contoh tradisi “Rewang” dalam bentuk Resiprositas

gambar rewang

Latar Belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat kita sebagai makhluk sosial harus dapat melakukan interaksi antar sesama warga masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat tidak hanya melakukan hubungan interaksi, namun di dalam masyarakat juga perlu ada hubungan timbal balik di antar sesama warga. Hubungan timbal balik di dalam antropologi ekonomi ini biasanya di sebut dengan istilah Resiprositas. Di dalam masyarakat resiprositas di sebut juga sebagai pertukaran. Sistem pertukaran di dalam masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sistem pertukaran di dalam masyarakat penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap barang jasa, kesejahteraan hidup warga masyarakat

Resiprositas, konsep resiprositas menurut polanyi adalah untuk menerangkan pertukaran yang terjadi di dalam masyarakat. Secara sederhana sistem resiprositas adalah pertukaran timbal balik antar individu atau kelompok. Konsep resiprositas berbeda dengan konsep redistribusi karena adanya hubungan simetris tersebut sebagai syarat timbulnya akivitas resiprositas. Proses pertukaran resiprositas lebih panjang daripada jual beli. Proses jual beli biasanya terjadi dalam waktu yang sangat pendek, misalnya jual beli barang di pasar. Di dalam jual beli antara penjual dan pembeli terjadi pula pertukaran pembeli mendapatkan barabg yang di inginkan sedangkan penjual mendapatkan hasil dari apa yang di jual nya. Sama hal nya dengan resiprositas yang ada di dalam masyarakat pedesaan yaitu istilahnya adalah Rewang atau yang biasanya di sebut dengan istilah “Ngalong” di desa saya. Sama hal nya dengan daerah-daerah lain yaitu masyarakat berkumpul untuk masak-masak di rumah nya orang yang punya hajat.

Tujuan Masalah

  1. Untuk mengetahui bagaimana resiprositas dalam bentuk rewang di Desa Dukutalit kecamataan Juwana.
  2. Untuk mengetahui masuk kedalam resiprositas yang mana, rewang yang ada dalam masyarakat desa Dukutalit.

 

Alasan mengambil tema

Alasan saya mengapa mengambil tema tersebut karena sesuai denga yang ada dalam sistem resiprositas yang ada di dalam masyarakat tempat daerah saya. Ada sistem rewang atau membantu tetangga yang punya hajatan untu masak-masak. Dalam sistem timbal balik yang ada di dalam daerah saya juga hampir sama dengan yang ada di daerah lain. Jadi, alasan mengambil tema seperti itu karena mudah dalam memperoleh informasi.

Pembahasan

  1. Pengertian Resiprositas

Seperti yang telah di ungkapkan pada latar belakang, resiprositas adalah pertukaran timbal balik antar individu atau antar kelompok. Proses pertukaran resiprositas lebih panjang dari pada jual beli. Proses jual beli biasanya terjadi dalam waktu yang sangat pendek, misalnya jual beli di pasar tradisional maupun di pasar modern. Sedangkan proses resiprositas yang panjang dalam kurun waktu satu tahun misalnya adalah di sumbang menyumbang yang ada di masyarakat pedesaan, misalnya dalam peristiwa perkawinan.

Karakteristik dalam resiprositas ini adalah syarat sekelompok individu atau beberapa kelompok dapat melakukan resiprositas adalah adanya hubungan personel diantara mereka. Terutama terjadi di dalam komunitas kecil dimana anggota-anggotanya menempati lapangan hidup yang sama. Dalam komunitas kecil itu kontrol sosial sangat kuat dan hubungan sosial yang intensif mendorong orang untuk berbuat untuk mematuhi adat kebiasaan.

Dalam kenyataannya, proses resiprositas dapat berlangsung sepanjang hidup seorang individu dalam masyarakat, bahkan ungkin sampai di teruskan oleh anak keturunannya. Pentingnya syarat adanya hubungan personal bagi aktivitas resiprositas adalah berkaitan dengan motif-motif dari orang melakukan resiprositas. Motif tersebut adalah untuk mendapatkan prestise atau penghargaan dari masyarakat.

  1. Rewang di Desa Dukutalit

Rewang adalah salah satu tradisi masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai salah satu cara membantu keluarga atau tetangga yang sedang mengadakan kenduri, pesta maupan perhelatan pesta adat dimana membutuhkan tenaga bantuan untuk mengurus konsumsi dan kesibukan rumah tangga lain.tradisi rewang ini masih dalam bentuk gotong royong untuk membantu tetagga yang punya hajat.

Rewang di desa Dukutalit ini sama hal nya dengan yang terjadi di masyarakat lain pada umumnya. Tradisi rewang ini sudah ada sejak zaman dahulu. Traisi rewang sendiri di Desa dukutalit sangat masih berlaku, karena jarang sekali masyarakat yang punya “Gawe” ( acara) menggunakan jasa catering, biasanya masyarakat lebih suka menggunakan rewang untuk memasak masakan yang akan di pakai dalam acara tersebut. Didalam acara rewang sendiri juga banyak masyarakat yang berantusias dalam acara ini. Masyarakat masih sangat menjunjung tinggi adat yang ada di dalam desa nya.

Jika ada acara Rewang di tetangga jika tidak datang maka penilaian dari tetangga juga akan berpengaruh jika suatu saat dia memiliki hajatan. Maka, para tetangga tersebut akan berfikir dua kali untuk ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Dalam masyarakat pedesaan pada umumya sikap gotong oyong di dalam masyarakat masih saja di junjung tinggi karena dengan hal itu adalah suatu perekat di dalam hubungan bermasyarakat.

Masyarakat yang tidak pernah ikut dalam acara di dalam desa salah satu nya adalah di omongin para tetangga. Karena di saat semua tetangga berkumpul untuk ikut berpartisipasi membentu acara tersebut, katakanlah si A tidak ikut untuk berpartisipasi dalam acara tersebut, maka jika si A memiliki suatu acara dan membutuhkan rewang para tetangga , maka tetangganya juga akan bertindak yang sama seperti yang si A lakukan.

Di dalam acara rewang biasanya si pemilik hajat menyewa ahli masak yang mengetahui berbagai seluk beluk dalam adat dan tradisi, apa saja yang perlu di persiapkan dalam acara tersebut. Juga ada orang tua adat yang biasanya ikut mengambil alih dalam menjadi juru maska untuk acara tersebut. Kemudian para tetangga yang ikut membantu tinggal melanjutkan apa saja yang di khendaki juru masak tadi. Jadi, masakkannya sesuai yang di arahkan oleh juru masak.

Dalam acara rewang di desa Dukutalit ini biasanya bapak-bapak yang mempersiapkan tenda sebagai tempat di laksanakannya acaranya. Sedangkan ibu-ibu yang bagian memasak di dapur. Umumnya ibu-ibu di sini untuk membantu memasak ibu-ibu di sini membantunya dengan membawa peralatan untuk memotong-motong sayur seperti pisau, dan alat-alat yang sekiranya di perlukan sendiri. Karena tidak semua peralatan yang di butuhkan dalam masak-masak tersebut sang pemilik rumah atau sang emilik “ gawe” ini memiliki peralatan yang lengkap. Sebagai tetangga juga perlu membawa peralatan yang sekiranya di perlukan untuk memudahkan dalam membantu memasak tersebut.

Itu adalah salah satu hal yang terjadi di dalam masyarakat desa Dukutalit. Dalam acara rewang pun tetangga yang meminjamkan alat-alat memasak pun sudah biasa. Dampak yang terjadi dari msyarakat yang masih menjunjung adat kbiasaan seperti itu tidak hanya dalam gotong royong nya saja, saling membantu namun juga kebersamaan yang ada di dalam masyarakat juga ada. Dalam rewang di desa Dukutalit ini tidak hanya milik para orang tua saja namun para kaum muda juga dapat berpartisipasi dalam acara tersebut.

Jika rewang untuk para orang tua seperti memasak, menyiapkan hidangan untuk para tamu, menyiapkan tenda untuk acara, berbeda dengan yang di lakukan oleh para anak muda di desa Dukutalit ini. Biasanya yang di lakukan oleh para kaum muda dalah menghantarkan makanan ke meja para tamu yang datang. Biasanya di sebut dengan “laden“. “Laden” ini umumnya di lakukan oleh para anak muda. Supaya anak muda di dalam desa tesebut dapat lebih akrab di antara satu dengan yang lain. Jadi, bukan hanya para orang tua saja yang akrab namun, anak-anak mudanya juga perlu meningkatkan rasa bergotong royong di antara sesama warga.

Hal tersebut tidak hanya saling merekatkan hubungan interaksi di antara warg tetangga. namun, juga sikap gotong royong secara tidak langsung di didikkan kepada generasi penerus untuk tidak meninggalkan tradisi tersebut. Karena rewang hasil dari turunan para leluhur terdahulu di maksutkan untuk menumbuhkan rasa saling gotong royong dan rasa peduli sesama warga .

Dalam resiprositas sendiri ini termasuk kedalam resiprositas sebanding. Sesuai dengan pengertian resiprositas sebanding adalah nilan yang di pertukarkan bernilai sama. Yang di maksud di sini adalah dalam acara rewang ini masyrakat akan mendapaat ganti yang sama sesuai dengan apa yang di jalankan dalam tradisi tersebut. Masyarakat yang aktif mengikuti dan berpatisipasi mengikuti rewang yang ada di dalam masyarakat, maka jika dia memiliki acara atau hajatan maka tetangga pun akan ikut berparisipasi dalam acara tersebut. Namun jika seseorang tersebut tidak pernah mengikuti dan tidak mau berpartisipasi dengan tetangga yang lain maka yang datang dalam acara rewang di rumahnya juga akan banyak dan mungkin hanya kerabat dekat nya saja tanpa di bantu oleh tetangga nya.

Di dalam resiprositas sebanding juga memiliki karakteristik yaitu dalam resiprositas sebanding ini di tunjukkan pula oleh adanya sistem kerjasama yang di lakukan oleh individu. Kerjasama ini muncul karena adanya rasa kesetiakawanan di kalangan masyarakat. Meskipun resiprositas ini muncul sebagai peerwujudan dari solidaritas sosial, tetapi berbeda dengan resiprositas umum karena kesetiakawanan yng di tampilkan dalam resiprositas sebanding tidak penuh, yaitu individu tetap berharap apa yang di lakukan keepada masyarkat yang lain, akan kembali kepada lagi.

Jadi, masyarakat tetap mengiginkan apa yang di berikan kepada tetangganya dapat kembali lagi. Misalnya dia memberikan gula 10 kg pada waktu rewang, suatu saat jika dia punya acara atau hajatan dia mengiginkan hal yang sama dengan apa yang di kasih pada tetangganya dahulu. Semua barang atau uang jumlah yanh di berikan tidak kurag namun harus memiliki nilai yang sama atau memiliki nilai yang lebih.

 

Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa tradisi di masyarakat sangat beragam. Misalnya tradisi rewang yang ada di dalam masyarakat desa Dukutalit yang masih memegang teguh tradisi turun temurun tersebut. Dapat kita ketahui banyak dampak yang terjadi di dalam masyarakat seperti masyarakat jadi tambah rasa kekeluargaannya. Dapat mempererat berinteraksi antar masyarakat. Sesuai dengan yang di bahas dalam resiprositas sebanding di atas. Di dalam masyarakat tidak hanya mengiginkan sesuatu yang sama atau sepadan namun jika jumlah nilai berkurang maka seseorang yang memberi kan barang atau uang tersebut akan merasa rugi. Itu hal berdasarkan dari pengamatan.

Dalam tradisi rewang pada masyarakat desa masih banyak di lakukan. Namun berbeda hal nya dengan yang terjadi pada masyarakat perkotaan yang sudah tidak mengenal lagi apa itu tradisi rewang di dalam masyarat. Karena sistem di perkotaan yang sudah mulai beralih ke masa modernisasi.

2 comments

  1. judulnya tertulis dobel sebaiknya di tuliskan salah satu saja, terimakasih 😀

    1. ok,,terimakasih vivin atas masukanya..

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: