Ardhi Prabowo
Catatan Kegiatan dan Aktifitas Saya di dunia pendidikan, kemahasiswaan, jurnal ilmiah, pelatihan, dan kegiatan profesional lainnya
Outdoor Active Learning di Perkuliahan Geometri Dasar

0.CoverStoryL.D Fink (2003) dalam sebuah jurnal menyatakan bahwa sebuah  pembelajaran dikatakan aktif jika siswa melakukan dua hal, yaitu MENGALAMI, dan DIALOG. Sukandi, dalam penelitian tesisnya kemudian, meuliskan bahwa dua hal tersebut perlu diperjelas. Lalu dirumuskanlah konsep MIKiR yang merupakan akronim dari MENGALAMI, INTERAKSI, KOMUNIKASI, dan REFLEKSI. Pada prinsipnya, pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang keempat unsurnya ada di dalam pembelajaran tersebut.

Pemecahan masalah versi Polya, menurut Priyo Utomo (2012), terdiri atas 4 langkah, yaitu:

  1. identifikasi masalah
  2. merencanakan penyelesaian
  3. melaksanakan rencana
  4. refleksi hasil penyelesaian

Mengombinasikan 2 prinsip tersebut dalam sebuah perkuliahan tidak mudah. Perlu tenaga ekstra dalam perencanaannya. Pada perkuliahan geometri dasar yang lalu, saya mencoba mengombinasi 2 prinsip pembelajaran tersebut dalamsebauh pertemuan perkuliahan yang diselenggarakan di kelas, di lapaangan dan di teras laboratorium. Pada akhirnya, kegiatan tersebut sangatlah produktif. Mahasiswa menemukan solusi masalah nyata dengan matematika, mahasiswa juga mampu mengomunikasikan hasilnya, dnegan menyusun laporan dan saling membaca laporan kawan, dan banyak lagi aktifitas lainnya.

Berikut adalah laporan kegiatan perkuliahan pada setiap tahapnya.

1.Intrduction

Kegiatan pada gambar 1 menunjukkan mahasiswa sedang mengenal konsep baru mengenai kesebangunan dua segitiga. Urutan langkah kegiatannya adalah sebagai berikut:

  1. Mahasiswa bekerja dalam ruang untuk menghasilkan dua buah model daerah segitiga dengan sudut 105 dan 60 derajat. (pada akhirnya akan terbentuk banyak sekali jenis segitiga dari berbagai ukuran)
  2. Dengan menukarkan satu model daerah segitiga, mahasiswa dengan stimulus doesn menemukan sendiri konsep kesebangunan dua buah segitiga dilihat dari ukuran sudut dan perbandingan sisi-sisinya.
  3. Mahasiswa lalu menemui masalah bagaimanakah mengukur tinggi tiang bendera dengan konsep kesebangunan tersebut.
  4. Ide penyelesaian disepakati, dengan menggunakan model bayangan orang dan bayangan tiang bendera yang diukur dalam waktu yang bersamaan. (mengapa?)
  5. Proses selanjutnya adalah menyusun laporan hasil pengukuran dan penguatan oleh dosen.
    3.PenyusunanLaporan
    6.Simpulan

Dalam pelaksanaannya, kesulitan yang terjadi adalah ketidaktepatan metode pengukuran yaang dilakukan mahasiswa, disebabkan karena perbedaan ketinggian antara dasar bendera dengan alas kaki model. Namun dengan kegiatan refleksi hasil, permasalahan tersebut dapat diatasi.

Sebagai penutup, bahwa kegiatan perkuliahan di luar kelas dengan mengedepankan 4 unsur pembelajaran aktif dan langkah pemecahan masalah polya bisa dilakukan.

 

Referensi:

  • Fink, L. D. (2003). A self-directed guide to designing courses for significant learning. University of Oklahoma, 27.
  • Priyo Utomo, D. (2012). Pembelajaran Lingkaran Dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Versi Polya Pada Kelas VIII Di SMP PGRI 01 DAU.Widya Warta, 36(2).

 

Comments are closed.