Merangkul Kawan lewat Diplomasi Beladiri

Olivier W9 010

Selasa (11/10/16) sore saya menepati janji untuk mengajak Olivier Duhouvre dan Patricia, dua warga Perancis yang tengah bertugas di Semarang, berkunjung ke padepokan silat. Setelah melalui lobby singkat akhirnya Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) UIN Walisanga Semarang berkenan menerima kunjungan kami. Dalam kunjungan singkatnya, Olivier yang pelatih bela diri Sambo ini, ingin mengenal lebih dekat pencak silat. Ia juga ingin membagi trik ilmu Sambo yang mirip-mirip Judo itu.

Kami sampai di Kampus 3 UIN pukul 3 sore kurang sepuluh. Setelah bertanya beberapa mahasiswa, sampailah kami di deretan gedung paling belakang yang tampak sudah usang, dan kurang terawat, layaknya gedung-gedung organisasi kemahasiswaan di sini. Jalan menuju ke sanapun agak becek dan letak bangunannya sedikit di bawah halaman. Harus meniti papan menuruni lantai agar sampai di Training Center perkumpulan silat itu.

Sesampainya di tempat latihan, saya clingak-clinguk mencari personilnya. Oh rupanya ada Mas Zamroni Mahasiswa Semester akhir di UIN W9. Rupanya dia dikabari seniornya, Mas Amir Mahmud yang saya tahu juga lewat blog PSHT. Kami disambut ala lesehan dengan menu jajanan ala kadar. Satu per satu anggota datang, semuanya mahasiswa. Beberapa pendekar perempuan juga meluangkan waktu hadir. Meski dengan kesederhanaan mahasiswa, suasana akrab segera terbangun lewat komunikasi berperantara. Saya menerjemahkan bolak-balik Prancis-Indonesia.

Zamroni lalu mengomando adik-adik perguruannya untuk memulai latihan bersama. Diawali berdoa, lari pemanasan keliling kampus, peregangan lalu diikuti peragaan silat sendiri, berpasangan, baik tangan kosong maupun dengan senjata. Olivier juga memeragakan setelahnya beberapa teknik Sambo yang digunakan dalam kategori pertandingan. Sesi menarik berikutnya adalah duel gulat dengan memeragakan teknik Sambo. Zamroni yang bertubuh gempal tertantang melayani ajakan Oliveir. Maka pertarungan itu terjadilah.

Teknik silat kripen yang dimainkan Zam dilayani dengan Sambo Olivier. Keduanya sama kuat karena sama-sama memiting, mengunci. Sorak sorai penonton menyemangati keduanya. Sepuluh menit berlalu dengan 3 ronde yang melelahkan. Keringat mengucur dari kaos yang mereka pakai. Namun senyum keduanya mengakhiri pertandingan itu dengan kesan manis.

Dua jam yang lalu Olivier bukan siapa-siapa bagi Zam dkk. Namun dengan diplomasi beladiri ia bisa menambah kawan baru. Kesan yang indah ditorehkan dalam kunjungan itu. Olivier mengakui bahwa olah raga mampu menyatukan berbagai lintas perbedaan, suku, bangsa, dan kepercayaan.

Saya berpikir mengapa anak muda kurang menyukai silat padahal orang luar saja tertarik mempelajarinya.  Kalau saja silat ini lebih digemari anak muda, tentu saja dengan sentuhan modern dan brand ambassador yang tepat, jualan ini bisa dibawa ke luar negeri. Lalu melalui diplomasi silat kita akan lebih diterima dunia (Udonk)

About udonk chefudonk

Penulis aktif sebagai pengajar Bahasa Perancis di Fakultas Bahasa dan Seni Unnes. Ikut aktif membina kegiatan mahasiswa melalui program kreativitas mahasiswa serta membuka ruang bagi diskusi bahasa dan budaya mahasiswa. Ia juga dipercaya sebagai Ketua Perhimpunan Pengajar Bahasa Perancis Jawa Tengah periode 2012 --2016.
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: