Sebagai salah satu kampus hijau yang ada di Indonesia, Unnes sering kali disebut sebagai “Universitas Konservasi”. Dimana semua aktivitas dan penataan ruangnya telah diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi dan layak disebut sebagai kampus konservasi. Semua itu telah tercakup dalam tujuh pilar konservasi. Penataan bangunan dan taman yang sesuai membuat Unnes menjadi rumah ilmu yang nyaman untuk disinggahi dan dijadikan tempat untuk menuntut ilmu. Meskipun saat ini di beberapa tempat di wilayah Unnes sedang dalam proses pembangunan, akan tetapi itu tidak begitu berpengaruh terhadap keindahan dan kenyamanan proses pembelajaran di dalam kampus itu sendiri. Selain itu ketersediaan transportasi internal yang ramah lingkungan cukup menunjang untuk memberikan kelancaran dan kemudahan dalam proses pembelajaran.

Tak hanya terkenal sebagai kampus hijau saja, sejak dahulu Unnes sudah terkenal sebagai universitas kependidikan, dimana sebagian besar wisudawannya adalah calon-calon guru yang berkompeten dibidangnya. Dalam upaya membangun Unnes sebagai “Rumah Ilmu”, diperlukan inovasi-inovasi dalam proses pelaksanaannya. Sebagai contoh adalah inovasi dalam proses pembelajarannya. Saya mengambil contoh pembelajaran pada jurusan Matematika. Selama ini, mahasiswa jurusan Matematika dalam proses pembelajarannya lebih banyak pembelajaran dalam hal penguasaan materi dari pada penerapannya. Praktik dalam jurusan matematika, terutama pada prodi pendidikan matematika, hanya berpusat pada bagaimana cara menyampaikan materi kepada siswa dan bagaimana cara membuat alat peraga yang sesuai untuk digunakan dalam penyampaian materi kepada siswa.

Tak sedikit mahasiswa itu sendiri benar-benar memahami fungsi daripada materi yang telah mereka pelajari selama ini. Mereka tahu, akan tetapi itu hanya berdasar pada apa yang tertulis di buku atau yang ada pada internet saja. Begitu pula saat mahasiswa mencari masalah kontekstual yang berhubungan dengan suatu materi. Mereka cenderung mencari contohnya di internet dari pada terjun langsung untuk mencari di dunia nyata. Akibatnya ketika ada sebuah materi yang tidak mereka mengerti dan mereka kesulitan dalam mencari contoh permasalahan kontekstualnya, mahasiswa tersebut akan merasa stress dan merasa malas untuk mengerjakan tugas yang bersangkutan dengan materi tersebut.

Untuk menghindari permasalahan-permasalahan sepele yang tidak terduga, di perlukannya inovasi pada proses pembelajarannya. Seperti halnya “One Day for Math Contextual Problem” dimana mahasiswa jurusan matematika diberikan kesempatan untuk mencari berbagai hal yang berhubungan dengan materi yang sedang mereka pelajari, seperti membuat masalah kontekstual dari apa yang mereka lihat. Untuk langkah awalnya dapat dilakukan di area sekitar kampus. Program ini akan lebih mudah diibaratkan sebagai inovasi pembelajaran berbasis konservasi, dimana mahasiswa dapat menerapkan secara langsung nilai-nilai konservasi yang ada.

Materi pembelajarannya itu sendiri kita dapat mengambil contoh pos satpam, dari pos satpam, mahasiswa akan melihat bangun apa saja yang membentuk bangunan tersebut atau jika ingin mengecat bangunan tersebut memerlukan biaya berapakah dalam proses pengecatannya, berapa peluang yang dimiliki oleh kampus dalam hal pengeluaran biaya yang sedikit tetapi mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses pengecatan tersebut, dan masih banyak masalah kontekstual lainnya.

Praktik langsung seperti itu terkadang sangat membantu siswa dalam memahami suatu materi. Hal itu dikarenakan sesuka apapun mahasiswa jurusan matematika suka terhadap Pelajaran Matematika, pasti ada suatu materi dimana mereka tak sepenuhnya bisa menguasai materi tersebut. Oleh karena itu inovasi pembelajaran ini dirasa cukup membantu mahasiswa untuk benar-benar mengerti materi yang sedang mereka pelajari dan apa penerapannya dalam dunia nyata. Sehingga jika suatu saat ada yang bertanya apa kegunaan dari materi yang mereka pelajari mereka dalam menjelaskannya dengan mudah dan jelas dan tentunya sangat berguna saat mereka telah memasuki dunia kerja, terutama pada prodi pendidikan matematika.

Sangat jelas bahwa inovasi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan agar mahasiswa dapat menyerap materi dengan maksimal dengan tidak hanya mendengarkan dan melihat saat dosen mengajar maupun rangkaian materi yang disajikan dan ditampilkan pada slide presentasi. Pastilah akan merasa bosan dan minat belajarnya pun menjadi berkurang jika hanya mendengar dan melihat materi yang disampaikan oleh dosen atau membaca slide materi saja. Dan inovasi seperti ini tentunya akan berguna tak hanya pada perguruan tinggi saja, tetapi pada semua jenjang pendidikan. Oleh karena itu dalam upaya mewujudkan Unnes sebagai “Rumah Ilmu yang Konservatif” diperlukan inovasi-inovasi baru, seperti halnya inovasi pada proses pembelajarannya, dengan tujuan agar mahasiswa dapat benar-benar memahami apa yang mereka pelajari dan apa gunanya pada kehidupan nyata. Selain itu inovasi berbasis konservasi seperti yang telah dicontohkan di atas, dapat membentuk suasana pembelajaran baru dimana nilai-nilai konservasi dapat diterapkan secara langsung oleh mahasiswa itu sendiri.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Bidikmisi Blog Award di Universitas Negeri Semarang. Tulisan ini  adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan.”

Leave a Reply

Skip to toolbar