Materi Atropologi Kelas XI “Pewarisan Nilai-Nilai Kultural Atau Proses Sosialisasi Dan Enkulturasi”

Hallo teman-teman…

pada postingan kali ini, penulis ingin mengajak kalian untuk belajar bersama mengenai pewarisan nilai-nilai kultural atau proses sosialisasi dan enkulturalisasi. jadi materi tersebut terdapat pada materi antropologi kelas XI, teman-teman juga dapat belajar dengan studi kasus yang telah penulis sediakan dengan meng klik link pada materi ini. selain itu, ada beberapa soal pengayaan yang dapat membantu menambah pemahaman serta pengetahuan teman-teman mengenai materi ini. semoga bermanfaat 🙂

Sebuah masyarakat memiliki sistem kebudayaan tertentu yang berbeda dengan sistem kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat lainnya. Di dalam suatu masyarakat terdapat individu dan kelompok masyarakat pendukung kebudayaan yang melestarikan kebudayaan masyarakat tersebut. Misalnya, sistem kebudayaan Batak memiliki suatu kompleks masyarakat yang menjaga dan memegang teguh nilai-nilai kebudayaan Batak. Di dalam sistem budaya Batak, sistem kekerabatan yang menganut prinsip marga tetap dipegang teguh di tengah-tengah kehidupan modern pada saat ini. Selanjutnya, masyarakat Batak  melestarikan nilai-nilai adat istiadat dan kebudayaannya denganmewariskannya kepada generasi muda disertai norma dan aturan yang boleh dan tidak boleh dilakukan seperti dalam adat upacara perkawinan yang masih tetap menjunjung tinggi adat Batak.

Dalam buku Encyclopaedia of Cultural Anthropology, E.B. Tylor, mendefinisikan konsep kebudayaan sebagai sebuah kompleks kesatuan yang termasuk di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan hal-hal lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Menurut Koentjaraningrat, konsep kebudayaan menurut Tylor merupakan konsep kebudayaan sapu bersih karena segala aspek kehidupan manusia tercakup di dalam konsep kebudayaan tersebut. Berdasarkan fungsinya, kebudayaan bisa diartikan sebagai seperangkat norma yang dijadikan pedoman hidup manusia atau acuan dalam berperilaku yang diperoleh manusia melalui sebuah proses belajar yang membutuhkan kurun waktu tertentu.

Berdasar konsep di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebudayaan membutuhkan adanya suatu proses belajar dalam kurun waktu tertentu agar dapat diterima dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, dalam proses belajar unsur-unsur kebudayaan tersebut terjadi pewarisan nilai-nilai budaya dan adat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Misalnya, orang tua yang mengajarkan nilai sopan santun pada anaknya. Proses pewarisan nilai budaya tersebut berlangsung secara turun-temurun.

Pendidikan yang diberikan oleh orang tua atau sesepuh masyarakat membuat seorang anak mengerti perilaku sopan santun. Selain itu,seorang anak akan diajari oleh orang tuanya untuk mengucapkan kata terima kasih ketika diberi hadiah oleh orang lain. Perilaku anak belajar untuk berperilaku sesuai nilai-nilai budaya dan adat istiadat merupakan proses pewarisan kebudayaan yang tidak disadari oleh individu yang melakukannya.

Konsep Pewarisan Budaya

Di dalam masyarakat kebudayaan berfungsi sebagai pedoman hidup yang mengatur tingkah laku individu dalammasyarakat. Oleh karena itu, di dalam wujud kebudayaan yang bersifat abstrak terdapat berbagai macam aturan norma sosial yang harus diterima oleh individu yang hidup dalam masyarakat. Selanjutnya, kebudayaan yang bersifat abstrak berbentuk norma dan nilai-nilai adat tersebut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses belajar kebudayaan.

Di dalam masyarakat unsur kebudayaan diwariskan secara turun-temurun yang membutuhkan waktu dalam proses pewarisannya. Dalam antropologi pewarisan nilai-nilai budaya diidentikkan dengan proses belajar karena manusia akan belajarmenerima unsur-unsur budaya yang lama dan belajar untuk menyeleksi unsur kebudayaan yang tepat bagi kehidupannya. Dengan demikian, pengetahuan pewarisan budaya adalah proses belajar kebudayaan yang berlangsung sepanjang kehidupan manusia.

Dalam masyarakat tradisional dan modern tidak terdapat perbedaan yang mendasar dalam proses pewarisan atau belajar kebudayaan karena setiap manusia akan mengalami proses belajar kebudayaannya sendiri yang diajarkan secara turun-temurun. Misalnya, anak-anak akan belajar bagaimana cara makan dengan benar, memegang sendok yang benar, berbicara dengan sopan, dan bergaul dengan orang lain dengan wajar.

Dalam masyarakat pedesaan peran keluarga sangat penting dan menjadi inti pembentukan perilaku individu. Ibu dan ayah adalah orang yang pertama kali mengajarkan kepada anaknya bagaimana cara bersalaman dan mencium tangan orang yang lebih tua dan bagaimana cara melakukan ritual keagamaan. Dalam masyarakat perkotaan kecenderungan tersebut semakin jarang terjadi karena kedua orang tua sibuk bekerja sehingga yang mengajarkan pada anak bersosialisasi dengan kehidupannya adalah pengasuh anak atau anggota keluarga yang lain. Proses pewarisan budaya antargenerasi tersebut dilakukan melalui proses sosialisasi dan enkulturasi dalamkeluarga dan masyarakat.

  1. Pengertian Sosialisasi

Menurut Koentjaraningrat proses sosialisasi adalah proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses sosialisasi seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan berbagai individu di sekelilingnya yang menduduki berbagai peranan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, individu mulai berhubungan dengan individu lain di sekitar lingkungan kehidupannya dan belajar bagaimana untuk bertindak atau berbudaya di dalam masyarakat. Di dalam proses sosialisasi seseorang akan belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan, dan melaksanakan tindakan sosial yang sesuai dengan pola perilaku masyarakatnya.

Dalam proses sosialisasi yang berlangsung sepanjang rentang hidup manusia sejak ia dilahirkan sampai akhir hayatnya, seseorang akan selalu belajar kebudayaan dan sistem sosial yang melingkupinya. Misalnya, seorang anak yang tinggal dalam masyarakat pertanian secara tidak langsung akan bersosialisasi dengan pola hidup dan pekerjaan orang tuanya sebagai petani sehingga akhirnya terbentuk pola pikir yang serupa dengan orang tuanya. Selanjutnya, sejak kecil anak-anak telah disosialisasikan dengan beberapa unsur kultural universal dalam masyarakat. Misalnya, proses pewarisan kebudayaan yang bersifat religius, seperti mengajak anak-anak salat di masjid, mengikuti upacara di Pura, mengikuti misa di gereja, mendaftarkan anak ke pesantren atau taman pendidikan Al-Qur’an (TPA) atau mengikutsertakan anak dalam sekolah minggu. Melalui aktivitas tersebut anak diajarkan untuk mengenal norma agama yang berfungsi sebagai pedoman atau acuan hidupnya. Proses sosialisasi tersebut lambat laun akan tertanam dalam diri individu yang berakibat pada pewarisan suatu kebudayaan tertentu yang berlangsung sepanjang hidup manusia.

Di dalam sistem budaya masyarakat Jawa terdapat berbagai contoh sosialisasi kebudayaan, seperti upacara perkawinan adat Jawa yang rumit dan kompleks, kebiasaan berziarah ke makam keluarga yang sudah meninggal, membawakan oleh-oleh bagi tetangga setelah pulang bepergian, dan mengadakan syukuran salah satu unsur proses pewarisan kebudayaan. Sebuah sistem kebudayaan bisa diwariskan kepada generasi berikutnya apabila dipraktikkan oleh masyarakat dan individu yang bersangkutan. Misalnya, tradisi selamatan dalam masyarakat Jawa. Menurut Clifford Geertz, tradisi selamatan dalam masyarakat Jawa sudah menjadi bagian dalam kehidupan mereka yang sulit untuk ditinggalkan. Artinya, kebudayaan selamatan sudah mengakar dan diwariskan secara turun-temurun dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di daerah pedesaan.

Proses sosialisasi berkaitan erat dengan enkulturasi atau proses pembudayaan. Biasanya proses sosialisasi dan enkulturasi dapat berlangsung secara bersamaan dalam diri seorang individu sehingga kepribadiannya terbentuk sesuai dengan kepribadian masyarakatnya. Proses sosialisasi dan enkulturasi berlangsung dari generasi tua pada generasi muda melalui tahapan tertentu. Misalnya, seorang anak mempelajari kehidupan dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian meluas ke tetangga, teman sebaya, sekolah, lingkungan kerja, hingga diperoleh suatu status dalam pergaulan hidup.

  1. Pengertian Enkulturasi

Menurut Koentjaraningrat, istilah yang tepat untuk menyebut proses enkulturasi dalam bahasa Indonesia adalah pembudayaan atau institutionalization. Proses enkulturasi adalah proses individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Secara tidak langsung seorang individu sudah mulai memperoleh pewarisan kebudayaan dalam kehidupannya karena menyesuaikan diri dan bersikap sesuai dengan tuntutan norma atau adat kebudayaan yang berlaku di masyarakatnya.

Menurut Koentjaraningrat sejak kecil proses enkulturasi sudah dimulai oleh warga masyarakat, dimulai di dalam lingkungan keluarganya dan teman-temannya bermain. Pada awalnya individu belajar meniru berbagai macam tindakan orang-orang di sekitarnya sehingga tindakannya menjadi suatu pola yang teratur dan norma yang mengatur tindakannya ditetapkan. Selain itu, berbagai norma yang ada dipelajari seorang individu dengan mendengarkan pembicaraan orang lain mengenai berbagai norma tersebut dalam lingkungan pergaulannya pada saat yang berbeda-beda. Misalnya, adat kebiasaan orang Indonesia yang menganjurkan bahwa apabila seseorang bepergian ke suatu tempat yang jauh, sekembalinya nanti diharapkan membawa oleh-oleh dan membagikannya kepada kerabat atau tetangga dekatnya. Dengan tindakan tersebut maka rasa aman telah tertanam pada diri seseorang karena ia mempunyai hubungan baik dengan orang-orang sekitarnya. Nilai solidaritas sosial yang merupakan motivasi tindakan membagikan oleh-oleh tersebut telah timbul ketika seseorang masih kecil dan diinternalisasi dalam kepribadiannya.

Norma diajarkan kepada individu dalam lingkungan keluarga, dalam lingkungan pergaulan di luar keluarga, dan diajarkan secara formal di sekolah. Di samping aturanaturan masyarakat dan negara yang diajarkan di sekolah melalui mata pelajaran seperti kewarganegaraan, aturan sopan santun dalam bergaul juga dapat diajarkan secara informal di sekolah. Dalam proses enkulturasi tersebut individu berusaha untuk mewariskan nilainilai budaya yang harus dipahami oleh orang lain. Proses pewarisan kebudayaan ini bersifat turun-temurun dari generasi tua ke generasi yang lebih muda.

Berikut ini merupakan link contoh kasus mengenai Pewarisan nilai-nilai kultural atau proses sosialisasi dan enkulturasi., diharapkan dengan adanya contoh kasus tersebut, dapat menambah wawasan dan pemahaman siswa didik mengenai materi Pewarisan nilai-nilai kultural atau proses sosialisasi dan enkulturasi diatas.

https://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=12&jd=Mempertahankan+Warisan+Budaya+Indonesia&dn=20141123160901

Berikut beberapa soal untuk menambah pengayaan materi siswa didik, sehingga diharapkan dengan adanya pengayaan ini siswa didik mampu benar-benar memahami materi mengenai Pewarisan nilai-nilai kultural atau proses sosialisasi dan enkulturasi diatas.

  1. Apa yang kamu pahami mengenai pewarisan budaya, setelah membaca materi di atas ?
  2. Bagaimana cara yang efektif dalam hal pewarisan budaya, agar budaya tetap lestari dan tidak punah ?
  3. Analisislah contoh kasus pada link di atas, demi menambah pemahaman kamu sebagai pembaca !

Sumber :

L, Siany., Atiek Catur B. (2009). Khazanah Antropologi 1: Untuk Kelas XI SMA dan MA, Jakarta: Depdiknas

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: