Heterogenitas Dalam Masyarakat Perkotaan

Salam SosantPedia 🙂

Hallo teman-teman semua.. kali ini saya akan membagikan tulisan mengenai heterogenitas masyarakat di perkotaan, materi ini merupakan salah satu tugas dari semester 4 dalam mata kuliah sosiologi perkotaan. Dibawah materinya:

Gambaran umum masyarakat perkotaan:
Masyarakat kota adalah masyarakat yang anggota-anggotanya terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan/tingkatana hidup, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain. Mayoritas penduduknya hidup berjenis-jenis usaha yang bersifat non agraris. (Muhammad Cholil Mansyur : 107) Untuk menggambarkan mengenai karakteristik masyarakat perkotaan, kita mengacu kepada pendapat dari seorang sosiolog yaitu Me. Iver-Page. Menurutnya yang ditulis dalam bukunya Astrid S. Susanto (1985:135) berpendapat bahwa tidak boleh dilupakan bahwa kota merupakan hasil pengelompokan dari daerah yang karena perubahan ekonomi dan perubahan struktur mengalami pengelompokan baru. Adalah suatu kenyataan bahwa : 1. Kota terdiri dari berbagai kelompok (comunitas) 2. orang tidak terikat oleh tanah yang sama, sehingga akan mem peri ihatkan kebiasaan dan norma yang berbeda. 3. Sehubungan dengan kadaan tadi, juga harapan dan gambaran tentang masa depan akan berbeda. 4. Sehubungan dengan faktor, faktor terdahulu, kota mengakibatkan adanya kehidupan heterogen dalam berbagai bidang.

Dari pendapat Mc. Iver-Paga diatas dapat disimpulkan bahwa karakter yang menunjukan kehidupan masyarakat di perkotaan adalah : a. Terdiri dari berbagai masyarakat yang memiliki latar belakang, baik suku, agama, ras dan kebudayaan yang berbeda. b. Masyarakat diperkotaa memiliki sifat yang indivualis, egois dan mementingkan kehidupan pribadinya c. Masyarakatnya merupakan masyarakat yang heterogen.
Melihat dari heterogenitas masyarakatnya, mentalitas atau perilaku masyarakat kota menunjukan gejala-gejala:
1. Peningkatan kegiatan dengan akibat mobilitas sosial yang tinggi di kota.
2. Terbentuknya associate individualism, yaitu situasi di mana individu merasa kurang aman sehingga individu memilih dan mengadakan seleksi hubungan dengan sesama anggota profesi atau lingkungannya. 3. Berkurangnya community sentiment (perasaan komunitas).
Menurut Muhammad Cholil Mansyur, Sifat-sifat yang tampak menonjol pada masyarakat kota adalah :
1. Sikap hidup
Sikap hidup cenderung pada individualisme/egoisme. Yaitu masing-masing anggota masyarakat berusaha berdiri sendiri tanoa terikat oleh anggota masyarakat lainnya, hal mana menggambarkan corak hubungan yang terbatas, dimana setiap individu mempunyai otonomi jiwa atau kemerdekaan pribadi sebagaimana disebut oleh prof. Djojodiguno S.H dengan istilahnya masyarakat PTEMBAYAN atau sama dengan yang dimaksud oleh sosilogi Jerman Ferdinan tonnies yang terkenal dengan istilahnya GESSELSCHAFT.
2. Tingkah laku
Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kretaif, radikal dan dinamis. Dari segi budaya masyarakat kota umumnya mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena kreativitas dan dinamikanya kehidupan kota lebih lekas menerima yang baru ataum membuang sesuatu yang lama, lebih lakas mengadakan reaksi, lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan bam.
3. Perwatakan-perwatakan
Perwatakannya cenderung pada sifat materialistis. Akibat dari sikap hidup egoisme dan pandangan hidup radikal dan dinamis menyebabkan masyarakat kota lemah dengan segi religi, yang mana menimbulkan efek-efek negatif yang berbentuk tindakan amoral, indisipiner kurang memperhatikam tanggungjawab sosial.

Kerukunan Hidup Masyarakat Perkotaan:
Secara sepintas dapat kita katakan bahwa dengan karakter masyarakat di perkotaan yang heterogen, baik dalam agama, ras dan kebudayaan serta bahasa, individualistis, materialisme dan egoisme maka sukar sekali untuk terciptanya kerukunan antar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Namun dugaan tersebut hanyalah anggapan yang kurang kuat buktinya. Kenyataannya diantara sifat atau karakter kehidupamn kota tersebut masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk melaksanakan kewajiban dan memperoleh haknya. Masyarakat kota yang terdiri atas pemeluk-pemeluk berbagai agama tidak mengalami hambatan dalam melaksanakan iba’dah sesuai dengan tata cara peribadatan masing-masing agama.sikap tenggang rasa dijunjung tinggi di dalam pergaulan kehidupan antara umat beragama dengan tetap menghormati kebebasan sebagai prasayarat terciptanya kerukunan untuk menghindari perpecahan dan perselisihan. Sehingga dengan kerukunan ini tercipta suasana yang nyaman, aman dan tenang serta toleransi antar umat beragama semakin kokoh. Bagiamana kuatnya kerukunan dalam masyarakat diperkotaan ditunjukan dengan sikap saling menghormati antara satu agama dengan agama lain dalam berbagai hal. Tiap-tiap umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa mampn menahan diri untuk berbuat menyakiti pemeluk agama yang lainnya. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu dan ajaran agama yang lainnya dicampuradukan. Adanya sikap toleransi ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mencapai terwujudnya ketenangan, saling menghaigaui, keicrtiban, serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Sikap saling menghargai dan saling menghormati itu berguna untuk mencapai terbinanya perikehidupan yang rukun, tertib, damai dan penuh toleransi.
Sebagai wujud dari kerukunan masyarakat diperkotaan maka mereka saling menghormati dan menghargai antara pemeluk agama yang berbeda. Masyarakat merasa perlu untuk saling menghormati dan menghargai sesama dengan anggapan bahwa dengan situasi seperti ini mereka lebih tenang dan nyaman dalam melakukan aktivitas bekerja sehari-hari. Jika mereka tidak menjaga ini, maka terjadi upa yang dinamakan dengan konflik. Sehingga dengan berbagai usaha mereka mempertahan agar tidak terjadi konflik dalam kehidupan mereka sehari-hari yang pada akhirnya akan mengganggu aktivitas mereka dalam berbagai bidang. Kerukunan dalam masyarakat perkotaan ditunjukan dengan saling menghormati dan menghargai aktivitas keagamaan yang dilakukan sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing, seperti melakukan perayaan hari-hari besar masing-masing agama. Umat Islam merayakan hari-hari besar agamanya antara lain Idul Fitri dan Idul Adha, Maulid Nabi dan lain-lain. Agama Kristen memperingati hari Paskah, Kenaikan Isa al-Masih, hari Natal dan tain-lain. Agama Budha dan Hindu rnasing-masing memperingati hari raya Wisak dan Nyepi. Dalam perayaan hari besar keagamaan ini mereka berusaha untuk tidak mengganggu. Masyarakat berusaha untuk saling menghargai satu sama lainnya. kerukunan juga diwujudkan dalam aktivitas yang lain seperti saling tolong menolong antar agama yang berbeda yang hidup bertentangga.
Saat sekarang ini, kerukunan antar umat beragama sedang diuji oleh berbagai masalah. Saat ini dimasyarakat timbul kecungaan-kecurigaan terhadap pemeluk agama yang berbeda, Umat Islam mencuriagai bahwa orang-orang Kristen berusaha menyebarkan agama kepada orang-orang Islam yang sudah beragama dengan jalan membantu memperbaiki kehudipan ekonomi umat Islam yang sedang terpuruk. Selain itu, dalam perayaan-perayaan hari besar agama seperti agama Islam dan Kristen, masyarakat sekarang tidak lagi tenang untuk melaksanakannya. Mereka diganggu oleh pikiran-pikiran akan terjadinya sesuatu pada saat perayiian tersebut. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa-peritiwa pemboman yang terjadi dibeberapa kota di Indonesia pada saat terjadinya perayaan hari besar keagamaan. Dengan keadaan seperti ini mereka khawatir bahwa kerukunan yang selama ini mereka jalin akan terganggu akibat terjadinya serentetan peristiwa yang di lakukan pada saat masing-masing agama sedang melaksakan perayaan hari besarnya. Gambaran nyata mengenai bagaimana saat ini kita sedang mengalami degrasi kerukunan antara umat beragama yang berada di perkotaan dapat dilihat dari peristiwa di Ambon dan Maluku serta peristiwa-peristiwa di daerah lainnya. dari peritiwa-peristiwa tersebut dapat disirnpulkan bahwa kerukunan yang selama ini kita jalin antar umat beragama mulai terkoyak. Padahal dalang dari peristiwa tersebut belum diketahui secara pasti. Tetapi kemudian muncul dugaan-dugaan bahwa orang-oratig di luar agama Islamlah yang melakukan perbuatan penganiayan terhadap kaum muslimin. Sehingga antara agama-agama yang ada di Maluku dan Ambon saling mencurigai. Orang-orang islam mencurigai, umat Kristen sebagai dalangnya. Begitu pula, sebalikya orang kristen mencurigai umat Islam sebagai penyebab utama kerusahan di Ambon dan Maluku.
Selain disebabkan oleh agama, sekarang juga muncul sentimen-sentimen terhadap masyarakat di perkotaan yang disebabkan oleh etnik atau ras. Dengan munculnya situasi seperti ini, kerukunan antara etnis di wilayah Indonesia, khususnya di daerah perkotaan tidak terlihat lagi. Sebagai contoh, bagaimana etnis Dayak dan etnis Madura. Kedua etnis ini memunculkan masalah besar di daerah Kalimantan yaitu di Sampit. Antara kedua etnis ini terlihat mulai terkoyak kerukunan yang selama ini mereka jalin. Dengan demikian secara umum dapat disimpulkan bahwa pada saat sekarang kerukunan pada masyarakat perkotaan mulai terkoyak. Yang pada awalnya mereka hidup berdampinga, sekarang mulai terlibas arus yang disebabkan oleh sentimen keagamaan dan senitmen etnik atau ras.
C. Kerjasama yang dijalin oieh masyarakat perkotaan
Dalam kehidupan sehari-hari Kerjasama ialah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih atau beberapa pihak untuk mencapai tukjuan bersama. Manusia pada hekekatnya memiliki keterbatasan dan ketergantungan dengan sesama manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai mahluk sosial. Manusia bekerja sama tidak terbatas hanya pada lingkungan dekatnya, tetapi juga dapat meluas dalam pergaulan yang melampaui tempat tinggalnya. Di daerah perkotaan, biasa terjalin kerjasama antara satu orang dengan tetangganya, masyarakat sekitar, maupun dengan wilayah di luar kota tempat tinggalnya. Kerjasama antar berbagai pihak dapat terwujud antara lain karena adanya beberapa faktor benkut: 1. Adanya persamaan tujuan; 2. Adanya perasaan bahwa yang satu merupakan bagian dari yang lain, dan 3. Adanya pengakuan persamaan derajat, hak dan kewajiban.
Masyarakat kota sebagai masyarakat heterogen menyebabkan mereka dapat menjalin kerjasama dalam berbagai bidang, seperti bidang sosial, ekonomi, keagamaan dan lain-lain. Di daerah kota nampaknya nilai-nilai kerjasama ini mulai ditinggalkan, terutama yang berhubungan dengan kegiatan sosial, seperti gotong royong. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan masyarakat secara umum. Masyarakat kota nampak telah kehilangan jati dirinya untuk mempertahankan semangat gotong royong. Sebagian masyarakat di kota lebih senang memberikan biaya atau dana dalam kegiatan gotong royong daripada mengikuti kegiatan tersebut. Mereka tidak mau meninggalkan aktivitas pekerjaan. Dari apa yang diungkapkan diatas dapatlah kita simpulkan bahwa masyarakat kota lebih mementingkan kehidupan pribadi, dengan meninggalkan kepentingan umum. Mereka lebih banyak melakukan aktivitas di luar untuk mencati nafkah bagi keluarganya, dibandingkan dengan berkumpul dengan masyarakat.
Selain itu, mulai mudar nilai-nilai kerjasama antara warga masyarakat di perkotaan disebabkan karena masyarakat tidak lagi memikirkan lagi kepentingan yang bersifat umum. Karena kepentingan tersebut telah diurus oleh pemerintahan setampat seperti pembangunan jalan, perbaikan fasilitas umum dan lain-lainnya. Mereka itu hanya memberikan dana untuk perbaikan fasilatas tersebut. Memang disisi lain, masyarakat juga bekerjasama dengan pemerintah. Tetapi yang disayangkan adalah mereka tidak dapat bekerjasama dengan masyarakat dan lingkungannya.
D. Pengertian Masyarakat Perkotaan
Masyarakat berasal dari istilah bahasa arab yaitu syareha, yang berarti ikut serta atau partisipasi. Menurut Parsudi Suparlan yang dikutip Dr. Awan Mutakin (2000:1), Masyarakat sebagai suatu satuan kehidupan sosiai manusia, menempati wilayah tertentu yang keteraturan dalam kehidupan sosial tersebut telah dimungkinkan oleh adanya seperangkat pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki bersama. Meskipun dalam prakteknya orang telah mengetahui dan mengerti ujud dari kota dan biasanya dapat dengan cepat membedakan mana kota dan desa, tetapi demi memudahkan dan mengarahkan pembahasan masalah maka akan dikemukakan beberapa konsep tentang kota. Berdasarkan hasil musyawarah pimpinan badan kerja sama antar kota praja seluruh Indonesia tahun 1969 di Bukittinggi disepakati pengertian kota sebagai berikut: “Kota adalah kelompok orang-orang dalam jumlah tertentu, hidup dan bertempat tmggal bersama dalam satu wilayah geografis tertentu berpola hubungan rasional, ekonomi dan individiialistis.” (B.N. Marbun, 1979 : 22-23).
Menurut R. Bintarto (1989 : 36) kota dari segi geografis dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial – ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan.non alami dengan gejala-gejaia pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersipat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya. Dengan demikian masyarakat perkotaan merupakan satuan kehidupan sosial manusia, menempati wilayah yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwamai dengan strata sosial – ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejaia pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersipat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya dengan keteraturan dalam kehidupan sosial tersebut telah dimungkinkan oleh adanya seperangkat pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan kebudayaan yang mereka miliki bersama.
E. Pengertian Agama
Agama merupakan suatu sistem kepercayaan dan pola perilaku yang dijalankan oleh manusia. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Jalaludin, 1996:12). Sebagai kerangka untuk memahami tentang agama, maka dipergunakan teori dari Talcott Parson (dalam Berger, Peter L, 1993 : 223), agama adalah kebudayaan dalam tingkat tertinggi dan agama berperan secara kultural dalam pembentukan kesadaran dan hti nurani masyarakat. Adapun agama sebagai aspek kebudayaan momegang peranan penting sebagai kekuatan rohani yang meberi landasan etik dan moral serta arah pada pikiran, perasaan dan tindakan manusia serta mengembangkan orientasi nilai, aspirasi dan egoideal manusia. Selanjutnya agama menemiikan ekspresi dalam kebudayaan mated, dalam perilaku manusia, dan dalam sistem nilai, moral dan etika. Agama berinteraksi dengan sistem-sistem organisasi keluarga, perkawinan, ekonomi, hukum termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Agamapun mempunyai fungsi psikologis dalam mengatasi kegelisahan-kegelisahan hidup. Dalam arti, agama bertujuan untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraart jasmani. Menurut Habib Mustopo M, yang dikutip oleh Siti Maria, dkk (1997/1998: 7), suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa perkembangan manusia pada umumnya memperlihatkart kecendrungan untuk mencapai kemajuan dan perwujudan diri. Kecendrungart ini ditandai oleh perjuangan mencari kebenaran yang dalam pertumbuhan selanjutnya akan menjadi keyakinan yang oleh sebagian besar diaggap menjelma sebagai agama.
F. Heterogonetis Kehidupan Keagamaan
Di Masyarakat Perkotaan Masyarakat perkotaan merupakan masyarakat yang heterogen. Mayarakat kota terdiri daii berbagai kumpulan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda sehingga membentuk suatu komunnitas yang kompleks. Dalam bidang keagamaan masyarakat perkotaan diberikan kebebesan untuk memeluk ajaran agama yang djpercayai oleh keyakinan masing-masing. Dalam hal ini juga pemermtah Indonesia memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk memuluk agama berdasarkan keyakinan masing-masing. Seperti yang tercantum dalam pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi: “Setiap warga negera diberi kebebasan untuk memeluk agama dan kepercayaan sesuai dengan keyakinan masing-masing”. Hal inilah yang menjadio dasar berkembangnya kehidupan keagamaan yang heterogen dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Ajaran yang dianut oleh masyarakat di perkotaan terdiri dari berbagai ajaran agama, antara lain : 1. Agama Islam 2. Agama Kristen Protestan 3. Agama Kristen Katolik 4. Agama Hindu 5. Agama Budha
Selain ujaran agama, adapula aliran kepercayaan yang dianut oleh masyarakat perkotaan, antara lain ajaran Konghucu yang dianut sebagian besar oleh masyarakat Tionghoa atau keturunan. Antara kelima agama dan ajaran kepercayaan tersebut hidup secara berdampingan dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Ajaran agama yang mayoritas dipeluk oleh masyarakat diperkotaan adalah agama Islam. Bagi pemeluk agama Islam didirikan tempat ibadah berupa mesjid dan mushola. Tempat ibadah ini berdiri dengan jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan tempat ibadah agama lainnya. Tempat-tempat ibadah ini tersebar di seluruh tempat yang berada dilingkungan perkotaan. Tempat ibdaha ini digunakan oleh masyarakat untuk segala kegiatan keagamaan, seperti tempat belajar mengajar, melakukan sholat bersama setiap hari jum’at atau pada hari-hari raya/besar Islam. Tempat ibadah ini juga digunakan untuk sholat 5 (lima) waktu oleh siapa saja yang meiakukan shalat tersebut. Di perkotaan, dalam ajaran melaksanakan ajaran agama Islam terdapat berbagai aliran yang berkembang antara lain : Muhammadiyah, Persis dan Nahdatul Ulama. Aliran agama Islam ini tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat di perkotaan. Mereka saling berdampingan, walaupun dalam beberapa hal terjadi perbedaan.
Dalam meningkatkan kesadaran beragraria dikalangan masyarakat perkotaan, maka kegiatan-kegiatan keagamaan lebih ditingkatkan dan diadakan pembinaan. Seperti diadakan kelompok pengajian yang dilaksanakan oieh kaum ibu-ibu. Kelompok pengajian ini biasanya terhimpun dalam suatu majelis yang disebut Majelis Taklim. Majelis Taklim merupakan lembaga pendidikan non formal yang menyelanggarakan pengajian Islam. Lembaga ini berkembang dalam lingkungan masyarakat Muslim diseluruh Indonesia, khususnya daerah perkotaan. Sebagai contoh berapa banyak Majelis Taklim yang berdiri di wilayah kota Bandung. Dari seluruh kota Bandung dapat diperkirakan lebih dari 100 Majelis Taklim berdiri sebagai lembaga riembinaan Islam. Menurut Siti Maria, dkk, (1997/1998 : 46), Majelis Taklim adalah “Suatu lembaga pendidikan non-formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, diikuti oleh jemaah yang relatif banyak bertujuan untuk membina dan membangun hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT. Adapun materi yang dipelajari dalam Majelis Taklim antara lain pembacaan AI-Qur’an serta tawjidnya, tafsir bersama ulumu Qur’an, hadist dan mustalahnya, fiqih dan ushul fiqih, atauhid, akhlak dan sebagainya. Majelis Taklim yang tersebar di daerah perkotaa dalam hal keanggotaannya tidak terikat oleh waktu, siapapun dapat menjadi anggota. Dalam pelaksanaan kegiatan pengajian itu dapat dilakukan dua minggu satu kali, satu minggu satu kali, atau tergantung dari kesepakatan bersama. Kadangkala dalam arisan ibu-ibu juga diisi dengan pengajian.
Di daerah perkotaan juga tumbuh dengan subur lembaga-lembaga pendidikan Islam bagi masyarakat terutama anak-anak dan generasi mudanya. Lembaga pendidikan Islam ini ada yang bersifat formal dan non formal. Yang bersifat formal biasanya di sekolah-sekolah agama muiai dari tingkat Ibtidaiyyah sampai Aliyah Sedangkan lembaga pendidikan non forrmal antara lain Taman Pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak. Taman pendidikan Al-Qur’an bagia anak-anak muiai dari usia 3 tahun sampai 7 tahun diadakan di tiap-tiap wilayah diperkotaan. Kegiatan-kegiatan seperti majelis Taklim dan Taman Pendidikan AL-Qur’an selain sebagai kegiatan keagamaan juga merupakan kegiatan sosial. Karena disamping untuk menambah wawasan dan pengetahuan agama juga menyambung tali silaturahmi. Sehingga berfungsi untuk menghidupkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan masyarakat di perkotaan khsususnya yang beragama Islam. Selain agama Islam, di masyarakat perkotaan juga berkembang agama Kristen Katolik dan Protestan. Berkaitan dengan aktivitas keagamaan di kalangan yang beragama Katholik/Protestan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain misa atau kebaktian pada setiap hari minggu dengan waktu-waktu yang telah ditentukan. Kebaktian ini dilakukan, pengembalaa, pendalaman al-Kitab, sekolah minggu bagi anak-anak. Kegiatan mereka berpusat di gereja. Di geraja para pemeluk agama kristen banyak melakukan kegiatan keagamaan di bawah pimpinan pendeta.
Di masjarakat perkotaan juag tumbuh dan berkembang agama Hindu dan Budha, hanya saja jumlah mereka febih sedikit dibandingkan dengan pemeluk agama Islam dan Kristen. Bagi para pemeluk agama budha mereka melakukan aktivitas keagamaan di wiraha-wihara.
G. Kehidupan Masyarakat Perkotaan
Di Antara Heterogenitas Agama Dalam kenyataannya kehidupan keagaman dapat memberikan dorongan life-urge secara positif hingga pemeluk agama mengamalkan agamanya dengan penuh keikhlasan dalam hidupnya. Life-Urge membawa penganut agama ke arah pandangan yang positif. Zakiah darajat berpendapat, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan pokok yakni selain kebutuhan jasmana dan kebutuhan rohani manusia pun mempunyai suatu kebutuhan akan adanya kebutuhan keseimbangan dalam kehidupan jiwanya, seperti kebutuhan akan rasa kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa harga diri, kebutuhan akan rasa bebas, kebutuhan akan rasa sukses dan kebutuhan akan rasa ingin tahu (Jalaludin, 1996:61-62). Untuk melakukan hal-hal tersebut, warga masyarakat di perkotaan melaksanakan yang diajarkan oleh agama agar sesama manusia saling menghormati agamanya masing-masing. Disampirtg itu untuk keselarasan hubungan manusia dengan Tuhannya malaksanakan sembahyang sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Dalam kehidupan sehari-hari, tampak adanya kerukunan diantara para pemeluk agama. Mereka saling menghormati dan tidak saling mempengaruhi. Pada hari Jum’at mereka yang beragama Islam bersama-sama melakukan Sholat Jum’at di mesjid. Sedangkan pada hari Minggu mereka yang beragama kristen melakukan misa suci bersama di gereja. Dalam hal tertentu, secara individual para pemeluk agama masing-masing saling tolong menolong. Pada umumnya masyarakat diperkotaan berusaha untuk menghindari berbagai konflik keagamaan. Namun diantara masyarakat timbul kekhawatiran terhadap kegiatan yang diadakan oleh penganut agama lain karena dianggap akan mempengaruhi penduduk yang sudah beragama.
H. Pengaruh Gtobalisasi, Arus Informasi Dan Teknologi Terhadap Kehidupan Keagamaan Di Masyarakat Perkotaan.
Perkembangan teknologi telah memberikan arti penting pada perubahan sosial dengan berbagai konsekuensinya. Implikasi positif dari pembangunan, adalah terkondisinya masyarakat yang mandiri dengan semangat kerja yang tinggi dan menghargai waktu serta prestasi. Sedangkan implikasi negatifnya adalah munculnya semanat dan orientasi ekonomi yang mengarh pada materialisme, individualisme, perilaku mekanistik yang cenderung menjadi stress dan perasaan terasing dikenal dengan fenomena (gejala) penyeakit sosial. Selanjutnya, proses pembangunan disamping mampu mendongkrak income perkapita masyarakat, juga melahirkan tradisi masyarakat baru yang dikenal dengan masyarakat pembangunan (masyarakat modern). Sehubungan dengan hal tersebut, masyarakat diperkotaan mengalami perubahan yang secara sadar atau tidak sadar atau terlihat dan tidak terlihat.
Daerah perkotaan sebagai tempat strategis bagi aktivitas penduduk mengakibatkan banyak para pendatang baik tourist dalam negeri maupun luar negeri. Para pendatang dari luar negeri, dengan budaya dan latar belakang kehidupan yang berbeda berbaur dengan masyarakat di perkotaan. Semakin pesatnya arus gobalisasi memudahkan budaya baru yang sebenarnya tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat masuk ke daerah perkotaan. Hal ini disebabkan karena daerah perkotaan merupakan tujuan pertama para pendatang dari luar negeri sebehim mereka merambah ke daerah pedesaan. Dengan budaya dan latar belakang berbeda ini, para pendatang tersebut mempengaruhi kehidupan keagamaan masyarakat setempat. Masyarakat mulai meninggalkan ajaran-ajaran yang dianjurkan oleh agama. Sebagai contoh masyarakat yang memeluk agama Islam. Dengan datangnya orang-orang asing tersebut yang membawa budaya berbeda dengan ajaran Islam, mulai dari pakaian, kebiasaan hidup, dan tingkah laku, banyak mempengaruhi kehidupan umat Islam di daerah perkotaan. Masyarakat diperkotaan muiai menggunakan budaya yang dibawa oleh orang asing tersebut dengan alasan trend atau mode, padahal hal tersebut bertentangan dengan ajaran Islam. Selain itu masih banyak lagi pengaruh yang disebabkan oleh hadirnya budaya baru tersebut.
Sedangkan para pendatang yang berasal dari dalam negeri adalah para pendatang yang memiliki tujuan sebagai pencari kerja atau mereka yang berusaha membuka usaha di perkotaan. Hal ini dilakukan karena kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat, materi menjadi diutamakan untuk kebutuhan hidup sehingga kebutuhan non materi (rohani) mereka abaikan. Misalnya, kewajiban sholat lima waktu bagi umat Islam kadangkala mereka tinggalkan atau tidak mengerjakan sama sekali. Secara teoritis, bila dihubungkan antara rohaniah dengan perilaku saling mendukung. Maksudnya bila kebutuhan rohani (agama/keimanan) akan menimbulkan perilaku yang meyimpang atau sosial. Adapun agama sebagai salah satu aspek kebudayaan yang paling penting, karena agama ditemukan disemua masyarakat dan secara signifikan agama berkaitan dengan pranata-pranata kebudayaan yang lain, agama berfungsi atau berperan dalam memelihara dan menjaga keseimbangan dalam masyarakat, melalui kode etik, sistem nilai atau norma-norma yang diberikannya. Oleh karena itu agama merupakan pegangan atau pedoman hidup setiap insani yang selalu dihayati. Dengan demikian setiap manusia akan merasa tenang dalam menjalani kehidupannya. Secara sadar maupun tidak sadar masyarakat di perkotaan lebih mementingkan materi dalam kehidupannya. Jalan mudah dan praktis serta penuh ketenangan dan ketentraman yang ditawarkan oleh Allah SWT telah diabaikan. Seringkali manusia banyak memilih jalan rumit dan penuh rintangan dianggapnya sebagai jalan mudah dan enak, sehingga aturan-aturan agama mereka interprestasikan dengan berbeda. Tidak sedikit dari masyarakat mengandalkan otaknya yang terbatas itu sebagi tolak ukur dalam menilai aturan hidup yang ditetapkan dalam ajaran-ajaran agama, keterbatasan akalnya dianggap bak dan benar atau hal yang halal dan haram. Akibatnya sesuatu yang telah ditentukan dafam ajaran-ajaran agama mereka langgar, sesuatu yang seharusnya dilarang mereka abaikan.
Perkembangan juga terjadi dalam hal arus informasi, baik melalui media elektronik maupun media cetak. Dengan kehadiran media-media tersebut sebagai sarana penyiaran informasi dan hiburan masyarakat menimbulkan pengaruh yang besar terhadap kehidupan keagamaan masyarakat diperkotaan. Misalnya, media elektronik berupa televisi memberikan dampak postif dan negatif terhadap kehidupan agama masyarakat. Dampak posiitifnya adalah masyarakat semakin mudah memperoleh informasi tentang berbagai bidang kehidupan termasuk dalam bidang keagamaan. Masyarakat dengan mudah mengetahui perkembangan dalam kehidupan bidang agama. Dampak negatifnya, melalui tayang-tayangan yang menarik dan penempatan waktu yang tepat bagi umat Islam menyebabkan banyak dan masyarakat meninggalkan kewajiban sholat lima waktu. Masyarakat tidak merasa berdosa meninggalkan kewajiban tersebut hanya untuk menonton tayangan acara yang menari. Misalnya menonton telenovela, kuis ataupun ftlm-film yang ditayangkan televisi. Dengan semakin banyaknya tayang-tayangan yang tidak sesuai dengan ajaran agama, terutama ajaran Islam menyebabkan kemerosotan moral di masyarakat. Kemerosotan moral ini terutama dialami oleh generasai muda. Dengan mudah para pemuda menikmati tayangan-tayangan dari media elektronik, padahal bertentangan dengan ajaran agama. Sehingga banyak para pemuda atau pemudi terjerurrtus ke dalam jurang kemaksiatan. Keadaan ini diperparah dengan semakin pesat arus informasi melalui media internet. Dengan media ini, masyarakat dengan mudah memperoleh informasi baik dari dalam maupun luar negeri yang menyangkut berbagai hal.
Semakin pesatnya arus globalisasi, barang-barang apapun secara mudah masuk ke daerah perkotaan. Barang-barang tersebut antara lain barang haram yaitu narkotika. Dengan semakin merebaknya penggunaan narkotika dikalangan masayarakat diperkotaan semakin menjauhkan dirinya dari nilai-nilai keagamaan. Sehingga yang mereka pikirkan bukanlah bagimana kahidupan setelah mati atau kehidupan akherat, tetapi bagaimana menikmati indahnya kehidupan dunia dengan menghisap barang terlarang tersebut. Dengan demikian dapatlah kita pandang bahwa dengan kemajuan teknologi dan arus informasi serta arus globalisai tersebut menimbulkan masyarakat semakin menjauhkan dirinya dari ajaran agama. Mereka lebih memikirkan kehidupan dunia semata, tanpa berpikir tentang kehidupan akherat. Padahal dalam ajaran Agama Islam diajarkan tentang kesimbangan antara kehidupan dunia dan akherat. Masyarakat perkotaan sebagai suatu masyarakat yang berada diwilayah yang ditandai dengan kehidupan masyarakat yang materialises dan individualistis, dalam kehidupan keagamaan menunjukan kehidupan yang heterogenitas dengan berbagai ajaran agam yang dianut, baik Islam, Kristen, Hindu, Budha dan aliran kepercayaan. Dengan kehidupan yang heteroginitas ini disatu sisi memberikan kehidupan yang kompleks, namun disisi lain masyarakat dihadapkan pada rasa kekhawatiran akan terjadi konflik antara agama.

Dengan semakin pesatnya perkembangan agama yang ditadai oleh semakin pesat arus globalisasi dan kecanggihan teknologi serta berkembangnya arus informasi menyebabkan perubahan yang besar dalam kehidupan keagamaan. Bagi masyarakat, dengan adanya perkembangan jaman ini membrikan dampak positif. Dalam bidang teknologi, mereka menfaatkanya untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya. Pada bidang informasi mereka dapat memperoleh informasi dengan mudah sebagi bekal untuk meningkatkan diri. Namun di sisi lain, kemajuan jaman ini juga memberikan dampak negatif berupa kemerosotan moral agama masyarakat. Mereka mulai menmggalkan aktivitas keagamaannya karena kesibukan memikirkan kehidupan duniawi semata. Agama sebagai salah satu aspek kebudayaan yang paling penting, karena agama berfungsi dan berperan di dalam memelihara dan menjaga keseimbangan dalam masyarakat. Agam merupakan pegangan hidup bagi setiap insani yang didalamnya terdapat ajaran-ajaran yang harus dihayati, sehingga setiap manusia akan merasa tenang dalam menjalani kehidupannya.

Sumber:
file.upi.education/Direktori/FPIPS/JUR_PEND_SEJARAH/Masyarakat/Bab_VIII.pdf

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: