field note Bromo

Observasi masyarakat tengger
selasa 1 april 2014 jam 01.00 dini hari sampai lah kami di sebuah tempat yang sangat menajubkan yaitu daerah wisata gunung bromo. Waktu itu kami sampai di sebuah terminal busa dekat gunung bromo dan perjalanan kami tidak bisa dilanjutkan dengan menggunakan bus karena jalan yang sempit dan jalan yang berlubang maka kami melanjutkan perjalan menuju tujuan pertama yaitu penanjakan 1 dengan menggunakan mobil jeep yang sudah disiapkan oleh biro perjalanan kami mereka menyediakan 25 mobil jeep dan setiap jeep mempunyai kapasitas sebanyak 6 orang penumpang. Saya dan 5 orang teman saya saka, khalali, agus salim, sudi didi, yahya naik jeep no 1 dan langsung menuju ke penanjakan 1. Saya sempat bertanya kepada sopir jeep yang kami naiki dan ternyata masih sekitar 50 km manuju ke penanjakan 1 dan membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai penanjakan 1. Penanjakan 1 adalah sebuah tempat untuk melihat matahri terbit. Untuk mencapai penajakan 1 juga harus melalui lautan pasir gunung bromo, sayang sekali kami tidak bisa melihat pemandangan jalan menuju penanjakan 1 karena memang saat itu masih dini hari. Sekitar 30 menit akhirnya kami sampai ke penanjakan 1 dan disana sangat dingin dan harus menggunakan jaket, koas kaki, kaos tangan, tutup kepada dan lain-lain. Untuk menuju penanjakan 1 juga harus berjalan sekitar 100 m lagi setelah naik jeep. Di daerah ini banyak masyarakat lokal yang berdagang beberapa pakaian hangat seperti kaos kaki, kaos tangan, tutup kepala dll. Dan ada juga yang menyewakan jaket tebal juga ada kedai kedai minuman hangat. Sekarang masih pukul 04.00 dan matahari terbit masih muncul sekitar pulul 05.10 kami menghabiskanwaktu untuk foto-foto bersama untuk sekedar mengisi waktu. Sedikit demi sedikit matahari mulai menunjukkan sinarnya dan mulai bergerak muncul ke atas dan luar biasa indahnya gunung-gunung di sekitar bromo pun mulai terlihat.

Ternyata indonesia juga memiliki tempat seindah ini harusnya masyarakat indonesia bangga dengan tempat-tempat di negri sendiri. Setelah dari penanjakan 1 kami melanjutkan perjalanan menuju ke lautan pasir gunung bromo. Kami pun menaiki jeep yang tadi kami naiki di sepanjang perjalanan kami melihat pemandangan yang indah ternyata jalan yang kami lalui dipenuhi dengan bukit bukit kecil yang sangat besar. Kami pun bercakap-calap dengan pengemudi jeep kembali sembari mengisi perjalanan ke lautan pasir. Ternyata masih butuh waktu 30 menit untuk mencapai lautan pasir. Sopir jeep yang kami naiki ternyata mempunyai satu anak yang kuliah di unair dan mengambil prodi dokter gigi, kata beliau sebagian besar masyarakat tengger beragama islam dan bermata pencaharian sebagai petani sayuran. Dan sebagian besar dari mereka juga mempunyai satu mobil jeep untuk disewakan kepada para wisatawan yang akan menuju penanjakan 1 maupun ke lautan pasir gunung bromo. Setelah sekitar 45 menit kami sampai di lautan pasir gunung bromo. Kira-kira pukul 08.00 kami berjalan menuju puncak gunung promo dari parkir jeep sampai ke puncak gunugn bromo kira-kira berjarak 3 km. kesan pertama saya menginjakkan kaki ke lautan pasir gunung bromo tidak seperti yang saya harapakan memang tempatnya bagus tetapi banyak pemandangan yang kurang menyenangkan untuk dilihat yaitu di lautan pasir banyak sekali kotoran kuda yang berserakan. Selain sebagai petani penyewa mobil jeep masyarakat tengger juga ada yang bermata pencaharian menyewakan kuda untuk menuu puncak gunung bromo. Kuda-kuda tersebut pun terlihat tidak terurus dan sepertinya pemiliknya hanya menggunakannya untuk bekerja tanpa istirahat yang cukup. Kami (saka, agus, wahid,) pun memutuskan untuk berjalan menuju puncak gunung bromo karena kalau naik kuda bianya lumayan mahal. Biayanya antara 50 ribu – 100 ribu bila pulang dan pergi. Cuaca disana pun lumayan cerah tetapi tetap dingin dan banyak kotoran kuda sehingga sepanjang perjalanan ke atas gunung lumayan bau. Setelah berjalan sepanjang 3km kami sampai di kaki gunung bromo dan sebelum sampai di puncak kami harus melewati tangga sepanjang kurang lebih 300 m. kami menaiki tangga tersebut dengan penuh semangat walaupun kaki kami sudah merasakan letih dan capek, tapi semua itu terbanyar setelah sampai di atas gunung bromo pemandangan yang sangat menabjubkanpun terlihat di dari atas gunung bromo. Dari buit bukit yang mengelilinginya sampai bau belerang yang dihasilkan dari kawah gunung bromo. Sebenarnya menurut saya gunung bromi adalah salah satu tempat wisata yang cukup berbahaya karena antara kawah bromo dan tempai untuk melihatnya hanya dibatasi dengan tembok setinggi 1,5 meter dan ada tempat di sekitarnya yang tidak dibatasi dengan tembok tersebut. jika anda kehilangan keseimbangan bisa terjatuh ke bawah gunugn atau masuk kedalam kawah bromo. Seharusnya pemerintah daerah lebih memperhatikan keselamatan para turis dengan menambah sarana keselamatan di sekitar gunung bromo. Selain turis lokal gunung bromo juga banyak menarik turis manca negara di puncak bromo terlihat banyak sekali turis dari berbagai negara baik asia, amerika, eropa dll. Kami pun menikmati pemandangan dari puncak gunung bromo sembari berfoto-foto untuk album kenangan. Tak terasa waktu kami berwisata di gunung bromo telah berakhir kami pun kembali ke jeep untuk melanjutkan tujuan utama kami yaitu observasi di kampung yang bermasyarakat sukiu tengger. Jarak antara lautan pasir menuju perkampungan suku tengger pun tidaklah jaug cukup sekitar 15 menit untuk sampai disana, kammi kesana masih naik mobil jeep yang sama tetapi kali ini dengan rute yang berbeda dan lumayan ekstrim. Setelah beberapa saat kami pun sampai di perkampungan suku tengger yaitu desa ngadas. Saya dan teman-teman pun lansung diintruksikan untuk sarapan pagi terlebih dahulu. Ternyata masyarakat tengger tidak berbeda hal dengan kita makanan mereka tidak jauh beda dengan kita tetapi ada satu yang khas dari suku tengger yaitu sambel bromo. Saya pun mencoba sambel tersebut dan rasanya pun lumayan pedas tetapi ada rasa manisnya sedikit dari warnanya lumayan unik yaitu merah muda. Setelah makan kami beristirahat di di home stay yang telah disiapkan oleh panitia. Kami pun menuju home stay tersebut. home stay adalah rumah warga suku tengger yang disewakan untuk wisatawan seperti kami. Home stay di suku tengger tidak seperti yang saya bayangkan, home staynya sangat bagus semua fasilitasnya lengkap tidak seperti rumah rumah masyarakat tengger yang rata rata masih biasa belum sebagus home stay mereka. Di home stay kami istirahat mandi dan lain-lain sempat ngopi dan ngobrol dengan teman-teman. Setelah beberapa saat waktu menunjukkan pukul 09.40 wib dan kami sudah harus menuju balai desa desa ngadas untuk bertemu dengan beberapa ketua desa seperti kepala desa, dukun desa dan lain-lain. Jalan dari home stay yang saya tempati sampai ke balai desa adalah tajakan sekitar 200 meter cukup menguras tenaga. Setelah sampai ke balai desa kami pun masuk dan disana teman-teman dan beberapa tokoh adat masyarakat tengger desa ngadas pun sudah menunggu. Acara pun dibuka dengan pembawa acara teman saya yang bernama faradhina dan dilanjutkan dengan sambutan kepala desa yang bernama bapak sumartono. Bapak sumartono pun menjelaskan banyak hal kepada kami seluk beluk desa dan upacara adat yang biasanya dilakukan masyarakat tengger. Pemerintahan kepala desa hanya berlaku selama 5 tahun pemerintahan. Pemerintahan kepala desa tengger bisa dibilang bersih karena selam bapak sumartono memimpin tidak ada permasalahan yang serius. Sebagian besar masyarakat tengger desa ngadas beragama hindu. Bahkan bapak sumartono berbicara dalam penyambutanya bahwa 99% sedangkan yang 1% beragama islam, yang 1% itu bahkan hanya lah pendatang dari daerah lain dan berjumlah 5 orang. Tetapi agama hindu di desa tengger dan di bali agak berbeda karena di suku tengger desa ngadas mereka tidak mengenal khasta sedangkan di bali menggunakan khasta untuk mengetahui suatu status sesorang di desa. Kepala desa juga memberitahukan kepada kami bahwa masyarakat di desa ngadas juga hidup rukun dengan tetangga desa mereka yang mayoritas beragama islam. Hal tersebut dapat menjadi contoh karena mereka mempunyai toleransi antar umat beragama yang sangat tinggi. Masyarakat ngadas mempunyai hari raya yang biasa dilakukan oleh umat yang beragama hindu yaitu hari raya taro dan halungan. Hari raya taro dilakukan setiap ssetehun sekali dan dilaksanakan selama 15 hari, hari raya taro ini bila sama dengan hari raya idul fitri jika untuk agama islam, sedangkan hari raya halungan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Sedangkan hari raya yang khusus dilaksanakan oleh masyarakat tengger adalah hajat nasional. Masyarakat tengger juga mempunyai seorang dukun pandhito, dukun pandito adalah orang yang memimpin setiap upacara adat di masyarakat tengger setiap desa mempunyai 1 dukun pandhito. Dukun pandhito lah yang melakukan sesaji dan membaca mantra mantra saat upacara adat berlangsung. Kepala desa bapak sumartono juga membicarakan mengenai pekerjaan apa saja yang dilakukan oleh masyarakat tengger masyarakat tengger mempunyai pekerjaan utama yaitu sebagai petani, mereka biasanya menanam kentang, kobis, brambang, wortel dan kacang-kacangan. Tetapi 60% masyarakat tengger menanam kentang sedangkan sisanya menanam tanaman-tanaman tersebut. selain pekerjaan utama mereka sebagai petani masyarakat suku tengger juga banyak yang bekerja di tempat wisata gunung bromo mereka pada umumnya bekerja sebagai penyewa jeep, ojek, penyewa kuda, penjual pakaian hangat (sarung tangan, penutup kepala, kaos kaki), menyewakan pakaian hangat. Selain dua pekerjaan tersebut masyarakat tengger juga ada yang bekerja sebagai pedagang karena mereka menjual hasil panen mereka ke pemborong dan biasanya pemborong tersebut datang langsung ke desa ngadas untuk membeli panen yang dohasilkan oleh masyarakat tengger. Sistem organisasi masyarakat yang tengger mengenai pekerjaan sudah sangat bagus, mereka mendirikan paguyuban jeep dan ojek supaya mereka mendapat pekerjaan yang merata. Dan akhirnya bapak sumartono sebagai kepala desa ngadas pun telah selesai menyampaikan beberapa informasi mengenai suku tengger yang berada di desa ngadas. Dan acara pun dilanjutkan dengan informan kedua yaitu bapak sasmito sebagai dukun pandhito desa ngadas beliau menyampaikan bahwa walaupun desa ngadas dan desa di sebelahnya berbeda keyakinan yaitu agama islam dan agama hindu mereka tetep saling menghormati dan toleransi antar umat beragama sangat tinggi. Pada saat hari raya taro masyrakat dari desa di sebelah ngadas pun menerima kunjungan dari masyarakat desa ngadas untuk sekedar saling menjaga silaturahmi. Hal tersebut adalah salah satu sifat positif yang ditunjukkan oleh masyarakat ngadas dan sekitarnya. Pak sasmito juga menjelaskan banyak sekali upacara-upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat ngadas, upacara yang dilakukan adalah upacara yang berkaitan dengan upacara adat agama hindu karena memang 99% masyarakat desa ngadas beragama hindu. Mungkin hanya itu yang disampaikan oleh bapak sasmito sebagai dukun pandhito desa ngadas. Acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dibuka oleh moderator yaitu bapak mulyono. Beberapa pertanyaan pun telah diberikan oleh beberapa teman saya seperti dari sudi didi wahyono ia menanyakan bahwa dahulu masyarakat ngadas mempunyai filsafat ilmu, apakah sekarang filsafat ilmu itu masih ada di dalam masyarakat ngadas?. Pertanyaan dari sudi didi wahyono pun langsung dijawab oleh bapak sasmito sebagai dukun pandhito desa ngadas. Ia menjawab mungkin memang dahulu pendahulu kami mengajarkan filsafat ilmu tersebut, kami masyarakat ngadas adalah masyarakat yang selalu melestarikan peninggalan nenek moyang kami jadi filsafat ilmu tersebut tentu saja masih kami lestarikan. Setelah itu beberapa pertnayaan lagi pun muncul salah satunya adalah apakah masyarakat hindu di ngadas mengenal adanya khasta seperti hindu di bali. Bapak sasmito pun menjawab kembali beliau menenrangkan kepada kami bahwa masyarakat hindu di tengger tidak mengenal khasta, supaya kami semua sederajat tidak ada yang di atas dan tidak ada yang di bawah. Setelah beberapa pertanyaan akhirnya waktu telah menunjukkan puluk 01.00 dan akhirnya acara pun ditutup oleh bapak mulyono sebagai moderator. Dan akhirnya kami dipersilahkan meninggalkan balai desa dan menuju ke tempat makan untuk mengisi perut kami yang sudah keroncongan. Tetapi untuk kelompok saya memutuskan untuk kumpul sebentar untuk membahas beberapa pertanyaan yang akan kami berikan kepada informan, kami mendapat tema pariwisata di wilayah bromo dan di desa ngadas. Akhirnya kami memutuskan untuk membagi kelompok kedalam kelompok kecil dan berpasang pasangan, saya akhirnya bersama teman saya hendro untuk mencari beberapa informan dan bertanya mengenai home stay, peguyuban jeeb, dan kuda. Sebelum kami melakukan observasi kami makan siang terlebih dahulu dan menuju home stay untuk melakukan sholat dhuzur setelah itu kami mulai mengelilingi desa ngadas dan mencari informasi untuk beberapa pertanyaan kami. Setelah berjalan kurang lebih 10 menit akhirnya kami melihat seorang bapak yang sedang duduk di depan sebuah warung, akhirnya saya dan hendro pun mendatangi bapak tersebut dan memberikan beberapa pertanyaan. Pertama-tama kami berkenalan dengan bapak tersebut dan bapak tersebut bernama bapak kartono. Hendro pun mengajukan pertanyaan pertama, pak apakah masyarakat disini banyak yang bekerja di daerah gunung bromo, beliau pun menjawab oh sebagian besar dek disini bekerja di bromo tetapi pekerjaan utama meraka tetaplah sebagai petani kentang, kubis, kacang-kacangan dan lain-lain. Oh begitu ya pak jawab saya, mereka di bromo bekerja sebagai apa pak? Ya banyak bek ada yang menyewakan jeep, kuda, menjual atribut hangat (kaos kaki, kaos tangan, tutup kepala), menyewakan baju hangat dan sebagai ojek. Saya pun bertanya kembali pak disini ada beberapa home stay untuk wisatawan, nah kalo home stay tersebut disewa dimana orang yang punya home stay tersebut akan tinggal. Bapak kartono pun menjawab begini dek jika home stay tersebut disewakan kepada wisatawan pemilik home stay tersebut mempunyai tempat tinggal disamping home stay mereka. Oh ya pak disini kan rata-rata mempunya mobil jeep ya pak? Nah apakah semua orang pemilik jeep tersebut ikut dalam peguyuban jeep pak? Tentu saja mereka ikut dalam paguyuban jeep tersebut karena kalau mereka tidak ikut dalam paguyuban jeep mereka tidak diijinkan oleh koprasi untuk menganggkut wisatawan ke bromo mungkin istilahnya illegal. Akhirnya saya dan hendro pun melanjutkan perjalanan mencari nara sumber selanjutnya dan berpamitan kepada bapak kartono. Kami pun berjalan kembali sembari ngobrol-ngobrol mengenai beberapa pertanyaan selanjutnya yang akan kami berikan kepada informan selanjutnya yang akan kami jumpai, setelah beberapa saat kami melihat dua orang ibu-ibu yang sedang mengendong anak mereka di depan rumah mereka. Saya dan hendro pun akhirnya mendatangi ibu-ibu tersebut dan mengajukan beberapa pertanyaan. Jawaban ibu-ibu tersebut pun tidak berbeda jauh dengan bapak kartono infirman pertama kami dan akhirnya kami memutuskan untuk kembali berkumpul kelompok untuk mempersiapkan presentasi yang akan dilakukan malam harinya. Jam menunjukkan pukul 0400 wib kami pun di persilakan untuk kembali ke home stay masing-masing sedang tugas membuat power point untuk presentasi akan dibuat oleh ade putri royani salah satu anggota kelompok kami. saya pun kembali ke home stay. Sesampainya di home stay ternyata sudah banyak teman-teman disana kami pun bercerita mengenai observasi kami masing-masing sembari membuat the untuk pelepas dahaga. Setelah kurang lebih 1 jam kami ngobrol akhirnya capek juga kami langsung mandi karena pada pukul 07.00 akan ada makan malan dan dilanjutkan presentasi kelompok hasil observasi pertama, disini dosen akan memberikan beberapa saran yang akan membantu mempermudah kami dalam observasi selanjutnya dan memberikan beberapa fokus-fokus tertentu. Waktu pun telan menunjukkan pukul 05.30 kami pun begegas menuju tempat makan untuk menikmati makan malam, jarak antara home stay kami ke temmpat makan lumaya jauh dan jalanya pun cenderung tanjakan kira-kira membutuhkan waktu 10 menit dengan jalan kaki untuk mencapai tempat makan. Akhirnya kami sampai di tempat makan dan menikmati sajian makan malam kami. Setelah itu kami menuju ke balai desa untuk melakukan presentasi hasil observasi pertama yang kami lakukakan di desa ngadas. Kami seluruh mahasiswa sosiologi dan antropologi unnes terbagi memjadi 13 kelompok dan dengan tema yang berbeda-beda. Satu persatu kelompok pun mempresentasikan hasil observasi mereka dan kami mendapat urutan no 5 dalam melakukan presentasi. Ade putri dan hendro pun menjadi perwakilan kelompok kami untuk melakukan presentasi. Dan setelah selesai membacakan presentasi ternyata masih banyak sekali masukan-masukan yang diberikan oleh dosen-dosen dan kami mengganggap itu sebagai tantangan baru untuk mencari informasi lebih lanjut dan kami juga memutuskan untuk mencari informasi tambahan esok harinya. Presentasi pun dilanjutkan oleh kelompok berikutnya tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 dan presentasi pun belum selesai. Setengah dari teman-teman saya pun sudah tidak kuat menahan kantuk dan akhirnya mereka pun tertidur. Dan presentasi akhirnya ditutup dengan kelompok terakhir yaitu kelompok etnografi. Presentasi pun akhirnya selesai pada pukul 12.15. setelah presentasi kami pun dipersilahkan meninggalkan balai desa ngadas dan langsung menuju home stay. Teman-teman home stay saya pun bergegas menuju home stay dan hal yang diinginkan pun terjadi kunci home stay kami dibawa oleh dedy arif setiawan, sedangkan dia masih di balai desa untuk mengurusi seorang yang sakit karena kedinginan. Akhirnya setelah kira-kira 10 menit dia datang dengan membawa kunci home stay kami. Entah mengapa pada saat presentasi di balai desa ngadas terasa kantuk yang sangat tetapi sewaktu tiba di home stay kantuk pun seperti hilang entah kemana. Akhirnya saya merebus air untuk membuat teh. Setalah airnya mendidih saya pun membuat teh lalu membawanya kedepan tv. Ternyata teman-teman saya sedang asik bermain kartu remi. Saya pun ikut bermain mereka membuat peraturan jika ada yang kalah mukanya diolesi bedak. Sambil nonton tv dan menikmati secangkir saya pun main kartu bersama teman-teman. Dan tak terasa jam sudah menunjukan pukul 02.00 wib kami pun memutuskan untuk tidur walaupun satu temanku andre masih ingin melihat sepak bolan antara menchester united melawan bayern munchen. Matahari pagi pun membangunkanku dari tidur nyenyak ku kulihat jam ternyata sudah jam 06.00. teman-teman satu home stay sedang antri untuk mandi karena nandi pada pukul 07.00 ada acara makan bersama dan dilanjutkan dengan observasi kedua. Saya pun bergegas ke kamar mandi melakukan kegiatan seperti biasanya mandi, sikat gigi, dan lain-lain. Setelah itu saya bersiap-siap untuk melakukan observasi kedua. Dan kami satu home stay pun sudah siap untuk menuju tempat makan untuk makan pagi, secara bersama-sama kami pun menuju tempat makan. Dan akhirnya kami sampai di tempat makan dan makan bersama-sama setelah itu kami melakukan observasi kedua. Saya dan hendro pun bergegas melakukan observasi kedua dan hendro mengajak saya untuk menuju ke tempat kepala desa ngadas yaitu bapak sumartono. Setelah bertanya kepada salah seorang warga akhirnya kami menemukan rumah bapak sumartono. Kami pun langsung masuk kedalam rumah bapak sumartono dan ternyata disana sudah ada kelompok teman kami yaitu kelompoknya nurul arifin dan kawan-kawan. Saya dan hendro pun harus sabar menunggu kelompok pipin selesai. Setelah beberapa saat teman satu kelompok kami ade putri pun menyusul ke rumah bapak sumartono bersamaan dengan itu akhirnya kelompoknya nurul arifin telah selesai dalam melakukan wawancara kepada bapak sumartono. Akhirnya kami kelompok kami pun memberikan beberpaa pertanyaan kepada bapak kepala desa. Dan kami pun memdapatkan beberapa informasi yang kami butuhkan anatara lain. Tenyata paguyuban jeep yang didirikan oleh kelompok di daerah bromo membutuhkan waktu 4 tahun karena perbedaan pendapat. Dan memang masyarakat ngadas menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian dengan penghasilan 2juta/bulan. Kami pun melanjutkan pertanyaan kami, pertanyaan kami adalah bagaimana penduduk desa membangun home stay yang lumayan bagus sedangkan penghasilan mereka Cuma 2 juta per bulan. Bapak sumartono pun menjawab memang kami membangun home stay atau membeli jeep dari hasil pertanian kami sehari-hari. dan karena waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 dan itu artinya waktu untuk meninggalkan desa ngadas kami pun berpamitan kepada bapak sumartono dan langsung menuju ke balai desa ngadas untuk melakukan penutupan KLB.

1 comments

    • reza on November 19, 2015 at 1:44 am
      Author
    • Reply

    lumayan dapat menggambarkan masyarakat yang hidup di sekitar bromo (keren)

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: