PEMAKNAAN DAN PEMAHAMAN TENTANG PENYAKIT MALARIA DAN PENANGANAN PENYAKIT MALARIA

hai teman-teman, kali ini saya akan memposting tugas kuliah saya yaitu tugas Antropologi Kesehatan semester 5 yang membahas tentang penyakit malaria yang ada di masyarakat.

Kesehatan adalah suatu hal yang sangat penting dari kehidupan manusia. Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Terutama di daerah pedesaan di luar Jawa dan Bali. Di lihat dari letak geografis terdiri dari banyak pulau dengan teluk dan selat yang di tumbuhi banyak tumbuhan sehingga di kelilingnya yang dapat mempengaruhi kehidupan jenti-jentik nyamuk. Di sisi lain masalah sehat sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologik, psikologik maupun sosio budaya.

Persepsi masyarakat

Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Karena persepsi masyarakat mengenai penyakit juga bergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.

                Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di masyarakat. Persepsi ini turun dari satu generasi ke genarasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang menjadi luas. Adapun contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di Irian Jaya. Makanan pokok penduduk Irian Jaya adalah sagu. Pohon sagu tumbuh dimana-mana di daerah rawa-rawa. Nah, di Irian Jaya sendiri beranggapan bahwa hutan lebat itu adalah milik penguasa ghaib dan jika warga setempat menebang ataupun melanggarnya dapat memperoleh hukuman berupa penyakit. Gejala penyakit yang mereka alami berupa panas tinggi, mengginggil dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, daunnya di buat ramuan untuk di minum dan di oleskan ke seluruh tubuh penderita akan sembuh dari penyakitnya.

                Persepsi masyarakat mengenai penyakit di peroleh dan di tentukn dari penuturan secara turun temurun yang sederhana dan mudah. Misalnya penyakit yang berupa kutukan Allah, mahkluk ghaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang buas, dan sebagainya.

                Pada sebagian penduduk Pulau Jawa pada penderita panas yang sangat tinggi di obati dengan cara menyiram air pada waktu malam. Penderita di mandikan di luar rumah dengan air dingin untuk menurunkan panas tinggi yang di sebabkan oleh penyakit malaria. Di lain pihak air putih yang telah di berikan ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang di segani di gunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit malaria.

                Sebagian besar masyarakat telah dapat menerima atautahu bahwa penyakit malaria di tularkan oleh nyamuk, namun belum semua mengenai macam spesies anopheles. Mereka berpendapat semua jenis nyamuk dapat menjadi penyebab malaria, bahkan banyak anggapan. Kebiasaan dan praktek dalam masyarakat yang mengaitkan lingkungan dengan penyakit khususnya penyakit tropis.

                Mayrakat mendefinisikan penyakit dengan cara yang berbeda dan gejala-gejala yang di terima sebagai bukti adanya penyakit dalam suatu masyrakat mungkin di abaikan pada masyarakat lainnya. Definisi dalam masyrakat yang samapun akan berubah dalam kurun waktu.

                Malaria dikenal sebagai salah satu penyakit yang paling berbahaya dari segala jenis penyakit yang mendatangkan kematian. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan di berbagai daerah dan suku Indonesia masih banyak. Menurut kondisi sosial budaya dan lingkungannya. Disitu kelihatan bahwa antara kebudayaan, linkungan takan berhasil dengan baik dan berkesinambungan tanpa peran serta masyarakat kesamaan persepsi dan konsepsi mengenai penyakit malaria khususnya, perlu di tingkatkan.

                Dari artikel yang saya baca menjelaskan bahwa masyarakat etnis Irian Jaya memiliki pemahaman tentang penyakit malaria berdasarkan kepercayaan dan pengalaman yang mereka miliki, informan tidak dapat menyebutkan secara tepat penyebab langsung dan cara penularan malaria. Keputusan masyarakat dalam melakukan pencegahan dan pengobatan malaria di lakukan sesuai dengan petunjuk dari orang yang di anggap penting terutama keluarga, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan merupakan faktor pendukung dalam penggulangan malaria, serta kebiasaan masyarakat di daerah Irian Jaya yang sering berada di luar rumah pada malam hari meningkatkan resiko terkena malaria.

                Selai n faktor pengetahuan, penderita malaria pada daerah Irian Jaya sangat membutuhkan dukungan moril maupun materil dari orang yang di anggap penting dalam kelompoknya. Orang yang di anggap penting dalam kelompoknya. Orang yang di anggap penting tersebut bisa di dapatkan dari orang terdekat dalam hal ini keluarga atau dari tokoh masyarakat atau dari tokoh adat. Ketersediaan sumber daya termasuk akses informasi dan fasilitas kesehatan yang cenderung sulit untuk di jangkau di daerah Irian Jaya, terlebih yang beradadi daerah-daerah terpencil sangat sulit mendapatkan pelayanan kesehatan.

                Sikap masyarakat di daerah Irian Jaya terhadap penyakit malaria, pada dasarnya mereka sadar bahwa upaya pencegahan malaria paling penting di laukan, namun belum ada upaya yang di lakukan masyarakat untuk mencegah malaria. Masyarakat cenderung mengharapkan bantuan dari pemerintah dalam hal ini Rumah Sakit di Irian Jaya agar melakukan upaya-upaya pencegahan malaria. Begitu pula dengan sikap masyarakat setempat dalam melakukan pengobatan malaria, mereka telah sadar untuk melakukan pengobatan di puskesmas dan masyarakat bersedia untuk di ambil darahnya dalam melakukan pemeriksaan malaria.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: