Materi Ajar Sosiologi Kelas X (Materi Pokok Ke-2) : Individu, Kelompok dan Hubungan Sosial

fungsionalisme-parsons

Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergantung pada manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi dengan manusia lain. Hal ini disebabkan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak dapat memenuhinya sendiri. Ia akan bergabung dengan manusia lain membentuk kelompok-kelompok dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan hidup. Secara naluriah, manusia membutuhkan hidup dengan manusia lainnya. Manusia sejak lahir dipelihara dan dibesarkan dalam suatu masyarakat terkecil, yaitu keluarga. Keluarga terbentuk karena adanya pergaulan antar anggota sehingga dapat dikatakan bahwa berkeluarga merupakan kebutuhan manusia. Esensinya, manusia memerlukan orang lain atau hidup dalam kelompoknya.

Suatu kelompok pada hakikatnya merupakan individu-individu yang saling berhubungan, saling memperhatikan, dan sadar akan adanya suatu kemanfaatan bersama. Ciri esensial kelompok adalah anggota-anggotanya mempunyai sesuatu yang dianggap sebagai milik bersama. Mereka menyadari bahwa apa yang dimiliki bersama mengakibatkan adanya perbedaan dengan kelompok lain. Dengan demikian, pengelompokan manusia ke dalam wadah-wadah tertentu yang merupakan bentuk-bentuk kehidupan bersama (kelompok sosial) senantiasa dilandaskan pada kriteria-kriteria tertentu yang menjadi milik dan tujuan bersama seperti usia, jenis kelamin, partai politik, latar belakang pendidikan, suku bangsa, agama, dan seterusnya. Oleh karena itu, akan terbentuk berbagai macam kelompok sosial dalam kehidupan manusia sebagai suatu masyarakat yang majemuk.

Hubungan antar kelompok mempunyai beberapa dimensi, diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Dimensi Sejarah.

Kajian dari sudut dimensi sejarah diarahkan pada masalah tumbuh dan berkembangnya hubungan antar kelompok. Misalnya kontak pertama antara kelompok ras kulit putih dan kulit hitam terjalin, lalu bagaimanakah kontak tersebut kemudian berkembang menjadi hubungan dominasi.

  • Dimensi Sikap.

Melalui dimensi sikap, kita mengamati sikap anggota suatu kelompok terhadap anggota lain, dan sebaliknya. Misalnya sikap anggota kelompok etnik tionghoa terhadap kelompok pribumi Indonesia, dan sebaliknya.

  • Dimensi Institusi.

Sikap yang dipunyai suatu kelompok terhadap kelompok lain seringkali ditunjang dan bahkan diperkuat oleh institusi dalam masyarakat, seperti institusi sosial, ekonomi dan politik.

  • Dimensi Gerakan Sosial

Dimensi gerakan sosial merupakan suatu dimensi lain dalam hubungan antar kelompok. Kajian dari sudut pandang ini memperhatikan berbagai gerakan sosial yang sering dilancarkan suatu kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lain. Misalnya gerakan pembebasan perempuan (women’s liberation movement).

  • Dimiensi Perilaku

Salah satu bentuk perilaku yang sering ditampilkan dalam hubungan antar kelompok adalah diskriminasi. Contoh, dikalangan kaum laki-laki, misalnya, di kaum perempuan sering mengalami banyak kesukaran dalam memperoleh pendidikan, pekerjaan, atau jabatan tertentu karena dinilai berfisik lemah atau berwatak emosional.Menurut banton, diskriminasi mewujudkan  jarak sosial. Denga menggunakan skala sikap yang dinamakan skala jarak sosial para ilmuwan sosial dapat mengukur jarak sosial satu kelompok dengan kelompok lain. Skala tersebut memuat sejumlah pertanyaan mengenai kesediaan seseorang untuk menikah, berteman, bertetangga, tidak tinggal sekawasan dengan orang dari kelompok kebangsaan atau ras lain.

  • Dimensi Perilaku Kolektif.

Umumnya warga masyarakat cenderung berperilaku dengan berpedoman pada institusi yang ada dalam masyarakat. Perilaku di pasar dituntun oleh institusi dibidang ekonomi; perilaku ditempat ibadah dituntun oleh institusi dibidang agama; perilaku diruang kuliah mengacu pada institusi dibidang pendidikan. Perilaku koletif merupakan tidakan bersama oleh sejumlah besar orang; bukan tindakan individu semata-mata. Hubungan antar kelompok sering berwujud perilaku kolektif. Banyak diantara perilaku kolektif terbatas pada gerakan protes dan demosntrasi belaka. Namun tidak jarang pula suatu gerakan antar-kelompok berkembang menjadi huru hara yang dapat mengakibatkan pengrusakan harta benda atau bahkan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.

Pola hubungan merupakan dasar dari pembentukan kelompok. Banton (dalam Sunarto 2004:148) misalnya mengemukakan bahwa kontak antara dua kelompok ras dapat diikuti proses akulturasi, dominasi, paternalisasi, pluralisme, atau integrasi.

Berikut adalah penjelasan mengenai pola hubungan tersebut:

  • Akulturasi

Pola akulturasi akan terjadi manakala kedua kelompok ras yang bertemu mulai berbaur dan berpadu. Misalnya kita melihat bahwa kebudayaan orang belanda di Indonesia menyerap berbagai unsure kebudayaan Indonesia, seperti cara berbusana, cara makan, dan gaya berbahasa.

Pola ini akan terjadi bila suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Contoh: kedatangan bangsa eropa ke benua asia untuk memperoleh SDA. Atau kita jumpai dalam pengelompokan, misalnya suatu kelompok etnik mendominasi kelompok etnik lain,laki-laki mendominasi perempuan, orang kaya mendominasi orang miskin, dan lain sebagainya. Konblum menyatakan bahwa terdapat lima macam kemungkinan proses yang terjadi dalam suatu hubungan antar-kelompok, yaitu, genocide (pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota suatu kelompok tertentu), pengusiran, perbudakan, asimilasi. Kita lihat, misalnya, bahwa dalam berbagai kasus dominasi dilakukan bersamaan dengan pembunuhan terhadap penduduk.

  • Paternalisme

Suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi. Banton mengemukakan bahwa pola ini muncul manakala kelompok pendatang yang secara politik lebih kuat mendirikan koloni di daerah jajahan Dalam pola hubungan ini Banton membedakan tiga macam masyarakat: masyrakat metropolitan (didaerah asal pendatang), masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang serta sebagian dari masyarakat pribumi, dan masyarakat pribumi yang dijajah.

  • Integrasi

Suatu pola hubungan yg mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan perhatian khusus atau makna penting pada perbedaan ras tersebut.

  • Pluralisme.

Suatu pola hubungan yang mengakui adanya persamaan hak politik dan hak perdata semua warga masyarakat. Akan tetapi pola hubungan itu lebih terfokus pada kemajemukan kelompok ras daripada pola integrasi. Dalam pola ini solidaritas dalam masing-masing kelompok ras lebih besar.

Barton berpendapat bahwa suatu pola mempunyai kecenderunagn untuk lebih berkembang kesuatu arah tertentu. Pola dominasi cenderung mengarah pada pluralisme, sedangkan pola akulturasi dan paternalisme cenderung mengarah pada pola integrasi

Daftar Rujukan:

Soekanto,soerjono. 2007.  Sosiologi; suatu pengantar,  Jakarta: Pt. raja grafindo persada, ed.baru-41

Sunarto, kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi ;(edisi revisi), Jakarta: lembaga penerbit fakultas ekonomi universitas Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: