Power of Kepepet

Kalau urusan sudah mendekati tenggat waktu tidak mengapa energi saya berlipat ganda bahkan dituntut mikir yang rumit pun otak dengan trengginas meniyakan. Inikah yang dinamakan the Power of Kepepet. Kalau dalam istilah Baratnya Procrastination, yakni menunda suatu pekerjaan sampai batas tertentu. Alasan penundaan ini bermacam-macam: Ada karena mencari kesempurnaan (Padahaltidak bakal terjadi). Ada pula karena alasan masih ada waktu dan cenderung menyepelekan urusan. Misalnya tenggat pengiriman abstrak makalah masih sebulan, saya akan menganggap itu masih kurang dari setahun. Lalu saat di penghujung bulan mulailah kelabakan untuk segera menyusun abstrak.

Itulah suasana yang terus berulang dan tanpa disadari saya menjadi penunda sejati. Sebenarnya kalau melihat dari sejarah manusia saya harusnya menghindari kata menunda. Masih ingatkah pada cerita Iblis yang dikutuk Tuhan karena tidak mau menyembah Adam. Meskipun ada saja pembela Iblis yang menyatakan, lho dia itu tidak mau menyembah selain Tuhan. Berarti Imannya hebat. Memang ada yang berkata demikian. Tapi ini kan yang memerintahkan Tuhan. Berani mengolak akibatnya dilaknat. Ia dilaknat bakal menghuni neraka sebagai hamba yang sesat. Tapi ia mengajukan hak istimewa untuk menggoda anak Adam sambil minta diTANGGUHKAN kematiannya. Iblis diberi hak menyesatkan anak Adam dan ditunda kematiannya. Inilah asal muasal penundaan pertama yang dicetuskan dalam sejarah awal manusia. Jadi takutlah (saya) sebenarnya kalau masih suka menunda pekerjaan. Bukankah itu sama dengan sifat Iblis?

Catatan Kantong

Kembali kepada energi yang berlipat di akhir tenggat, sebenarnya ada satu cara untuk mengatasinya agar pekerjaan bisa selesai tepat waktu dan mengantisipasi kalau-kalau di akhir waktu yang ditentukan malah kesehatan atau kesempatan tidak mendukung. Dulu saya suka sekali menulis daftar kerjaan yang harus diselesaikan hari itu. YA CUKUP HARI ITU. Seluruh rencana dicatat dalam kertas yang dapat dilipat dikantong. Tiap selesai kerja diberi tanda silang di depan daftarnya. Tak dinyana ternyata cara tersebut lebih efektif dari pada menulis di buku agenda kerja. Sebab kalau mau nulis di buku agenda mesti suasana hatinya menganggap serius. Salah satu upaya agar otak tidak terbebani kerja serius mencatat adalah mencatat di kertas terpisah dan bisa dibawa kemana-mana.

Lalu sebagai akhir hari, biasanya menjelang akhir daur hidup hari itu saya rebah di kasur dan memutar kembali memori hari itu dengan 2 metode. Pertama mengurutkan mundur dari kondisi sekarang (waktu berbaring) sampai bangun pagi. Setelah itu saya urutkan kembali dari bangun tidur sampai menjelang tidur ini. Di akhir sesi saya mengucapkan sukur kepada Tuhan atas pemberiannya yang melimpah di hari itu (Udonk99).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

About udonk chefudonk

Penulis aktif sebagai pengajar Bahasa Perancis di Fakultas Bahasa dan Seni Unnes. Ikut aktif membina kegiatan mahasiswa melalui program kreativitas mahasiswa serta membuka ruang bagi diskusi bahasa dan budaya mahasiswa. Ia juga dipercaya sebagai Ketua Perhimpunan Pengajar Bahasa Perancis Jawa Tengah periode 2012 --2016.
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: