Masih Menganggap Remeh Ibu Rumah Tangga ? Think Again !

rumah-tanggaKita pasti sudah banyak mendengar jika anak yang mempunyai ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ditanaya apa pekerjaan ibunya, pasti akan dijawab bahwa ibunya tidak bekerja hanya dirumah sebagai ibu rumah tangga. Sebagian besar masyarakat yang belum memahami betul apa itu gender pasti berpikiran sama dengan anak yang ditanya tersebut. Orang cenderung menganggap bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan merupakan sebuah profesi, seorang perempuan yang memilih menjadi seorang ibu rumah tangga sama dengan pengangguran karena dengan menjadi ibu rumah tangga seorang perempuan tidak menghasilkan apa-apa. Masyarakat masih dengan pemahaman mereka bahwa sebuah profesi diakui jika bersifat produktif atau menghasilkan sesuatu atau penghasilan misalnya. Hal ini yang menyebabkan pada masanya pendidikan dianggap kurang penting bagi perempuan karena pada dasarnya perempuan setelah enikah akan menjadi ibu rumah tangga sehingga ilmu yang diperolehnya tersebut tidak dapat dipakai untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang produktif, sehingga laki-laki mendapat posisi yang istimewa karena merekalah yang memiliki tanggung jawab untuk keluarganya kelak. Sehingga pendidikan bagi laki-laki lebih diprioritaskan untuk medapatkan pekerjaan di sektor publik yang produktif.

Orang sering meremehkan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga, dengan menganggap bahwa seorang ibu rumah tangga mempunyai banyak waktu luang dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tidak begitu berat dibandingkan dengan laki-laki. Akan tetapi apakah kita pernah berpikir bahwa, seorang ibu rumah tangga harus melakukan semua pekerjaan tanpa dibayar. Seorang ibu rumah tangga harus bisa menjadi seorang tukang masak, guru, manajer keuangan, baby sitter, cleaning service, layanan binatu, dokter, tukang kebun dan lain-lain. Semua pekerjaan diatas biasanya dilakukan oleh seorang tenaga kerja profesional yang dibayar dengan harga mahal, akan tetapi seorang ibu rumah tangga melakukan semua pekerjaan diatas dengan cuma-Cuma. Seorang laki-laki dengan penghasilan tinggi sekalipun tidak mampu membayar semua tenaga profesional dibidang yang dikerjakan oleh serang ibu rumah tangga, jika seorang perempuan menolak untuk melakukan semua pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Oleh karena itu seorang perempuan harus juga memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yang setara dengan laki-laki, sehingga ketika seorang perempuan memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga, maka ia akan menjadi seorang ibu rumah tangga yang cerdas, karena begitu banyak aspek yang harus diambil alih oleh mereka. Walaupun dewasa ini sudah banyak masyarakat yang sudah menyadari pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan yang ditandai dengan banyaknya perempuan yang bersekolah, akan tetapi anggapan bahwa perempuan tidak perlu bersekolah tinggi karena jika sudah menikah akan menjadi ibu rumah tangga masih tetap kita dengar di masyarakat di sekitar lingkungan kita. Hal ini sama saja dengan mengatakan bahwa seorang perempuan yang menjadi ibu rumah tangga tidak perlu memiliki riwayat pendidikan yang tinggi. Hal ini sama saja dengan merendahkan profesi sebagai ibu rumah tangga yang sebenarnya sangat berat dan mulia. Maka sekarang perempuan banyak yang mengubah paradikma mereka, sehingga banyak perempuan yang berpendidikan tinggi yang memutuskan untuk tidak menjadi ibu rumah tangga melainkan menjadi wanita karier yang bekerja di ranah publik seperti laki-laki agar mereka diakui keberadaannya dalam masyarakat. Hal ini sebenarnya sudah menjadi pertanda positif bagi perempuan-perempuan lainnya agar berpikir out of the box. Akan tetapi perempuan-perempuan yang memeilih untuk menjadi wanita karier biasanya akan menyerahkan pekerjaan rumah mereka kepada tenaga-tenaga profesional di bidangnya seperti membayar baby sitter untuk mengasuh anak mereka, membayar pembantu untuk membersihkan rumah, mencuci, dan memasak, menyewa tukang kebun untuk membersihkan taman, atau menyewa guru privat untuk mengajar. Fenomena ini kemudian akan mengakibatkan beberapa dampak negatif lainnya yang saling berkaitan seperti pendidikan awal seorang anak yang seharusnya diambil alih oleh orang tua akan terabaikan karena kesibukan kedua orang tua untuk bekerja, tingkat perceraian akan meningkat, tidak terpenuhinya fungsi-fungsi keluarga sebagaimana mestinya. Ada sebuah fenomena aneh yang berkaitan dengan akibat perempuan memilih menjadi wanita karier yang dapat kita tonton melalui YouTube. Video tersebut berisi interview antara beberapa ibu yang menjadi wanita karier dan beberapa asisten rumah tangga yang mengurus rumah beserta anak mereka ketika mereka sedang bekerja di luar. Beberapa pertanyaan diajukan yang berkaitan dengan hal-hal yang dilakukan oleh sang anak, nama teman mereka, makanan, dan pelajaran kesukaan mereka di sekolah, atau nama teman mereka. Dengan sangat mengejutkan dari semua ibu-ibu yang diwawancarai tidak ada satupun yang dapat menjawab dengan benar. Berbeda dengan asisten rumah tangga mereka yang menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dengan tepat.

Fenomena tersebut membuktikan bahwa perempuan berada dalam posisi yang sulit dan serba salah. Di satu sisi mereka harus berusaha menyamakan hak mereka untuk tampil dan membuktikan eksistensi diri mereka di ranah publik di sisi lain usaha mereka tersebut akhirnya mengakibatkan adanya pihak-pihak yang diabaikan hak dan perkembangannya. Demi mempertahankan prinsipnya untuk menyamakan kedudukan mereka diranah publik dengan laki-laki, perempuan harus menanggung beban kerja ganda. Akhirnya walaupun seorang perempuan dengan begitu hebatnya menjadi ibu rumah tangga dan seorang wanita karier, akan tetapi dalam masyarakat, apa yang dilakukan oleh perempuan tersebut merupakan salah satu usaha untuk membantu suami (laki-laki) bukan dipandang sebagai yang utama. Hal inilah yang membuat perempuan selalu berada diposisi kedua dalam masyarakat. Akan tetapi apakah setelah itu jika perempuan berada di posisi seperti memakan buah simalakama, perempuan tidak bisa mempunyai hak untuk diperlakukan seperti laki-laki? Tentu saja bisa, caranya dengan banga menjadi Ibu Rumah Tangga karena pilihan sendiri. Kebanyakan dari perempuan sekarang ini berusaha menjadi wanita karier karena dipandang lebih tinggi derajatnya dibanding ibu rumah tangga biasa. Menjadi Ibu Rumah tangga sebaiknya terjadi karena perempuan memang ingin menjadi ibu rumah tangga berdasarkan pilihan dari dirinya sendiri, bukan menjadi ibu rumah tangga karena sudah tidak mempunyai pilihan lain.

Menjadi perempuan adalah hal yang sulit, selama berabad-abad dengan alasan doktrin agama kaum perempuan tidak boleh memimpin apapun, tidak dipercaya untuk memberi kesaksian bahkan tidak menerima warisan. Hal inilah yang membuat pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dianggap rendah dan menjadi asisten rumah tangga (perempuan) akan dibayar lebih rendah dari pada pekerjaan laki-laki yang walaupun kelihatannya pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang asisten rumah tangga lebih berat dari pada yang lain.

Menjadi Ibu Rumah Tangga yang cerdas dapat menjadi pilihan bagi kaum perempuan, dengan memanfaatkan pendidikaan yang baik, kaum perempuan dapat membela diri, jika suatu ketika terjadi hal yang tidak diinginkan terjad dalam kehidupan berumah tangga. Banyak Ibu Rumah Tangga yang kurang paham karena tidak mempunya riwayat pendidikan yang baik, hal ini membuat menjadi ibu rumah tangga adalah salah satu jalan akhir untuk bertahan hidup dengan menjadi tergantung pada laki-laki. Contoh kasus yang banyak terjadi dalam masyarakat di sekitar lingkungan kita, terjadinya kekerasan dalam rumah tangga hingga berujung pada kematian. Banyak dari kaum perempuan yang mengalami kekerasan tidak dapat melakukan apa-apa karena hidupnya sudah bergantung pada laki-laki (suami) baik dari segi ekonomi maupun dari segi psikologisnya.

Sudah banyak perempuan yang menyadari akan persamaan haknya dengan laki-laki di mata masyarakt, akan tetapi hal tersebut tidak membawa perubahan yang signifikan karena masih banyak ketidak adilan dalam prespektif gender yang terjadi. Contoh yang terjadi Indonesia, masyarakat merayakan tanggal 21 April sebagai hari para perempuan karena perjuangan Kartini dalam menyamakan hak perempuan dalam pendidikan. Akan tetapi yang disorot saat ini adalah perjuangan perempuan untuk menjadi seperti laki-laki bukan menyerukan persamaan hak agar diperlakukan sama dalam masyarakat sesuai dengan jenis kelaminnya. Akan tetapi yang disorot pada hari Kartini adalah perempuan-perempuan yang bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki seperti sopir taksi, pilot, masinis dan pekerjaan-pekerjan yang lain biasanya dilakukan oleh laki-laki. Padahal ada banyak hal yang lebih mendasar yang sebenarnya harus diperjuangkan oleh semua pihak terutama perempuan untuk diperlakukan sama. Contoh persamaan gaji buruh antara laki-laki dan perempuan di bagian manapun sesuai dengan tingkat kesulitannya. Masyarakat juga harus menerima jika perempuan yang menjadi pencari nafkah utama, dan laki-laki bekerja di ranah domestik.

Perjuangan perempuan memang sulit karena harus berhadapan dengan doktrin agama yang jelas-jelas menyebut laki-laki adalah pemimpin sehingga mau tidak mau perepmpuan tidak bisa untuk tidak menolak menjadi nomor dua walaupun ada penekanan lagi bahwa semua sama derajatnya di hadapan pencipta. Akan tetapi agama merupakan bagian dari kebudayaan yang bersifat fleksibel sehingga harus mengikuti perkembangan kebudayaan yang ada tanpa harus menghilangkan unsur utamanya. Hal ini dilakukan agar setiap manusia yang sama derajatnya diperlakukan sama dalam masyarakat

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fakih, Mansour. 1996. Analisi Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Budiman, Arif. 1985. Pembagian Kerja Secara Seksual: Sebuah Pembahasan Sosiologi tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat. Jakarta : Gramedia

https://www.youtube.com/watch?v=l3ujsBvH_kU (Moms vs maids)

2 comments

  1. keren kak, saya jadi ingat Ibu di rumah 🙂

  2. Hidup perempuan Indonesia :iloveindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: