Ardhi Prabowo
Catatan Kegiatan dan Aktifitas Saya di dunia pendidikan, kemahasiswaan, jurnal ilmiah, pelatihan, dan kegiatan profesional lainnya
Fathonah, Sifat Rasulullah yang Diperlukan saat ini
Categories: Ngaji

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Pertama-tama, Marilah kita panjatkan puja-puji dan syukur kehadlirat Allah SWT karena dengan qudrat dan iradat-Nya kita semua dapat berkumpul di masjid yang penuh berkah ini, dalam rangka menjalankan salah satu kewajiban kita sebagai umat Islam yakni ibadah shalat Jumat berjamaah. Semoga kita semua senantiasa mendapatkan ridho dan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT. Shalawat dan salam selalu kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia sampai hari kiamat nanti.

Pada kesempatan kali ini, khatib berwasiat khususnya untuk diri khatib sendiri dan umumnya kepada jamaah sekalian. Marilah kita tingkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT, takwa dalam arti takwa yang sebenar-benarnya, yakni menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

3 hari lagi, berabad yang lampau, lahirlah di dunia ini manusia yang teramat sangat mulia, kekasih Alloh SWT, Rosululloh Muhammad ﷺ. Nabi Muhammad SAW lahir tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah atau 20 April 571 Masehi. Dinamakan tahun Gajah karena pada tahun itu kota Mekkah diserang pasukan tentara bergajah yang kuat dibawah pimpinan Abrahah al Ashram, gubernur Yaman dari kerajaan Nasrani Abesina (Habasyah atau Ethiopia) yang bermaksud menghancurkan Ka’bah.

Nabi Muhammad ﷺ merupakan putera pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Ayah Nabi Muhammad SAW Abdullah ialah putera pasangan Abdul Muthalib bin Hasyim dan Fatimah binti ‘Amr. Abdullah adalah saudara kandung Abu Thalib dan Az-Zubair.

Sebelum kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, Abdul Muthalib pernah bermimpi bahwa cucunya (Nabi Muhammad SAW) kelak akan menjadi orang besar yang mempunyai banyak pengikut. Sedangkan ketika mengandung Nabi Muhammad SAW, Aminah Binti Wahab tidak merasakan dirinya kelelahan seperti yang biasa dialami oleh kebanyakan perempuan hamil; sampai datang seorang malaikat yang berkata: “sesungguhnya engkau telah mengandung pemimpin dan Nabi umat ini”. Kemudian malaikat itu datang lagi dan berkata: “katakanlah wahai Aminah: ‘Aku memohon perlindungan kepada Allah yang Maha Esa untuk anak ini dari kejahatan semua yang memiliki rasa hasad.’ Lalu Aminah diperintahkan untuk memberi nama anak yang akan dilahirkannya itu Ahmad.”
Dari garis Bapak dan Ibu, Nabi Muhammad SAW adalah bangsawan Arab. Sudah menjadi kebiasaan mereka menyusukan dan menitipkan bayi kepada wanita badiyah (dusun di padang pasir) aagar mendapat udara bersih, bebas dari penyakit kota dan fasih berbahasa yang murni. Setelah beberapa pekan Nabi Muhammad SAW disusui oleh Tsuwaibah, budak Abu Lahab, beliau dititipkan kepada Halimah binti Abu Dzu’aib, isteri dari Harits bin Abdul ‘Uzza bin Rifa’ah dari Bani Sa’ad bin Bakar, kabilah Hawazin. Saudara-saudara sesusun beliau ialah Abdullah, Unaisah dan Khidamah. Kesemuanya dari Bani Al-Harits, oleh karena itu Nabi Muhammad SAW menolak ketika hendak diinikahkan dengan Khidamah. Di tempat yang tidak jauh dari kota Mekkah Nabi Muhammad SAW diasuh dan dibesarkan oleh Halimah sampai beliau berusia lima tahun.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Nabi Muhammad SAW merupakan seorang yang amat bersopan dalam bertutur kata, jujur, tidak pernah berdusta serta luhur budi pekertinya. Beliau mempunyai perilaku dan akhlak yang sangat mulia terhadap sesama manusia, khususnya terhadap umatnya tanpa membezakan atau memandang seseorang dari status sosial, warna kulit, suku bangsa atau golongan. Beliau selalu berbuat baik kepada siapa saja bahkan kepada orang jahat atau orang yang tidak baik kepadanya.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS. Al-Anbiya 107)
Sebagai insan yang mulia, rahmat bagi semesta alam, tentunya ada yang dapat kita teladani dari sifat-sifat Rasul. Ada 4 sifat rasul yang dapat kita teladani, yaitu:

  1. Siddiq, artinya benar. Pada diri Rasulullah SAW, bukan hanya perkataannya yang benar, malah perbuatannya juga benar, yakni sejalan dengan ucapannya. Jadi mustahil bagi Rasulullah SAW itu bersifat pembohong, penipu dan sebagainya.
    “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS An-Najm: 4~5).
  2. Amanah. Amanah artinya benar-benar boleh dipercayai. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, nescaya orang percaya bahawa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Oleh kerana itulah penduduk Makkah member gelaran kepada Nabi Muhammad SAW dengan gelaran ‘Al-Amin’ yang bermaksud ‘terpercaya’, jauh sebelum beliau diangkat jadi seorang Rasul. Apa pun yang beliau ucapkan, dipercayai dan diyakini penduduk Makkah kerana beliau terkenal sebagai seorang yang tidak pernah berdusta. “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS Al-A’raaf: 68)
  3. TABLIGH. Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah SWT yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Baginda. Tidak ada yang disembunyikan walaupun ianya menyinggung Baginda sendiri. “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, kerana telah datang seorang buta kepadanya.” (QS ‘Abasa: 1~2)
  4. FATHONAH. Fathonah artinya bijaksana. Dalam menyampaikan ayat Al-Quran dan kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadis memerlukan kebijaksanaan yang luar biasa. Rosul harus mampu menjelaskan firman-firman Allah SWT kepada kaumnya sehingga mereka mau memeluk Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya. Apatah lagi Baginda mampu mengatur umatnya sehingga berjaya mentransformasikan bangsa Arab jahiliah yang asalnya bodoh, kasar/bengis, berpecah-belah serta sentiasa berperang antara suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan. Itu semua memerlukan kebijaksanaan yang luar biasa.

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Sifat Fathonah itulah yang menjadi senjata kita untuk berdakwah. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rosul menjenguk orang yang meludahi Beliau setiap kali beliau lewat di depan rumahnya. Dan ketika Beliau lewat, tidak diludahi, maka Beliau tahu bahwa si fulan sedang sakit, dan dijenguklah. Seketika fulan mengucapkan syahadat.

Riwayat yang sama ketika saat awal perjuangan Islam, Rasul berdoa, “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai; Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Umar dan Abu Jahal, pada saat itu adalah dua orang yang terkuat dan pemberani di kalangan kafir Quraisy. Rasul bukan tidak berani pada Umar dan Abu Jahal, namun Rasul lebih memilih untuk memuliakan Islam dengan berdoa kepada Alloh, berharap agar Umar atau Abu Jahal diberi hidayah oleh Alloh. Alloh mengabulkan dengan memberi Umar bin Khattab hidayah.

Sifat bijaksana itulah yang menjadi ciri umat Islam. Bijaksana dalam menyebarkan informasi, bijaksana dalam menanggapi informasi, serta bijaksana dalam bertindak. Umat Islam dituntut untuk menjadi insan yang menegakkan kebenaran dan adil. Alloh SWT dalam QS surat al Maidah ayat 8 menegaskan: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Termasuk diantaranya kita tidak boleh takut pada kafir, karena sesungguhnya merekalah yang tengah berputus asa untuk mengalahkan(agama)mu. (QS. Al Maidah ayat 3).

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah,

Sebagai penutup, marilah kita senantiasa meneladani sifat Rosulullah ﷺ dengan sebaik-baiknya mengimplementasikan 4 sifat Rosul, yaitu siddiq, amanah, tabligh, fathonah dalam kehidupan keluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semoga Alloh menjadikan Indonesia menjadi negeri yang aman, tentram, menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafûr.

KHOTBAH KEDUA

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Tubuh kita terdiri dari berbagai organ yang masing-masing memiliki peran sendiri. Untuk kebanyakan orang, kaki tentunya sulit untuk menulis atau menggambar, demikian pula berjalan tidak mudah jika dengan kedua tangan dibawah. Semuanya memiliki peran.

Demikian pula dengan Islam yang ada di Indonesia.

FPI seperti sebatang baja yang terus menerus ditempa dengan fitnah, dengan penjara, dengan pembunuhan karakter oleh media liberal. Akhirnya terlihat sudah bentuk akhirnya menjadi pedang tajam pembela Islam.
HTI laksana perisai, yang membentengi ummat dari faham sekuler, hingga ummat semakin matang dalam melihat situasi politik secara global dengan landasan islam, sehingga ummat Islam semakin faham bahwa Islam memiliki sistem politik yang super tangguh dan canggih.
Muhammadiyah laksana sekolah yang tiada henti mencetak kader-kader dakwah yang mempunyai ghiroh keislaman tinggi, menyiapkan rumah-rumah sakit untuk melayani kesehatan ummat.
NU laksana tanggul, yang memisahkan antara air kotor dan bersih, disuling dipondok-pondok pesantren yang kemudian dialirkan ke tengah-tengah ladang persemaian yang subur.

Saudara-saudara salaf, menggedor pemahaman kita tentang pentingnya sunnah, meneladani dan terus mempelajari kehidupan Rasul, serta menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Saudara-saudara jamaah tabligh, yang tiada lelah untuk terus mengajak kita menghidupkan amalan masjid, untuk itikaf, untuk sholat tepat waktu dan berjamaah, dan mengingatkan kita arti sunnah mu’akad.

Dan suadara-saudara lain yang belum dapat disebutkan satu-per satu. Pada intinya seluruh komponen ummat ini sedang berproses, saling mengisi pos-posnya untuk kemudian bangkit dan bersatu dalam panji-panji Rosulullah ﷺ. Semoga dalam maulid ini, Alloh senantiasa memberi kita sifat bijaksana sebagaimana sifat Rosul.

Comments are closed.