Perusahaan start-up mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, atas dasar inilah Fenox Venture Capital (VC) menjadikan Indonesia sebagai tempat penyelenggara kompetisi start-up atau Startup World Cup 2017 (SWC). Anis Uzzaman, Chairman Startup World Cup sekaligus General Partner dan CEO dari fenox Venture Capital mengatakan, banyaknya perusahaan startup yang sedang berkembang inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Indonesia dipilih sebagai tempat diadakannya proses seleksi untuk mengikuti babak final Startup World Cup yang akan digelar pada 27 Maret 2017 mendatang di Sillicon Valley, Amerika Serikat.

Dari segi pendanaan perusahaan start-up juga diuntungkan dengan peluang masuknya dana repatriasi pengampunan pajak atau tax amnesty. Dimana, dana repatriasi tersebut dapat digunakan untuk membiayai start-up baru dan menambah pendanaan bagi strat-up yang sudah eksis.

Presiden Direktur PT Astra Mitra Ventura, Jefri Rudyanto Sirait mengatakan, kebutuhan pendanaan untuk start up sekitar Rp 10 triliun per tahun. Apabila dana repatriasi dapat dikelola oleh perusahaan modal ventura maka efeknya sangat positif bagi pembiayaan usaha produktif. Dengan begitu, Indonesia akan menciptakan market start up yang berkembang dan ditransaksikan di dalam negeri.

Selain menabur investasi pada start up, sambung Jefri, perusahaan modal ventura juga memberikan pendampingan pada start up untuk tumbuh dan membangun loyalitas. Menurutnya, setiap perusahaan modal ventura akan berinvestasi pada start up yang dinilai memiliki kualifikasi yang bisa dikembangkan. Alasan ini pulalah yang menjadikan Astra Ventura hanya fokus pada sektor start up manufaktur.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio menjelaskan, ada beberapa pengganjal perusahaan start-up melakukan penawaran saham perdana aliasinitial public offering (IPO).

“Syarat go public hanya dua yaitu legal administration harus clean dan memiliki mimpi ke depan,” jelasnya, Minggu (28/8).

Nah kedua syarat ini sulit direalisasikan perusahaan start-up. Oleh karena itu, BEI menggandeng Bank Mandiri untuk program inkubator guna menampung perusahaan start-up agar dapat mempelajari dasar dan aturan melantai di bursa.

“Targetnya kami akan memfasilitasi 30 perusahaan start-up untuk merapikan perusahaan serta mengajarkan membuat proyeksi,” jelas Tito.

Sementara itu, Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengimbau, investor yang tertarik pada perusahaan start-up berhati-hati. Belum ada gambaran jelas terkait prospek bisnis start up pada masing-masing sektor. Karena itu, otoritas bursa harus lebih selektif.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menambahkan, selama ini bisnis start-up identik dengan potensi kerugian. Namun perlu diingat bahwa bisnis juga bisa memberikan hitungan yang manis bagi investor. Maka perlu ada standar khusus untuk perusahaan start-up yang ingin melantai di bursa.

Sampai saat ini perusahaan start-up yang dinilai layak untuk IPO mayoritas berada di sektor transportasi dan ritel e-commerce, seperti Gojek, Bhinneka, Tokopedia dan Kaskus. Belajar dari start-up  yang sudah berhasil IPO di negara maju seperti Facebook, Twiter, ALibaba dan lainnya maka potensi start-up dalam negeri untuk melakukan IPO juga terbuka lebar.

 

 

Sumber:

https://industri.kontan.co.id/news/ini-alasan-indonesia-tuan-rumah-startup-world-cup

https://keuangan.kontan.co.id/news/modal-ventura-incar-dana-repatriasi

https://investasi.kontan.co.id/news/jika-ingin-ipo-start-up-wajib-berbenah