Puisi Tegalan

galan

Puisi Tegalan

(Faoziah Arumi)

Puisi

Puisi merupakan karya sastra yang berupa pemadatan kata. Puisi bersifat imajinatif. Perkembangan puisi semakin kompleks pada tahun 1970-an atau berkembang maju pada masa angkatan 70-an. Puisi tegalan merupakan bagian dari perkembangan dunia perpuisiin. Sastrawan Tegal mencoba mengembangkan dan melestarikan budaya tegal melalui puisi.

Puisi Tegalan

Puisi tegalan disajikan dalam bentuk puisi yang menggunakan bahasa tegal atau logat tegal. Dimana jenis puisi yang banyak berkembang adalah jenis puisi mbeling. Namun sayangnya, perkembangan puisi tegalan tidak mendapat perhatian lebih dari masyarakat sekitar. Hanya beberapa kalangan yang memahami bahkan hanya sekadar mengenal saja. Padahal hasil karya puisi tegalan dari sastrawan tegal sudah lebih dari kata banyak. Bahkan hampir setiap sastrawan mempunyai puisi tegalan. Mereka dengan bangga mengenalkan bahasa tegal di dunia luar. Mereka sangat memperhatikan dan melindungan kelestarian kearifan lokal budaya tegal.

Beberapa sastrawan tegal yang turut andil dalam menulis puisi-puisi tegal antara lain, Lanang Setiawan, Dyah Setyowati, Apito Lahire, Pick Ardijanto Soepriajadi. Berikut contoh dari puisi tegalan.

“JONTROT”

Karya Apito Lahire

Prenjak, ciblek, gelatik watu, lebèan
sirdum, gatiyong

dipulut daning jontrot

sikil, endas, mata, bokong, tangan, rambut
unyeng-unyeng,

digorèng srèèng…

srèèng… srèèng…..

tempé, tahuaci, pilus, rempèyèkdikremusi

agama, keyakinan dientuti

bluuusssssssssssssssssss

waduuuuuk laaarrraaaaaaaa

urip ngenes tambah nelangsa

copèt kèlangan saksaktukang ngaduk klenger

duwit mabur mutermuter dadi layangan nglinter

cilukba…………

gejuh dara dadi riyamobatmabit laka kuwasa

wanyaaad lenga campur kringet kolèh spirtus dadi apa?

gotri ala gotri matèni

mendem impèn:

”ana ula dudu Ula ngloker neng sadawadawa

”-ucrit kapicirit neng surgané tangga-

”boyok kumat”

-ganyong laka-

”anané sumpah lillah”
-anjog tampah-
“Telak?
Telih?”

-teglekteglek-

Preeeeeeeeeeeeeeeeet

”sapa sing Ngebom?”

-sampèyan apa Nippon-

”kucing gering”

-Tengu-

”rayap”

-Traktor-

”kalong Wengwong”
-kalongé wong-

”Wongé Golong”

dadi reketèèèèèèèèèèèèèèk

Lugedsèrab mandeng srengèngé

klèyang

”Mati Baéooooooooooooooooh”

-ah.

Puisi tegalan mempunyai cirri bahasa yang digunakan cenderung lugas, mencerminkan karakter masyarakat tegal yang cenderung blak-blakan dalam berbicara. Kekhasan puisi tersebut justru menjadi ciri unik yang dimiliki oleh puisi tegalan.

Gebrakan dan tindakan dari para sastrawan dalam mengembangkan puisi tegalan tidak semata-mata untuk mengeksplorasi dirinya sendiri untuk bisa dikenal masyarakat tegal. Namun mereka mempunyai tujuan yakni melestarikan kearifan lokal yang diharapkan member pengaruh kepada pemuda tegal juga mempu melestarikan puisi tegalan itu. Dalam proses pelestarian puisi tegalan para sastrawan bekerja sama dengan dewan kesenian menyelenggarakan lomba baca puisi tegalan, kegiatan ini rutin diadakan setiap tahunnya sekitar bulan Desember. Antusias masyarakat Tegal dalam mengapresiasi kegiatan ini masih cenderung kurang. Namun tidak dipungkiri masih banyak juga masyarakat yang ikut dalam kegiatan ini bahkan banyak masyarakat luar daerah tegal yang ikut dalam kegiatan tersebut. Oleh karena itu dari pihak mereka akan terus melestarikan kegiatan positif ini dalam rangka melestarikan puisi tegalan.

Faoziah Arumi, 25 November 2015

Sumber :

“Antologi Puisi Tegalan”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: