1. Pendekatan Formalis

Antropologi ekonomi lahir pada awal abad ke-20 berkat dilakukannya berbagai penelitian etnografi yang mengfokuskan pada aspek ekonomi masyarakat. Para ahli ekonomi menaruh perhatian pada penelitian etnografi yang fokus pada spek ekonomi. Dan para ahli entropologi berusaha mengembangkan pendekatan penelitian dengan menggunakan teori, konsep dan hukum-hukum ekonomi untuk menjelaskan gejala ekonomi dalam masyarakat promitif atau peasent. Pendekatan tersebut kemudian dikenal dengan pendekatan formalis.

Secara konvensional ilmu ekonomi mengasumsikan bahwa tindakan manusia bersifat rasional dalam melakukan aktivitas ekonomi tersebut. Cook melihat ada enam ciri umum yang membedakan pendekatan formalis dan substantif. Pertama, pendekatan ini terkesan dengan kesuksesan ilmu ekonomi neo-klasik dalam merumuskan hukum-hukum ekonomi untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku ekonomi masyarakat Eropa dan luar Eropa pada abad 19 dan 20 yang menggunakan sistem ekonomi pasar.

Hukum-hukum ekonomi menarik perhatian ahli antropologi yang menganut pendekatan formalis, yaitu (1) dalil mengenai gejala ekonomi sebagai fungsi dari kelangkaan sumber daya; (2) tujuan ekonomi bersifat tidak terbatas; (3) ekonomi merupakan suatu pilihan yang ekonomis dari sejumlah sumber daya yang terbatas untuk memenuhi tujuan yang tidak terbatas; (4) berlakunya hukum permintaan dan penawaran dalam proses alokasi barang dan jasa di pasar; (5) berlakunya hukum law of diminishing return dalam proses produksi.
Kedua, pendekatan formal menempatkan antropologi ekonomi sebagai studi tentang hubungan-hubungan sosial tentang proses pemanfaatan sumber daya ekonomi. Pendekatan ini menentukan antropologi ekonomi sebagai usaha untuk mendiskripsikan dan menganalisis cara-cara proses pemanfaatan sumber daya ekonomi tersebut dalam berbagai seting kultural.

Ketiga, tujuan pendekatan formal ini adalah umtuk mencapai pemahaman yang akurat tentang keragaman dan kompleksitas tingkah laku sosial yang diobservasi. Pendekatan ini cenderung mengkonstruksi model-model yang bersifat memprediksi tingkah laku yang akan terjadi dalam berbagai seting kultural. Keempat, para penganut aliran ini pada dasarnya bersifat historis. Peneliti tidak akan memperoleh pemahaman yang mendalam tentang proses perkembangan sistem ekonomi. Pemahaman yang mendalam tersebut akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang kurang kuat untuk meramalkan fenomena yang akan terjadi.

Kelima, mempunyai kecenderungan uang kuat dalam menerapkan prinsip-prinsip abstraksi umum (logika deduktif) untuk menganalisis tingkah laku ekonomi pada berbagai setting kulturan yang berbeda. Keenam, aliran ini melihat gejala ekonomi pada tingkah laku individu (personal) dan motif-motif yang mndorong tingkah laku tersebut, sehingga perekonomian dilihat sebagai kumpulan dari pelaku-pelaku tingkah laku dan motif-motifnya.
1. Pandangan umum tentang ekonomi primitif dan peasant

Kesimpulan umum sistem ekonomi masyarakat primitif dan peasant dari pendekatan formalis, pertama, sistem ekonomi masyarakat tersebut mempunyai banyak kesamaan prinsip dasar dengan sistem ekonomi masyarakat Eropa (modern). Perbedaan tingkat terjadi karena tingkat kemajuan peradaban orang Eropa, khususnya bidng ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kesamaan dasar antara sistem ekonomi Eropa dengan sistem ekonomi sederhana dapat dilihat dari: (1) mekanisme ekonomi; (2) prinsip ekonomi. Karena sistem ekonomi masyarakat sederhana hanya dilihat dari pendekatan tingkat, bukan jenis maka penganut pendekatan formalis menyarankan perlunya mengaplikasikan teori ekonomi formal untuk mengkaji fenomena ekonomi masyarakat sederhana.

    1. Berbagai sudut pandangan penganut pendekatan formalis</li
      Firth menyarankan kepada ahli antropologi untuk menerapkan konsep-konsep ilmu ekonomi untuk mengkaji sistem ekonomi sederhana dan mempelajari tingkah laku individu dalam situasi dimana ia memainkan peran sosial dan berinterakasi dengan sesana kelompok dalam masyarakat. Herskovits menyimpulkan bahwa semua sistem ekonomi mengenal prinsip ekonomiyang sama meskipun wujusnya berbeda-beda, dan prinsip tersebutdalam masyarakat sederhana tidak sekuat dibandingkan dengan masyarakat modern. Porpisil mengatakan bahwa sistem ekonomi orang Kapauku sama dengan sistem ekonomi orang Barat. Wiraswastawan memiliki ciri yang berorientasi untuk melipatgandakan kekeyaan dan motif ini terdapat pada masyarakat Eropa maupun Kapauku yang tergantung dari kemampuan menjalin hubungan jaringan sosial. Manning Nash menerima bahwa tingkah laku memilih dan tingkah laku mencari keuntungan bersifat uniniversal sehingga ia dapat menerima bahwa teori ekonomi neo-klasik dapat diterapkan pada setiap masyarakat. Ia menyimpulkan bahwa proses pengambilan keputusan untuk memilih dalam masyarakat sederhana sangat dikondisikan oleh struktur sosial. Analisis tentang tingkah laku ekonomi dapat dikerjakan dengan cara menyimak serangkaian organisasi sosial dan norma-norma yang menjebatani pilihan-pilihan ekonomi. Ia menekankan bahwa terdapat universalitas gejala ekonomi tetapi dalam mengaji gejala ekonomi, antropologi jengan meniru ahli ekonomi yang langsung mereduksi fakta-fakta empiris ke dalam konsep-konsep ilmu ekonomi formal.

      Pilihan ekonomi yang rasional dalam masyarakat petani mengikuti aturan umum pemaksimalan yang sama dengan aktivitas ekonomi dimana saja dan kapan saja tetapu dilain pihak menekankan bahwa studi aturan ekonomi-ekonomi petani tidak perlu dikurung dalam bahasa abstrak analisis ekonomi formal tidak harus kehilangan keuntungan dalam skala kecil dengan mengikuti trend untuk menghargai konsrtuksi pada level model kerangka, universal, dalam ruang dan waktu, untuk keuntungan manipulasi yang luwes, mudah dan meragukan.

      Gagasan Nash didukung oleh Cook dan menyatakan bahwa antropologi ekonomi harus mencoba untuk mengkontekstualisasikan fakta-fakta ekonomi dan aktivitas-aktivitas ekonomi terhadap aspek-aspek lain dari sistem sosio-kultural. Berdasarkan hasil penelitian di Ocaxaca, Cook melihat bahwa harga merupakan variabel penting yang menentukan tingkat produksi batu penggiling.

      Epstein memperlihatkan bahwa keberadaan pendekatan formalis yang kuat untuk mengkaji masalah-masalah dalam perekonomian primitif, karena pendekatan ini mampu menunjukkan metode analisis ekonomi sesuai dengan data di lapangan. Ia menawarkan bagaimana data tentang aktivitas produksi dikumpulkan dan dianalisis dengan memakai data alikasi waktu untuk menguji konsep ekonomi dalam perekonomian petani.

      Alice Dawey mengungkapkan bahwa pasar di Jawa dalam masyarakat agraris merupakan komunitas pedagang yang mempunyai karakteristik kompetitif. Pasar sebagai jaringan sosial dimana anggota-anggotanya membentuk ikatan-ikatan berasas guna dalam seting kulturas setempat. Perkembangan pendekatan formalis ditandai oleh munculnya teknik-teknik pengumpulan data kualitatis sehingga memungkinkan peneliti bisa menarik kesimpulan bahwa teori ekonomi klasik bisa dipakai untuk menjalaskan fenomena ekonomi dalam masyarakat sederhana. Barlett berdasarkan penelitian di India mengungkapkan bahwa petani India mempunyai sistem kalkulasi input-output yang reliabilitasnya relatif sebanding dengan kalkulasi yang dipakai peneliti.

      1. J. Herskovits mengkaji masalah akulturasi dan masalah-masalah perubahan kebudayaan pada umumnya. A. Richards meneliti suku bangsa Bemba di Zimbabwe, Afrika Selatan. Penelitian itu mengenai produksi bercocok tanam dalam berbagai musim, pemasaran hasil pertanian, ekonomi, rumah tangga, pemakaian tanah, upacara-upacara penghormatan nenek moyang, yang diuraikan dalam sistem adat istiadat perkawinan dan warisan.
      2. Pospisil mengkaji sistem mata pencaharian suku Kapauku di Irian Jaya, yaitu: berladang; beternak babi; menangkap ikan, berburu dan meramu; dan pertukangan, teknologi produksi, organisasi tenaga kerja, distribusi dan konsumsi. Suku Kapauku mempunyai uang tradisional berupa kerang yang dimanipulasi dalam perkumpulan simpan pinjam (tapa) untuk menaikkan gengsi sosial. Hal ini menunjukkan bahwa jiwa dagang dan keberanian untuk mengambil resiko juga dalam mentalitas orang Kapauku yang tidak hanya menyangkut uang dan benda-benda simbolik seperti kerang-kerang dan kalung yang terbuat dari kerang saja, tetapi menyangkut komoditi yang lebih konkret yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu babi.3. Kritik terhadap pendekatan formalis

      Kelemahan pendekatan formalis terletak pada pengujian di lapangan yang tidak memberi jawaban mengapa banyak kegagalan pembangunan ekonomi di negara bekembang dan terjadinya penyimpangan arah pengembangan ekonomi. Ia mengabaikan dimensi sejarah perkembangan ekonomi.

      https://sosiologie.blogspot.com/2009/11/antro-ekonomi.html

Annisa Medika MaulianaAntropologiPendekatan Formalis Antropologi ekonomi lahir pada awal abad ke-20 berkat dilakukannya berbagai penelitian etnografi yang mengfokuskan pada aspek ekonomi masyarakat. Para ahli ekonomi menaruh perhatian pada penelitian etnografi yang fokus pada spek ekonomi. Dan para ahli entropologi berusaha mengembangkan pendekatan penelitian dengan menggunakan teori, konsep dan hukum-hukum ekonomi untuk menjelaskan...Just a little library