Viewers

website hit counter

ANTROPOLOGI POLITIK: REVIEW: RAJA DAN RAMA, NEGARA KLASIK DI JAWA MASA AWAL

1. Pendahuluan: Fakta
Sejarah penyebaran tentang Jawa banyak yang tidak teridentifikasi secara tepat. Informasi yang di dapat tentang Jawa didapat dari sejarah luar dan arkeologi. Inskripsi yang ada dibagi menjadi tiga keloompok. Pertama, dari abad ke-5 sampai ke-9 menggunakan bahasa Sansekerta. Kedua, abad ke-7 sampai ke-9 menggunakkan bahasa Melayu Kuno. Ketiga, abad ke-9 menggunakan bahasa Jawa Kuno.

Naskah-naskah berbahasa Jawa banyak muncul pada akhir abad ke-13 sampai dengan abad ke-15. Sebagian besar naskah-naskah yang ditulis berupa data pemindahan hak pajak oleh raja atau penguasa rendahan di wilayah tersebut (sima) dan hak-hak waris.
Abad ke-8 sampai dengan abad ke-19 sejarah Jawa dibagi ke dalam dua periode. Pertama, sampai tahun 928 masehi disebut periode Jawa Tengah karena ibukota berada di Jawa Tengah. Sedangkan Periode kedua, berlanglung mulai tahun 929 masehi di Jawa Timur. Pada masa ini berkembang pola organisasi dan juga banyak ditemukan dokumentasi yang baik..

2. Pemandangan Masa Awal di Jawa
Pertanian di Jawa pada masa ini mulai berkembang dengan baik. Budidaya beras dan palawija kering menjadi dasar pertanian di Jawa. Perkebunan dalam skala besar diperkenalkan di Jawa pada masa penjajahan. Keseluruhan yang dibanggakan terletak pada sawa dan ladang. hasil-hasil non beras, kecuali impor yang belum lama ini, sama seperti keadaan sekarang. Penyebaran penduduk masih tetap kentara pada zaman penjajahan. Tidak adanya pusat penduduk yang besar, selain dari kraton, sebagian mungkin di sebabkan kebijaksanaan yang disengaja pemerintah pusat agar tidak mendorong pertumbuhan pusat persaingan kekuasaan. walaupun kepadatan penduduk di daerah dataran rendah, negara Jawa tidak mengalami urbanisasi pada taraf apapun yang ada di tanah jawa. pada awal pertumbuhan semacam pusat di pantai yang memperoleh kedudukan terkemuka selama permulaan abad-abad dua ribu. Selama periode, penyebaran penduduk di daerah pedalaman tampaknya relatif tetap besar.

3. Desa
Wanua disebut juga dengan kata lain yaitu desa, secara epigrafis merupakan unit ekonomis dan politis terkecil yang dapat dilihat melalui dataran rendah di Jawa. wanua juga salah satu bangunan dasar negara pada akhir tahun seribuan pertama. menjelang akhir seribu tahun. menjelan akhir seribu masehi, struktur internal sosial dan ekonomi terbentuk pemukiman. selama seribu tahun yang memisahkan kerajaan-kerajaan yang awal dengan apa yag sudah di gambarkan. walaupun inskripsi mencatat berbagai pembelian awah atau tanah perumahan perorangan tunduk pada persetujuan paea pemimpin desa. kebiasaan untuk membayar para pejabat desa untuk memakai tanah desa milik orang lain, telah berakar sejak awal seribu tahun lalu. walaupun desa merupakan tingkat paling rendah alam masyarakat luas, yang bertingkat-tingkat, desa itu sendiri.
Selamatan menjadi upacara penting di desa. Pertunjukan wayang, persembahan kurban dan pemujaan terhadap roh leluhur disertakan dalam pelaksanaannya. Pemujaan dilakukan di tempat-tempat tertentu seperti Watu Kulumpang. Kasta-kasta yang terbentuk akibat dari proses pemujaan.

4. Negara: Kraton dan Watek
Watek: penemuan seorang kepala pada masa lampau zaman pra-negara dan dari negara-negara dalam bentuk awal. Penemuan tersebut kemudian diturunkan kepada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga membentuk pemerintahan baru. Pemimpin atau kepala watek disebut raka.
Raka memiliki kuasa untuk menarik pajak tapi tidak boleh merubah hak milik. Keuangan negara tergantung dari gabungan perpajakan langsung dan tagihan ataskerja paksa di daerah-daerah terdekat dengan kraton. Pola organisasi politik di Jawa mempunyai kecenderungan yang kuat untuk menjauhkan diri dari pusat dan sifatnya memecah. Kecenderungan desentralisasi yang dimasukan ke dalam negara di Jawa, dihidupkan terus oleh susunan ekonominya.
Ikatan perkawinan dan kekeluargaan dipakai untuk memperkuat ikatan kesetiaan, akan tetapi dalam masyarakat dimana warisan mempunyai sifat bilateral, poligami dilaksanakan dan peraturan untuk penggantian menurut pilihan terbuka untuk dipersoalkan.

5. Ikatan Vertikal: Kedudukan dan Hakekat Kekuasaan
Keringanan pajak tidak lagi diberikan kepada pemegang sima sebesar yang pernah terdapat di Jawa Tengah. Tetapi dengan mundurnya pendapatan keuangan hal itu diganti dengan daftar hak-hak istimewayang makin lama makin panjang.
Jarak sosial antara seremonial dan desa semakin kentara jelas. Cara-cara yang dipakai untuk mengikat mengikat raka kepada raja, yang pertama sedikit melibihi kerumitan ikatan sebagian besar raja.
Tradisi keagamaan yang dimasukkan dari luar demi martabat kebudayaan dan spiritual tampaknya menjadi ketergantungan. Prasarana keagamaan negara-negara di jawa jauh berkurang dalam sifat atau penampilan.

Berdasarkan kajian yang ditulis oleh Jan Wisseman Christie yang berjudul Negara Klasik di Jawa Masa Awal saya sependapat dengan apa yang dikemukakan.
Masyarakat Jawa pada awalnya sangat menjuunjung tinggi sosok seorang raja. Bahkan ucapan raja dianggap sebagai titah Tuhan. Batas antara raja dan rakyat kecil sangat terlihat. Raja memiliki kekuasaan yang tak terbatas tanpa ada teguran dari siapapun.
Seiring perkembangan zaman, kekuasan raja tidak lagi sebesar dulu. pengaruh feodalisme terhadap kekuasaan raja sangatlah besar.

Leave a Reply

You can use these HTML tags

<a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>

  

  

  

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: