Ardhi Prabowo
Catatan Kegiatan dan Aktifitas Saya di dunia pendidikan, kemahasiswaan, jurnal ilmiah, pelatihan, dan kegiatan profesional lainnya
Wali Paidi Seri #1. Rokok dan Kopi

Mbah-mbah saya dulu saat mengajarkan agama sering menggunakan istilah-istilah yang mudah dicerna. Karena hidup di desa, nama Paidi menjadi hal yang sangat kita, pada waktu itu. Bandingkan dengan nama Maulana Makdum Ibrahim, yang untuk ukuran orang jawa, tidak mudah menyebutkan nama tersebut. Jadilah nama Wali Paidi menjadi tokoh utama dalam serial Fiksi Wali paidi versi ngaji di RT kami. Serial yang ada kalanya mengajak, mengejek, dan memberi makna dalam kehidupan kami. Ini adalah seri pertamanya.


Setiap tanggal 10 arofah ada perkumpulan 40 wali diatas gunung di daerah Makkah. 40 wali ini tersebar ke seluruh pelosok dunia, dan setiap tahun mereka berkumpul di atas bukit di daerah makkah ini (maaf tempat dirahasiakan) yang datang ada yangg terbang, ada yang naik sajadah seperti aladin, ada yang muncul dari bumi, ada yg naik burung, ada yg cliiing … tahu-tahu sudah di tempat.

Acara tahunan ini (semacam reuni) dipimpin lansung oleh king of the king Sulthonul Aulia rajanya para wali yang setiap masa hanya satu orang di JAGAD SELURUH ALAM SEMESTA ini. Di atas bukit mulai terdengar dentuman-dentuman lantunan dzikir yang terpancar dari hati mereka, di atas bukit para malaikat berwujud awan ikut menyemarakkan acara reuni tahunan ini dengan hembusan angin yang sepoi-sepoi berlantunkan takbir, tahmid dan tahlil

Tampak di kejauhan di bawah bukit ada orang yang tidak terlalu tua tampak tertatih-tatih dan snagat kesulitan mencoba menaiki bukit. Berbeda dengan wali-wali yang datang sebelumnya, seorang tua ini tampak sangat kesulitan menaiki bukit dengan tongkatnya. Dia berusaha melewati bebatuan yang terjal dan berliku, kadang dia berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya, lalu melanjutkan menaiki bukit lagi. Setelah sampai dipuncak tampak jelaslah orang ini, gemuruh nafasnya masih tampak tersengal-sengal kecapekan. Pakaiannya biasa. Jubah putih yang dikenakan sudah agak kecoklatan, kotor. Walaupun kelelahan wajahnya selalu tersenyum, dan dari wajahnya bisa dikatakan orang ini tidak mudah meremehkan orang lain, tawadu dan sopan.

Para wali menghentikan aktifitasnya setelah melihat kedatangan orang tua ini, suasana tiba-tiba hening, satu persatu para wali menyalami orang ini dg penuh hormat dan takdzim.

“Ahlan wa sahlan ya habibullah ya Sulthanul Aulia…”, ucap mereka.

Eh ternyata orang yang tampak biasa sekali ini adalah rajanya para wali. Keramatnya dan kesaktiannya seakan tidak ada sama sekali….

“Tolong panggilkan Paidi arek indonesia … suruh kesini…”

ucap sang Sultonul Aulia kepada para wali. Disela-sela kerumunan para wali muncullah seorang pemuda dengan jas layaknya tentara dan peci hitam yang agak tinggi. Dari wajahnya terlihat kalo Paidi ini pemuda yang kocak, dengan wajah cengar-cengir pemuda ini mendekati sang Sultan Aulia dan mencium tangannya , setelah wali paidi ini menghadap. Sang Sulthon ini berkata kepadanya,

“Di… Paidi sini … Aku minta rokoknya dan tolong sekalian masak air buatkan kopi…”

hehehe… Ternyata wali yg kemana2 bawa rokok dan kopi hanya wali dari indonesia..

Comments are closed.