LAPORAN PERJALANAN TRANSPORTASI UMUM UNNES-MANGKANG SERTA KONDISI TERMINAL MANGKANG SEBAGAI SALAH SATU ASET PENTING KOTA SEMARANG

Kali ini saya akan memposting aartikel tugas kuliah semester 4 pada mata kuliah sosiologi perkotaan  mengenai kondisi terminal yang ada di masyarakat

Yuk, langsung saja membaca dan memahami isi artkel dibawah ini

Perjalan ke Mangkang

BRT (Bus Rapid Transit) Trans Semarang merupakan transportasi umum yang baru saja di resmikan oleh Gubernur Jawa Tengah pada tahun 2017. Ada beberapa tempat tujuan yang dapat ditempuh dengan BRT ini. Karya tulis ini akan mendeskripsikan perjalan dari unnes ke mangkang menggunakan transportasi umum BRT.

            Kelompok kami sampai pada halte bus pada pukul 08.30 pagi. Ada satu orang menunggu BRT di halte. Setelah 20 menit menunggu akhirnya ada satu BRT yang datang. Kami berangkat pukul 08.50. ada perasaan khawatir dalam diri kami sebelum perjalan karena beberapa kali transportasi ini mengalami kecelakaan kendaraan dan berita mengenai rute perjalanan yang rumit. Namun setelah menaikinya kekhawtiran sedikit berkurang denga banyaknya penumpang.

            Kondisi BRT yang kami naiki dalam kondisi baik, terbukti dengan ac yang masih menyala, bangku penumpang yang terlihat baru, serta mesin bus yang terdengar mulus. Di dalamnya juga dilengkapi dengan pintu darurat di sisi kanan bus, alat pemecah kaca yang digunakan jika ada kondisi darurat, seperti kecelakaan dan kantong kresek hitam yang disediakan jika ada yang mabuk perjalanan. Supir dan kondektur bus pun menggunakan seragam dinas. Dalam perjalanan kami berhenti terlebih dahulu untuk membelu tiket di jalan dekat rusunawa putri unnes. Para penumpang harus turun untuk membayar tiket kepada petugas yang berada di sisi jalan. Ongkos perjalan ada dua tariff, yaitu tarif pelajar dan umum. Tarif pelajar berlaku bagi penumpang yang memperlihatkan kartu pelajar/mahasiswa dengan harga Rp. 1000, sedangkan tarif umum Rp. 3.500.

            Perjalan menuju Mangkang bus transit dua kali di Elisabeth dan Imam Bonjol. Bus melewati jatingaleh kemudian sampai di Elisabeth. Di halte kedua terdapat petugas BRT yang siap melayani para penumpang. Waktu itu tidak terlalu ramai karena bukan jam kerja. Kami lihat petugas BRT sedang menatih seorang kakek tua buta keluar dari bus. Kakek itu bersama istrinya. Dari Imam Bonjol ke Mangkang kami menggunakan bus yang berbeda, lebih besar dan berwarna biru, sebelumnya berwarna merah. Dalam perjalanan bus berputar-putar di tugu muda, kemungkinan mencari penumpang lain atau memang itu rutenya. Di dalam bus cukup ramai hingga salah satu dari kami berdiri. Di bus berwarna biru ini terdapat pemisah antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki berada di depan sedangkan perempuan di belakang. Namun peraturan itu tidak berlaku ketika sedang sesak penumpang. Perjalanan dari imam bonjol ke mangkang cukup padat hingga kami sampai di terminal mangkang pukul 11.05 WIB. Setelah turun dari bus ada salah satu dari kami mabuk perjalanan karena jalan yang berliku serta kemacetan yang padat dan muntahnya pun tidakhanya sekali tapi tiga kali, dan kami bertiga langsung memijitnya belakangnya agar keluar semua muntahnya, tetapi salah satu anggota dari kami langsung ambil foto di saat itu juga. Kami bertiga langsung menuju ke tempat jualan itu dan memesan empat soto dan tiga teh hangat agar pusingnya. Selesai makan kami langsung bertanya-tanya sedikit tentang pembangunan yang ada di terminal mangkang dan mereka pun merespon dengan pertanyaan kami dan menjawabnya tentang pembangunan terminal mangkang. Selesai kami bertanya-tanya kami langsung bagi tugas dua orang mencari tahu informasi atau kondisi yang ada di terminal tersebut.

 

Kondisi Yang Ada di Terminal Mangkang           

Terminal Mangkang Semarang berada di ujung barat kota Semarang yang berbatasan dengan kabupaten Kendal. Terminal ini termasuk terminal tipe A. Bangunan ini terbilang cukup megah dan pemerintah sudah membangun terminal ini dengan fasilitas yang sudah lengkap mulai dari mushola, toilet, tempat pertokoan, tempat ibu menyusui, ruang tunggu penumpang dan ruang genset. Terdapat bangunan besar di terminal ini yang terdiri atas dua lantai. Lantai pertama sebagai tempat perkantoran, pertokoan, tempat untuk ke angkot atau BRT dan tempat parkir. Sementara lantai dua sebagai tempat pertokoan, penjualan tiket bus, ruang tunggu penumpang dan sebagai pemberangkatan bus umum.

            Pengembangan terminal Mangkang menjadi terminal kelas A diharapkan akan menambah volume lalu lintas yang tentunya mempengaruhi sistem pergerakan lalu lintas di sekitarnya. Terminal mangkang yang terbilang cukup besar itu mempunyai kapasitas menampung 100-an bus besar. Namun ternyata peresmian dari terminal mangkang tersebut tidak mendapatkan tanggapan dari publik dan dari peresmiannya pada tahun 2009 sampai sekarang ini terminal mangkang masih sepi padahal fasilitas terminal mangkang jauh lebih baik dan lebih nyaman dari terminal lainnya seperti terminal terboyo. Menurut narasumber kami bernama Bapak Feri mengatakan bahwa para supir dan penumpang bus antar kota menolak untuk masuk terminal mangkang dan memilih masuk terminal terboyo karena terminal terboyo dibilang lebih strategis dan lebih dekat dengan pusat pemukiman dan kota.

            Dalam rangka mengoptimalisasikan terminal mangkang yang terbilang sepi, pada tahun 2010 pemerintah kota Semarang memberlakukan peraturan bahwa terminal mangkang harus menjadi pemberhentian akhir dari seluruh bis arah barat yang menuju kota Semarang dan melanjutkan perjalanan menuju terminal terboyo. Mulai dari penetapan keputusan pemerintah tersebut, bus-bus yang menuju arah barat juga harus memberangkatkan penumpang terminal mangkang, bukan terminal terboyo. Namun demikian, baik supir maupun penumpang menolak untuk mengoptimalisasikan terminal mangkang karena dianggap sepi dan pengoperasiannya tidak jelas. Hal itu yang menyebabkan terminal mangkang yang merupakan terminal mewah tipe A menjadi terminal yang tidak terawat dan terkesan kumuh walaupun dengan bangunan yang mewah. Banyak sarana-prasarana yang sudah dibangun dan disediakan untuk publik menjadi tidak digunakan. Memang masih ada sarana-prasarana yang masih digunakan tapi terbilang kumuh dan tidak terawat seperti contohnya musola, tempat wudhu beserta dengan toiletnya yang tampak terlihat kumuh, tidak terawat, tumbunya lumut di diding tempat wudu maupun toilet. Selain itu disekitar tempat tersebut tercium bau tidak sedap seperti bau sampah dan bau kotoran pembuangan manusia. Banyak juga roku-ruko yang sudah dibangun dengan baik menjadi ditempati dan tidak terwat dan ditumbuhi rerumputan yang menjulang tinggi. Banyaknya ruko tidak sebanding dengan banyaknya pedagang yang sedikit dan hanya beberapa saja. Para pedagang juga lebih memilih tidak berjualan di ruko tersebut dengan alasan jauh dari aktivitas para pekerja terminal. Terminal tersebut dibagi menjadi dua bagian, di sebelah barat khusus untuk bus antar kota dan disebelah timur khusus untuk transportasi lokal seperti angkot, bus lokal dan bus trans Semarang. Namun yang beroperasi hanyalah transportasi lokal saja di bagian timur, banyak dijumpai bus-bus lokal terutama angkot. Dibagian barat terminal tersebut hanya menjumpai satu bus antar kota dan beberapa truk. Ternyata menurut narasumber, bagian barat hanya digunakan untuk tempat beristirahat saja. Bukan hanya bus antar kota, melainkan truk-truk juga dapat beristirahat disana, tentunya harus dengan izin petugas terminal tersebut. Anehnya, jumlah truk lebih banyak dari jumlah bus yang terdapat di area barat terminal.

            Di tengah-tengah antara area barat dan timur terminal mangkang, terdapat bangunan besar dan megah. Bangunan tersebut sebagai tempat kantor, pertokoan, tempat agen bus antar kota dan ruang tunggu penumpang. Tentunya bangunan tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti toilet, musola, dan tempat menyusui. Namun bangunan megah tersebut tidak digunakan sesuai dengan fungsinya. Dari sekian banyak bangunan pertokoan disana, hanya dua toko saja yang digunakan, itu juga hanya digunakan oleh pekerja terminal saja. Fasilitas lain seperti toilet yang banyak dan ada disetiap lantai namun tidak berfungsi, tempat ruang tunggu penumpang juga tidak diguakan. Bangunan yang megah tersebut sudah mulai rapuh, kotor penuh dengan sampah, banyak terdapat genteng yang bocor dan menimbulkan beberapa ruangan dipenuhi dengan air dan beberapa atap bangunan yang sudah roboh, bahkan lantai diarea lantai dua sudah mulai rusak dan dapat membahayakan yang melewatinya. Bangunan tersebut mirip sekali dengan bangunan kosong yang tidak berpenghuni. Sempat kami penasaran dan ingin naik ke laintai tiga tetapi dilarang oleh pekerja terminal dengan alasan bangunan tersebut sudah tua dan banyak yang mengalami kecelakaan saat naik ke lantai tersebut. Tempat pertokoan di bangunan tersebut juga ada beberapa yang digunakan sebagai tempat istirahat para supir bus. Parkiran kendaraan untuk para pengunjung yang sudah disediakan juga tidak terdapat satupun kendaraan pengunjung parkir disana. Bahkan jarang sekali pengunjung yang ada disana, hanya beberapa pengunjung saja itupun karena adanya halte untuk naik bus trans Semarang.

            Terminal mangkang yang megah dan tergolong tipe A tidak sebanding dengan penggunaannya. Dilihat dari terminalnya yang sangat sepi pengunjung, hanya dapat ditemui bus dan angkot yang singgah dan beristirahat dalam beroprasi. Menurut narasumber, terminal ini pernah ramai pengunjung saat awal beroprasi, baik bus lokal maupun bus antar kota. Pemanfaatan kembali terminal ini tergantung pada keputusan dari pemerintah pusat.

 

Saat Perjalanan Pulang

Setelah melakukan pengamatan dan bertanya-tanya mengenai terminal Mangkang kepada beberapa orang yang berada di terminal, kami berempat bingung dengan transportasi apa kita akan pulang, karena setelah melakukan perjalanan berangkat ke terminal mangkang tidak sedikit dari kami yang mengalami pusing, mual dan gangguan yang lainnya sampai salah satu teman kami ada yang muntah karena mabuk perjalanan. Awalnya ada salah satu teman kami yang bernama Putri berpendapat agar kami pulang menggunakan ojek konvensional, namun setelah berunding biaya ojek konvensional terbilang cukup mahal, lalu kami tidak jadi menggunakan ojek konvensional. Lucunya teman kami yang bernama Aminah berpendapat menggunakan Dokar untuk pulang. Kami bertiga pun bingung dengan pendapat Aminah. Bayangkan saja dari Mangkang menuju UNNES yang jaraknya terbilang cukup jauh kita menggunakan alat transportasi Dokar yang tenaganya berasal dari tenaga Kuda. Lalu kami bertanya kepada Aminah “emangnya kalo naik Dokar dari Mangkang sampai UNNES kusirnya mau min?” Aminah pun menjawab “ya mau lah temen aku aja dari stasiun Poncol sampai UNNES naik Dokar, biayanya kan nanti bisa di bagi 4 anak jadi lebih murah kita nggak perlu transit.” Lalu teman kami Putri bertanya kepada Aminah “emang di daerah sini ada Dokar min ?” Aminah menjawab “di mana aja ada nanti kan kita pesannya lewat online.” Lalu Fella menjawab “loh kok Dokar online min, bukannya Dokar itu yang dari Kuda yah ?” Aminah menjawab “loh kok Kuda sih, Dokar itu mobil online kaya Taxi loh.” Lalu kami bertiga pun tertawa dengan perkataan Aminah yang salah menyebut Go-Car menjadi Dokar. Kami bertiga pun menjelaskan kepada Aminah arti Dokar sesungguhnya. Aminah pun ikut tertawa dengan kesalahpahaman tersebut. Setelah berunding, Go-Car termasuk transportasi online dan kita ditugaskan oleh Ibu Lilis agar tidak menggunakan transportasi kendaraan online.Akhirnya setelah beberapa lama kita memikirkan menggunakan kendaraan apa kita akan pulang, lalu kita berempat sepakat untuk menaiki BRT kembali.

            Pada pukul 14.30 kami menaiki BRT dari terminal Mangkang. Kami bertiga Mufita, Fella dan Putri menggunakan kartu pelajar sehingga kami dikenakan biaya hanya seribu rupiah. Aminah yang lupa membawa kartu pelajar akhirnya dikenakan biaya Rp 3.500. Karena dari Mangkang tidak dapat langsung sampai ke UNNES akhirnya kami menaiki BRT untuk transit di Terboyo. Keadaan di dalam BRT awalnya cukup longgar sehingga kamu berempat masih mendapatkan tempat duduk. Setelah di perjalanan bus brhenti di setiap halte-halte tempat pemberhentian sementara BRT, maka semakin lama semakin penuh. Nampak ada ibu-ibu dengan membawa anak laki-lakinya yang masih kecil akhirnya Mufita dengan senang hati menawarkan tempat duduknya agar di duduki oleh ibu-ibu yang membawa anak dengan di pangku. Setelah beberapa menit bus berjalan kembali, nampak ada seorang nenek yang menaiki BRT lalu teman kami yang bernama Fella bangkit dari tempat duduknya dengan tujuan agar si nenek tersebut dapat menempati tempat duduk yang awalnya di duduki Fella, namun ada salah satu perempuan dewasa yang mendahului duduk di tempat duduk Fella. Lalu setelah bus berhenti di beberapa halte, penumpang semakin banyak dan bus semakin penuh. Ibu- ibu yang membawa anak laki-laki tadi terlihat kualahan karena membawa barang banyak dan nampak anaknya yang dipangku mulai mengantuk. Dengan rasa empati lalu teman kami Putri pun bangkit dari tempat duduk untuk mempersilahkan agar anaknya dapat duduk di bangku sendiri. Mufita, Fella dan Putri berdiri di perjalanan menuju Terboyo. Aminah masih tetap duduk di tempat duduknya karena dia merasa pusing. Setelah sampai di Terboyo kami transit dan pindah BRT lainnya. Bus ke 2 yang kami naiki tidak sepenuh bus pertama, sehingga kita dapat duduk semua. Dari terboyo tujuan kami menuju Imam Bonjol untuk transit kembali. Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya kami sampai di halte yang ada di daerah Imam Bonjol. Keadaan halte sangat amat penuh sehingga sangat sulit untuk masuk dan bergerak di dalamnya. Lalu nampak ada seorang kakek tua yang membawa banyak barang-barang dengan pakaian yang sangat lusuh dan muka yang terlihat lelah ikut berhimpit-himpitan dengan orang-orang yang ada di halte. Kami pun sangat kasihan melihat kakek tua tersebut sendirian. Lalu kami pun bertanya kepada kakek tua tersebut akan kemanakah tujuan kakek tersebut. Lalu kakek menjawa akan menuju ke Ungaran. Lalu tak lama kemudian ada BRT yang berhenti dengan tujuan Ungaran. Kakek itu segera bergegas agar dapat menaiki BRT tersebut, namun saking banyaknya penumpang yang berebut maka kakek itu ketinggalan bus tersebut. Lalu beberapa menit kemudian datang BRT dengan tujuan Ungaran, lalu ada seorang pemuda yang memiliki rasa empati juga terhadap kakek tersebut maka membantu kakek tersebut untuk naik ke BRT akhirnya kakek tersebut dapat naik untuk menuju ke Ungaran. Setelah beberapa BRT yang transit, tidak ada satupun BRT yang menuju ke UNNES akhirnya kami menunggu dengan berhimpit-himpitang dengan penumpang lain dengan keadaan yang sangat panas sehingga kami seperti mandi keringat di dalam halte tersebut dengan berbagai aroma yang tercium di dalamnya. Setelah sekian lama menunggu akhirnya BRT untuk tujuan UNNES akhirnya datang. Karena banyak yang memiliki tujuan ke UNNES, BRT pun penuh sekali, kami berempat tidak kebagian tempat duduk dan harus berdiri selama perjalanan ke UNNES. Dengan berhimpit-hinpitan dengan peenumpang lain, Putri dan Mufita menghibur diri dengan bernyanyi mengikuti lagu yang sedang di putar di dalam bus yaitu lagu yang sedang ramai di nyanyikan dan didengar oleh kaum remaja yaitu Asal Kau Bahagia yang dinyanikan oleh Armada. Putri dan Mufita menikmati perjalanan dengan bernyanyi walaupun badan terhimpit oleh badan orang lain. Ada seorang bapak-bapak yang membawa 2 anak kecil itupun tersenyum kepada kami karena mendengar kami berdua bernyanyi dengan berkata “bagus mba nyanyinya” Putri dan Mufita menjawab “iya pak buat hiburan” lalu bapak tersebut kembali berkata “bagus mba lanjutkan” lalu kami senyum dengan melanjutkan bernyanyi. Setelah melalui beberapa lama di perjalanan akhirnya kami tiba di UNNES dan kami berhenti di halte depan FE UNNES pada pukul 16.00 dengan keadaan halte sangat dipenuhi adek-adek kita seusai melaksanakan ujian SBMPTN. Lalu kami kembali ke kost masing-masing untuk beristirahat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: