images (13)

1. Pengertian dan Bentuk-bentuk Integrasi Sosial
1.1 Pengertian
Secara etimologi, istilah integrasi berasal dari bahasa Latin integer, integra, integrum yang berarti utuh, seluruhnya, lengkap, genap, komplit, bulat, tidak kena luka, tidak dirusakkan (K. Prent, 1969: 450). Integrasi sosial berarti kondisi kemasyarakatan yang ditandai oleh adanya keutuhan antaranggota masyarakat. Istilah lain yang sering digunakan untuk menunjuk pada kondisi semacam itu adalah kohesi sosial, keseimbangan sosial, atau harmoni sosial.
Ada banyak definisi mengenai integrasi sosial pada tingkat masyarakat makro. Beberapa dari antara definisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa (Howard Wrigins).
b. Proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan kelompok sosial ke dalam satu kesatuan wilayah dan dalam pembentukan suatu identitas nasional. Jadi integrasi bangsa khususnya menunjuk pada masalah membangun rasa kebangsaan dalam suatu wilayah dengan menghapuskan kesetiaan-kesetiaan picik pada ikatan-ikatan yang lebih sempit (Myron Weyner).
c. Suatu kondisi kesatuan hidup bersama dari aneka satuan sistem sosial budaya, kelompok-kelompok etnis dan kemasyarakatan, untuk berinteraksi dan bekerja sama, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma dasar bersama guna mewujudkan fungsi sosial-budaya yang lebih maju, tanpa mengorbankan ciri-ciri kebhinekaan yang ada (Hendro Puspito).
1.2 Bentuk-bentuk Integrasi Sosial
Masalah integrasi sosial muncul berkenaan dengan adanya kenyataan kemajemukan masyarakat. Menurut Piere L. Van den Berghe (Ritzer, 1992; Nasikun, 1992), masyarakat majemuk senantiasa memiliki ciri-ciri berikut:
• Adanya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok kebudayaan yang berbeda-beda.
• Memilki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer.
• Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai sosial fundamental.
• Relatif sering terjadi konflik antarkelompok.
• Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling ketergantungan ekonomi.
• Adanya dominasi satu kelompok terhadap kelompok yang lain.
Integrasi sosial terdiri dari dua bentuk, yaitu integrasi sosial vertikal dan integrasi sosial horizontal.
a. Integrasi Sosial Vertikal
Integrasi sosial vertikal merupakan upaya penciptaan kesatuan hidup bersama dalam masyarakat majemuk, yang terkait dengan kemajemukan vertikal. Adapun yang dimaksud kemajemukan vertikal adalah kondisi struktural sosial masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kepemilikan kekuasaan, pengetahuan dan kekayaan. Dengan demikian kemajemukan vertikal berkenaan dengan adanya polarisasi antara kelompok penguasa dan yang dikuasai, kelompok berpendidikan dan kurang berpendidikan, kelompok kaya dan miskin
b. Integrasi Sosial Horizontal
Integrasi sosial horizontal merupakan upaya penciptaan kesatuan hidup bersama dalam masyarakat majemuk, yang terkait dengan kemajemukan horizontal. Adapun yang dimaksud kemajemukan horizontal adalah kondisi struktur sosial masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan keragaman budaya (suku bangsa, daerah, agama, dan ras), keragaman sosial (perbedaan profesi dan pekerjaan) dan keragaman tempat tinggal (desa dan kota). Dengan kata lain. Kemajemukan horizontal adalah keragaman identitas dan karakteristik budaya kelompok masyarakat.
2. Cara Mewujudkan Integrasi Sosial
Integrasi sosial bertujuan untuk mewujudkan hal-hal berikut:
• Fungsionalisasi dan prestasi yang lebih tinggi. Artinya, melalui integrasi sosial dapat meningkatkan fungsi-fungsi dari berbagai kelompok sosial yang ada untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
• Mewujudkan interdependensi atau saling ketergantungan antara berbagai kelompok sosial yang ada.
• Mencegah dan mengelola konflik sehingga tidak merusakkan masyarakat.
Menurut teori fungsionalis-struktural, integrasi sosial diwujudkan dengan dua cara, yaitu:
• Menumbuhkan konsensus mengenai nilai-nilai sosial fundamental di antara anggota masyarakat, dan
• Menumbuhkan keanggotaan ganda (cross-cutting affiliations) dan kesetiaan ganda (cross-cutting loyalties) di antara anggota masyarakat.
Sedangkan menurut pandangan para penganut teori konflik, integrasi sosial perlu diwujudkan melalui dua cara, yaitu:
• Melalui penggunaan paksaan (koersi), terutama paksaan yang dilakukan oleh kelompok sosial dominan atas kelompok-kelompok sosial yang lain, dan
• Menciptakan saling ketergantungan (ekonomi) di antara berbagai kesatuan sosial yang ada.
Sumber: https://sosiopedia.wordpress.com/materi-2/kelas-xi/semester-i/konflik-sosial/

Leave a Reply