Balada Nasi Goyeng

Ada lelucon tentang seorang anak yang celat, tak bisa mengucapkan huruf R dengan tepat tapi cenderung ke Y. Nah, anak ini diisengin seorang pedagang nasi goreng keliling di perumahannya. Kita cek di TKP yuk

Otong: Man, beli nasi goyeng satu.

Mang Tarno : Di sini ga ada nasi goyek dik, adanya nasi goRRRReng

Otong: Iya maksudnya itu

Mang Tarno: Itu yang mana Nasi Goyeng atau Gorrreng?

Otong: Ya itu … nasi go… (mulai panik dia) ….go …yeeeeng.

Mang Tarno : Yah kan … kalo nasi goyeng nggak jual. Sana belajar mengucapkan R dulu baru bisa beli nasi goRRReng.

Otong: Ohh… asem ik… maksudku ya gitu Mang

Mang Tarno : Sudah belajar dulu

Otong: Oke… tunggu besok aku kembali lagi

Lalu dengan dendam membara ala film Barry Prima, Otong bekerja keras seharian guna bisa mengucapkan NASI GORRRENG dengan tepat. “Eureka…,” seru Otong meneriakkan penemuan terbesar sepanjang usia belianya. “Aku sudah bisa sekarang.”

Keesokan harinya Otong sudah mejeng di depan rumah menunggu tukang nasi goreng langganannya.

Otong: Stop Mang… stop. Aku sekarang bisa mengucapkan dengan benar NASI GORENG. Sekarang tolong buatkan satu ya, jangan pedes.

Mang Tarno : Wah … hebat kamu Tong. Coba ulangi biar aku yakin

Otong: Nasi GORRRENG.

Mang Tarno : Oke percaya deh sekarang. Nasi Goreng siap dimasak. oh ya nanti mau minum apa?

Otong: ES JEYUK …. blaik ….

Mang Tarno : Hahahaha gagal maning son

Pembiasaan Hal Baik

Moral ceritanya apa Pak? Saya melihat kasus Otong ini sebagai gejala pembiasaan yang buruk keluarga kepada anak. Biasanya kita lihat orang tua ini menirukan bahasa anak sampai ke pengucapannya juga. Si ayah ibu atau nenek atau pengasuh ini membahasakan ucapannya dengan cara celat yang dianggap biar mendekati sifat alami anak. Padahal anak akan merekam sebagai satu kebenaran. Jadi anak mempersepsi bunyi yang didengar sebagai acuan. Hasilnya ya anak akan menjadi celat. Lain halnya kalau pengasuh (dalam arti luas) mengucapkan kata dan kalimat sesuai dengan ucapannya. Anak akan terbiasa mendengar bunyi yang benar sehingga yang dicerna dan dihasilkan juga akan benar. Memang tidak bisa diingkari pertumbuhan organ pengucapan anak juga menentukan bunyi huruf yang dihasilkan. Pertumbuhan gigi, pita suara, mendukung produksi bunyi. Nah, pertumbuhan ini akan semakin maksimal bila asupan dengaran (audio) yang biasa diterima juga benar.

Dus, hal baik memang harus dibiasakan agar menjadi kebiasaan yang otomatis dan sebaliknya hal buruk memang harusnya jangan dibiasakan. Makanya ada acuan bagi muslim jika melakukan keburukan sebisa mungkin ia segera menggantinya dengan kebaikan agar ia tidak menjadi otomatis di otak. Dan pembiasaan kebaikan itu dimulai dengan memilih hal yang positif. Ingat bahwa otak hanya bisa memproses satu pikiran (thought) dalam satu waktu, sehingga mengarahkan pikiran pada hal positif akan mengarahkan pada ucapan yang baik. Ucapan yang baik akan berakibat pada perilaku yang baik dan pengulangan perilaku yang baik menjadi karakter seseorang (Udonk99).

About udonk chefudonk

Penulis aktif sebagai pengajar Bahasa Perancis di Fakultas Bahasa dan Seni Unnes. Ikut aktif membina kegiatan mahasiswa melalui program kreativitas mahasiswa serta membuka ruang bagi diskusi bahasa dan budaya mahasiswa. Ia juga dipercaya sebagai Ketua Perhimpunan Pengajar Bahasa Perancis Jawa Tengah periode 2012 --2016.
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: