REVIEW BUKU BACK DOOR JAVA KARYA JAN NEWBERRY TERJEMAHAN BERNADETTA ESTI SUMARAH

Hayy Bloger kali ini saya akan memposting tugas etnografi semester 3, berikut hasinya…..
Keluarga, sebagai gravitasi aktivitas merawat anak, telah lama menjadi perhatian antropologi yang mencoba memahami bagaimana kebudayaan dan nilai dipelajari dan ditransmisikan dari satu generasi ke generasi yang lebih muda. Studi Klasik Margaret Mead di Pasifik awal abad ke-20 menjadi salah satu pelopornya. Namun, pada kurun kedua abad yang sama, Indonesia sejak Orde Baru-nya Suharto, sebenarnya telah menempatkan keluarga dalam minat kajian politik. Janice Newberry telah menghasilkan sebuah etnografi keluarga Indonesia pada awal abad ke-21 di tengah hiruk-pikuk kegiatan perempuan dalam kehidupan keluarga yang privat, serta kehangatan sebuah kampung Jawa sebagai ranah publik. Di samping itu, ekspektasi-kontrol, tepatnya negara terhadap keluarga dan perempuan, terutama sebagai ibu, juga dihadirkan.
Melalui tulisan ini saya akan mencoba melakukan pembacaan dari karya Jan Newberry yang berbentuk buku dengan judul Back Door Java. Buku tersebut telah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada bulan Maret 2013 oleh Bernadetta Esti Sumarah dan Masri Maris. Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, buku tersebut diberi judul Negara, Rumah Tangga, dan Kampung di Keluarga Jawa. Etnografi mendalam dari Newberry menghadirkan Hildred Geertz tentang keluarga Jawa pada dekade 1950-1960-an. Dalam karya etnografi yang rinci tentang keluarga dan masyarakat di sebuah kota di Jawa, Jan Newberry menyajikan analisis negara yang berkaitan erat dengan isu gender di tingkat lokal. Buku terjemahan Bernadetta Esti Sumarah dan Masri Maris ini merupakan sebuah buku etnografi perkotaan yang melihat sebuah daerah Jawa khususnya di Yogyakarta. Dalam buku ini dibagi menjadi enam pokok pembahasan yaitu : (1) Melalui Pintu Belakang yang Hilang, Sebuah Jalan Masuk, (2) Kampung, (3) Rumah, (4) Rumah Tangga: Kiat Menjalani Kehidupan, (5) Rumah Kediaman, (6) Melalui Pintu Belakang Rumah Tangga: Pintu Keluar.

Melalui Pintu Belakang yang Hilang, Sebuah Jalan Masuk
Minat penelitian Jan Newberry pada awalnya memgenai kaitan antara masyarakat pertanian dan negara. Namun kenyataannya, Jan Newberry menghabiskan waktunya di dapur orang Jawa di perkotaan, di antara orang miskin dan warga kelas pekerja yang hidup mencari makan dari hari ke hari. Kemudian minatnya itu bergeser pada penelitian dengan melihat apa yang ada di lingkungannya, hal ini dapat ditangkap dalam tulisannya sebagai berikut :
Tujuan saya bergeser ketika saya dihadapkan pada situasi penelitian lapangan yang memilih saya dan bukan sebaliknya. Rencana saya untuk mengadakan penelitian di pedesaan Jawa harus saya ubah, dan saya harus puas melakukan penelitian apa adanya, yakni meneliti apa yang saya saksikan di sekitar. (hal 4)
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Jan Newberry memulai penelitiannya dengan mencoba untuk hidup seperti orang-orang di lingkungannya, dengan cara berperilaku dan melakukan penelitian seperti orang yang sedang ia teliti.
Dalam bagian ini Jan Newberry membahas mengenai Ruang rumah tangga, Nasionalisasi ibu rumah tangga, Ibu rumah tangga kampung, Wajah sehari-hari pembentukan negara, Pintu belakang, Rumah/rumah tangga/kediaman. Ruang rumah tangga ini dimaksudkan Jan Newberry ialah kegiatan di lapangan yang berkaitan dengan masyarakat yaitu PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga). Hal ini dilihat dari pernyataan Jan Newberry sebagai berikut :
Saya habiskan waktu saya di Jawa bukan di tengah-tengah petani sawah dan meneliti perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat desa, tetapi di antara ibu-ibu rumah tangga di perkotaan, meneliti sebuah perkumpulan nasional untuk ibu rumah tangga, yakni PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga).(hal 4)
Nasionalisme ibu rumah tangga merupakan suatu kegiatan rumah tangga idealnya untuk kaum perempuan yang disebut PKK, yang mana anggotanya adalah para perempuan dewasa (sudah menikah). Ibu rumah tangga kampung ini mengenai sebagian perempuan yang berperan aktif dalam kegiatan PKK antara lain program Posyandu bersama program KB dan program administrasi PKK. Wajah sehari-hari pembentukan negara diartikan sebagai kemunculan negara sebagai sebuah bentuk politik dalam peradaban manusia, seperti sebuah proses budaya. Pintu Belakang merupakan gambaran untuk suatu hubungan sosial yang terjalin antara satu rumah dengan rumah lainnya atau dengan tetangga melalui pintu belakang sebuah rumah. Hal ini terlihat dari tulisan Jan Newberry sebagai berikut :
Kesederhanaan arsitekturnya tidak menafikan sifat kompleks dari hubungan sosial yang dimungkinkan terjalin oleh rumah-rumah itu, sebuah fakta yang tampak jelas dari berbagai dampak akibat tidak adanya pintu belakang di rumah ini. (hal 13)
Namun rumah yang dihuni Jan Newberry dan rumah yang lainnya jauh berbeda. Hal itu disebabkan rumah yang ia kontrak tidak ada pintu belakang sedangkan rumah-rumah lainnya terdapat pintu belakang, sehingga rumah kontrakan Jan Newberry itu terputus dari kegiatan keluarga dan kegiatan masyarakat di lingkungannya. Rumah/rumah tangga/kediaman digunakan untuk menekankan aspek perasaan dan moral dari ruang rumah tangga.
Kampung
Dalam bagian ini Jan Newberry lebih memusatkan pembahasannya mengenai Kampung Rumah Putri. Kampung rumah putri merupakan sebuah tempat yang letaknya berada di sudut timur laut yang bersinggungan dengan persimpangan jalan di barat daya kota keraton Yogyakarta. Kampung rumah putri ini sudah dikenal dan menjadi bagian dari ingatan bagi sebagian besar warga kota Yogyakarta. Kampung rumah putri itu merupakan kampung peninggalan seorang pejabat tinggi kraton, hal itu dilihat dari sejarah resmi kampung tersebut :
Menurut sejarah resmi kampung itu (Salamun 1989/1990), Rumah Putri adalah kedudukan seorang Nayaka, seorang pejabat tinggi kraton, pada 1855. (hal 24)
Rumah
Rumah adalah sebuah struktur yang memiliki bentuk simbolis dan bentuk fisik rumah kampung yang berhubungan dengan pola pertukaran sosial dan hubungan keluarga. Rumah menjadi tempat yang mendukung kegiatan-kegiatan budaya kampung seperti Slametan yang merupakan acara makan bersama yang juga sebagai upacara inti dalam upacara agama di Jawa. Hal tersebut dilihat kutipan Jan Newberry yang mengambil pernyataan dari Clifford Geertz :
Clifford Geertz menulis tentang acara makan bersama yang ada di mana-mana di Jawa (1960) dan bahkan menyatakan makan bersama sebagai upacara inti dalam keragaman upacara agama di Jawa. (hal 61)
Rumah Tangga
Rumah tangga diartikan menjadi ekonomi rumah tangga sebagai unit produksi dan konsumsi. Hal ini dapat dilihat dari tulisa Jan Newberry sebagai berikut :
Istilah rumah tangga itu sendiri dibandingkan dengan istilah-istilah rumah (house) dan rumah-kediaman (home), pengertiannya sudah berkembang menjadi analisis ekonomi rumah tangga sebagai unit produksi dan konsumsi.(hal 123)
Bagian ini mempersoalkan mengenai gender ekonomi rumah tangga yang mempersoalkan garis pemisah antara umum dan pribadi atas dasar kisah-kisah kaum perempuan kampung dan kegiatan mereka sehari-hari.
Rumah Kediaman
Istilah rumah kediaman dapat mengungkapkan dimensi emosional dan moral dari rumah tangga dalam bahasa sehari-hari dan bahasa akademis. Kehidupan rumah tangga dan ide rumah kediaman idealnya juga menempatkan perempuan sebagai pengawal tradisi. Rumah kediaman di sini berkaitan dengan ide bahwa tempat kaum perempuan sejatinya adalah dirumah, mengasuh anak. Hal itu terlihat dari tulisan Jan Newbeery sebagai berikut :
Tugas menegakkan jarak sosial ini sering jatuh ke pundak kaum perempuan yang kedudukannya sebagai pelaksana reproduksi anak-anak dan budaya maha kerjaan mengaburkan kesamaan kedudukan mereka dengan kedudukan bahwa kedudukan mereka sebenarnya sama dengan kaum perempuan lain yang berstatus rendah. (hal 169)

Melalui Pintu Belakamg Rumah Tangga: Pintu Keluar
Dalam bagian ini membahas mengenai budaya itu bahasa. Yang mana tujuan Jen Newbeery adalah memperluas pengertian “rumah tangga”. Budaya sehari-hari di kampung yang sering diabaikan orang. Budaya kampung yang terdiri dari dimensi ruang rumah tangga yang dibahas adalah: rumah, rumah tangga, dan rumah kediaman.
Catatan Akhir
Dengan penulisan Jan Newberry ini membanfun pengetahuan yang lebih luas mengenai “rumah tangga” di Jawa. Data yang banyak digunakan Jan Newberry adalah data dari observasi yang cukup detail yang dia sajikan disetiap bagian buku Back Door Java. Melalui data tekstual Jan Newbeery mencoba menafsirkan dan merefleksikan pengalamannya sehingga data tersebut tersususn sebuah etnografi dan data yang digunakan untuk membangun argumen berasal dari pengalaman langsung.

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah SosAnt. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: