda jauh dengan ibu dan ayah saya, kakak saya dan saya dikenalkan pada agama dengan cara memasukkan saya dan kakak saya ke TPQ agar hidup saja tidak terjerumus ke hal-hal negatif sehingga saya dan kakak saya dikenalkan agama agar dapat mengetahui batasan-batasan perilaku dan memiliki petunjuk untuk bertindak.
b. Kejujuran
Jujur merupakan nilai yang penting bagi kehidupan. Kakek nenek saya sejak dulu mengajarkan ayah saya untuk bersifat jujur, tidak suka berbohong, apabila ayah saya ketahuan berbohong maka nenek kakek saya akan menghukum ayah saya dengan menyuruhnya mencari rumput di sawah untuk sapi-sapi yang dipelihara nenek kakek saya, selain itu ayah saja juga disuruh untuk memebrsihkan kotoran sapi apabila ketahuan berbohong, hal itu dilakukan dengan tujuan agar ayah saya jera dan tidak berani berbohong lagi. Pada ibu saya sifat jujur juga diajarkan nenek kakek saya, apabila ibu saya ketahuan berbohong maka ibu saya akan dihukum untuk mengambil air di sungai sampai gentong nenek saya terpenuhi dan itu dilakukan dengan jalan kaki. Sedikit berbeda dengan zaman sekarang, karena apabila saya ketahuan berbohong maka saya tidak diberi uang saku selama seminggu, hal itu dilakukan orang tua saya agar memberikan rasa takut untuk berbohong lagi. Hukuman yang diberikan pun berbeda, kalau dahulu hukuman lebih kepada segi fisik kalau sekarang pada segi materi.
c. Tanggung jawab
Tanggung jawab tidak hanya perlu diperkenalkan dan diajarkan saja, namun juga perlu ditanamkan kepada anak. Dahulu ayah saya diajarkan orang tuanya untuk bertanggung jawab dengan cara seperti ketika diberi pekerjaan harus diselesaikan dengan tuntas dan tidak boleh meninggalkannya begitu saja, apabila ayah saya tidak menyelesaikannya maka ayah saya tidak boleh makan. Yang terjadi pada ibu saya apabila selesai makan ibu saya harus mencuci piring sendiri, karena apabila tidak dilakukan maka akan dipukul dengan kayu. Berbeda dengan zaman saya sekarang, sikap tanggung jawab diajarkan hanya sekedarnya saja apabila saya atau kakak saya tidak melakukannya orang tua hanya memerahi saja dan tidak menggunakan kekerasan fisik atau menyiksa diri anakanya seperti yang dilakukan nenek kakek saya dulu. Perbedaannya pada sikap penanamannya saja yang memebedakan bahwa dulu dilakukan dengan cara kasar sedangkan sekarang dilakukan dengan cara tanpa kekerasan.
d. Sopan santun
Pada zaman dahulu ayah saya selalu diajarkan oleh nenek kakek untuk menghargai perempuan dan berperilaku sopan kepada perempuan. Ayah saya diberi nasihat oleh kakek saya agar tidak berperilaku kasar ataupun melecehkan perempuan dan diajarkan untuk menghargai orang lain serta menghormati orang lain. Seperti halnya yang dilakuka nenek kakek saya kepada ibu saya menegani tata bicara, perilaku makan yang sopan dan santun, serta cara berpakaian. Dahulu ibu saya hanya diperbolehkan memakai rok saja dan tidak boleh memakai celana semasa kecilnya, selain itu ibu saya juga diajarkan berbicara yang halus dengan menggunakan bahasa jawa krama utuk berbicara terhadap orang yang lebih tua.
Tidak berbeda jauh dengan saya dan kakak saya bahwa saya juga diajarkan untuk berperilaku sopan santun baik dalam berbicara maupun makan, namun perbedaannya di zaman sekarang saya dan kakak saya diperbolehkan untuk memakai celana, namun ketika dalam hal berbicara saya dan kakak saya di ajarkan untuk berbicara dengan bahasa jawa krama halus.
3. Aturan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali aturan-aturan yang diberlakukan orang tua kepada anak dan tentu disertai dengan batasan-batasan yang telah di tentukan, seperti halnya dalam aturan
a. Waktu
Waktu merupakan hal penting dalam kehidupan selain itu waktu juga memiliki batasan-batasan yang berlaku di masyarakat. Seperti halnya jam keluar atau pergi yang diberikan orang tua kepada anak. Pada zaman dahulu orang tua sangat menghargai waktu, oleh karena itu orang tua memiliki jam-jam tertentu untuk anaknya. Misalnya jam untuk keluar malam dulu ayah saya diberi waktu untuk keluar malam sampai jam 7 malam, karena ayah saya laki-laki sehingga sedikit diberi kebebasan untuk bermain dimalam hari, namun hal tersebut jauh berbeda degan ibu saya yang hanya diberi waktu kakek dan nenek saya sampai sore, karena ketika adzan magrib sudah berkumandang tandanya untuk mereka berada di rumah dan tidak boleh keluar rumah. Hal ini berbeda jauh dengan zaman sekarang yang mana orang tua lebih memberi kebebasan waktu untuk keluar malam, saya di beri waktu untuk keluar malam sampai jam 9 malam selebinya saya sudah harus berada di rumah, namun hal ini jauh berbeda dengan waktu yang dimiliki ayah ibu saya pada zaman dahulu.

b. Berperilaku membersihkan rumah
Dahulu ayah saya mendapat bagian untuk membersihalkan halam rumah dan membetulkan apabila atap rumah bocor, untuk membersihkan halaman dilakukan ayah saya seminggu sekali, hal itu dilakukan ayah saya tanpa harus disuruh terlebih dahulu oleh kakek nenek saya. Sedangkan untuk ibu saya bertugas membersihkan rumah seperti pekerjaan rumah bagi wanita umumnya, hal itu dilakukan ibu saya juga tanpa disuruh terlebih dahulu oleh nenek kakeka saya. Berbeda dengan saya dan kakak saya sekarang yang harus di beri pembagian tugas terlebih dahulu kemudian barulah kami mengerjakannya.

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah SosAnt. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: