Materi Kelas XII SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Kearifan lokal dan pemberdayaan komunitas

A. PEMBERDAYAAN KOMUNITAS

Pemberdayaan menurut Robinson adalah suatu proses pribadi dan sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangkan menurut Hatu pemberdayaan komunitas adalah suatu proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial guna memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Contoh program pemberdayaan komunitas yang ada di masyarakat antara lain PNPM Mandiri, LSM, dan PLP-BK.

Pemberdayaan komunitas sejalan dengan konsep Community Development, yaitu: proses pembangunan jejaring interaksi dalam rangka meningkatkan kapasitas dari semua komunitas, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan pengembangan kualitas hidup masyarakat.

Terdapat dua macam pemberdayaan yaitu top-down dan bottom up. Top down ( kecenderungan primer ) ialah proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Bottom up (kecenderungan sekunder) ialah proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.

  1. Arah Pemberdayaan Komunitas

Pemberdayaan komunitas diarahkan untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, misalnya dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, pembukaan lapangan pekerjaan, pengentasan kemiskinan, sehingga kesenjangan sosial dapat diminimalkan.
Ciri-ciri warga masyarakat berdaya: 

  • Mampu memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)
  • Mampu mengarahkan dirinya sendiri
  • Memiliki kekuatan untuk berunding
  • Memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan
  • Bertanggungjawab atas tindakannya.

Masyarakat berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham, termotivasi, berkesempatan, memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternatif, mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan mampu bertindak sesuai dengan situasi.

  1. Tujuan dan Pendekatan dalam Pemberdayaan Komunitas

Tujuan dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki.

Beberapa Kelebihan Pemberdayaan Komunitas:

  • Memudahkan dalam koordinasi antarindividu
  • Antarindividu dapat saling memberi semangat dan motivasi.
  • Mampu meningkatkan kesejahteraan dalam jangka waktu yang panjang dan berkelanjutan.
  • Mampu meningkatkan dan memperbaiki kehidupan masyarakat dan kelompok baik di bidang ekonomi maupun sosial.
  • Penggunaan sumber daya alam dan potensi yang ada lebih efektif dan efisien.

Beberapa Kekurangan Pemberdayaan Komunitas:

  • Sering terjadi perbedaan pendapat antara satu orang dengan orang yang lain, sehingga muncul konflik baru.
  • Tingkat partisipasi setiap individu berbeda-beda, sehingga menghambat pembangunan.
  • Tingkat sumber daya manusia berbeda-beda
  • Kurangnya kemampuan masyarakat dalam berkreasi dan kurangnya kapasitas secara kritis dan logis.
  • Kegiatan pemberdayaan selama ini ditujukan pada masyarakat lokal dan permasalahan sosial saja, dan lain-lain

B. KONSEP KEARIFAN LOKAL

Kearifan lokal ialah suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup; pandangan hidup (way of life) yang mengakomodasi kebijakan (wisdom) dan kearifan hidup.
Kearifan lokal itu tidak hanya berlaku secara lokal pada budaya atau etnik tertentu, tetapi dapat dikatakan bersifat lintas budaya atau lintas etnik sehingga membentuk nilai budaya yang bersifat nasional. Contohnya hampir di setiap budaya lokal di Nusantara dikenal kearifan lokal yang mengajarkan gotong royong, toleransi, etos kerja, dan seterusnya.

Kelangsungan kearifan lokal tercermin pada nilai-nilai yang berlaku pada sekelompok masyarakat tertentu dan akan menyatu dengan kelompok masyarakat serta dapat diamati melalui sikap dan tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Di Indonesia,  kearifan lokal adalah filosofi dan pandangan hidup yang mewujud dalam berbagai bidang kehidupan antara lain tata nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya. Contohnya kearifan lokal yang bertumpu pada keselarasan alam telah menghasilkan pendopo dalam arsitektur Jawa. Pendopo dengan konsep ruang terbuka menjamin ventilasi dan sirkulasi udara yang lancar tanpa perlu penyejuk udara.

Pemberdayaan Komunitas dalam Masalah Sosial berdasarkan Kearifan Lokal

Walaupun ada upaya pewarisan kearifan lokal dari generasi ke generasi, akan tetapi tidak ada jaminan bahwa kearifan lokal akan tetap kukuh menghadapi globalisasi yang menawarkan gaya hidup yang makin pragmatis dan konsumtif. Kearifan lokal yang sarat kebijakan dan filosofi hidup nyaris tidak terimplementasikan dalam kehidupan masyarakat. Kearifan lokal dari masing-masing daerah memiliki sifat kedinamisan yang berbeda dalam menghadapi pengaruh dari luar. Banyak manfaat yang diperoleh dari luar, namun dampak buruk yang ditimbulkan juga besar. Contohya ialah munculnya masalah sosial seperti kenakalan remaja, perubahan kehidupan sosial, perubahan kondisi lingkungan, dan ketimpangan sosial.

Masalah sosial yang ada di masyarakat dapat menimbulkan ketimpangan sosial, sehingga diperlukan upaya untuk mengatasinya.Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberdayakan komunitas berbasis kearifan lokal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan komunitas asli:

  • Menghormati dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
  • Komitmen global terhadap pembangunan sosial masyarakat adat sesuai dengan konversi yang diselenggarakan oleh ILO
  • Isu pelestarian lingkungan dan menghindari keterdesakan komunitas asli dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.
  • Meniadakan marginalisasi masyarakat asli dalam pembangunan nasional.
  • Memperkuat nilai-nilai kearifan masyarakat setempat dengan cara mengintegrasikannya dalam desain kebijakan dan program penanggulangan permasalahan sosial.

Daftar Pustaka

Sosiologi untuk SMA XII, Lia Candra Rufikasari, Mediatama

Yad Mulyadi dkk. 2013. Sosiologi SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Ulfah, Fitria Maria. “Materi Sosiologii Kelas XII : Kearifan lokal dan pemberdayaan komunitas.

”. 15 Desember2015. https://blog.unnes.ac.id/fitriamariahulfah/2015/12/14/materi-sosiologi-kelas-xii-kearifan-lokal-dan-pemberdayaan-komunitas/

Lanjutkan membaca

Materi Kelas XII SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Ketimpangan Sosial Sebagai Dampak Perubahan Sosial Di Tengah Globalisasi

A. Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial dapat diartikan sebagai adanya ketidakseimbangan atau jarak yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yang disebabkan adanya perbedaan status sosial, ekonomi, ataupun budaya. Ketimpangan sosial dapat disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat, sehingga mencegah dan menghalangi seseorang untuk memanfaatkan akses atau kesempatan-kesempatan yang tersedia. Dua faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Faktor Internal
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang. Rendahnya kualitas sumber daya manusia disebabkan oleh tingkat pendidikan/keterampilan ataupun kesehatan yang rendah, serta adanya hambatan budaya (budaya kemiskinan).

2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar kemampuan seseorang. Hal ini dapat terjadi karena birokrasi atau ada pelaturan-pelaturan resmi (kebijakan), sehingga dapat memperkecil akses seseorang untuk memanfaatkan kesempatan dan peluang yang tersedia. Dengan kata lain ketimpangan sosial tersebut diakibatkan oleh hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan struktural. Hal tersebut merupakan salah satu penyebab munculnya kemiskinan struktural.

Lanjutkan membaca

Materi Kelas XII SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal

Pengertian Modernisasi
Kata modernisasi dengan kata dasar modern berasal dari bahasa latin modernus yang dibentuk dari kata modo dan ernus. Modo berarti cara dan ernus menunjuk pada adanya periode waktu masa kini. Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat modern. Menurut Koentjaraningrat mendefinisikan modernisasi sebagai usaha untuk hidup sesuai dengan zaman dan keadaan dunia sekarang. Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang biasanya terarah dan didasarkan pada suatu perencanaan (social planning).

Ciri Manusia Modern
Menurut Alex Inkeles, terdapat 9 ciri manusia modern
1. Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka untuk perubahan
2. Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar lingkungannya, serta dapat bersikap demokratis
3. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan daripada masa lalu
4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian
5. Percaya diri
6. Perhitungan
7. Menghargai harkat hidup manusia lain
8. Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi
9. Menjungjung tinggi sikap dimana imbalan yang diterima seseorang harus sesuai dengan prestasinya dalam masyarakat

Lanjutkan membaca

Materi Kelas XII SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Perubahan Sosial dan Dampaknya

  • Pengertian Perubahan Sosial

Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi di masyarakat meliputi perubahan norma-norma sosial, pola-pola sosial, interaksi sosial, pola perilaku, organisasi sosial, lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan masyarakat, serta susunan kekuasaan dan wewenang. Kingsley Davis mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya, yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, bahkan perubahan dalam bentuk serta aturan organisasi sosial.

Perubahan sosial dapat berupa kemajuan (progress) atau kemunduran (regress). Kemajuan (progress) terjadi apabila perubahan yang ada mampu menciptakan kemudahan bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan disini diartikan sebagai proses pembangunan masyarakat kearah yang lebih baik. Perubahan yang ada dikatakan berupa kemunduran (regress) apabila perubahan yang terjadi dalam masyarakat pada aspek tertentu membawa pengaruh yang kurang menguntungkan.

  • Teori Utama Pola Perubahan Sosial

Perubahan sosial yang ada akan selalu mengikuti suatu pola dan arah tertentu, menurut Robert H. Lauler terdapat dua teori utama pola perubahan sosial, yaitu :

  1. Teori Siklus

Melihat perubahan sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Apa yang terjadi sekarang pada dasarnya memiliki kesamaan atau kemiripan dengan yang telah terjadi sebelumnya. Pola perubahan siklus adalah pola perubahan yang menyerupai spiral.

2. Teori Perkembangan

Penganut teori ini percaya bahwa perubahan dapat diarahkan ke titik tujuan tertentu, seperti perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kompleks. Teori ini dikenal dengan teori perkembangan atau linier. Teori perkembangan dibagi menjadi dua, yaitu teori evolusi dan teori revolusi.

BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL

  • Perubahan Lambat (Evolusi)

Perubahan secara lambat memerlukan waktu yang lama. Bisaanya perubahan ini merupakan rentetan-rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti secara lambat. Proses perubahan seperti ini dinamakan evolusi. Evolusi terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau kehendak tertentu.

  • Perubahan Cepat (Revolusi)

Berlangsung cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran cepat tidaknya revolusi relative karena revolusipun dapat memakan waktu lama.

  • Perubahan Kecil

Adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat.

  • Perubahan Besar

Adalah perubahan yang berpengaruh terhadap masyarakat dan lembaga-lembaganya, seperti sistem kerja, hak milik tanah, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat.

  • Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan
    Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau direncanakan (palnned change) merupakan perubahan yang diperkirakan atau yang direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan ini dinamakan pelaku perubahan (agent of change)
  • Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan
    Perubahan sosial yang tidak dikehendaki (unintended change) atau tidak direncanakan (unplanned change) merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat atau kemampuan manusia. Perubahan ini dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masyarakat.

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PERUBAHAN SOSIAL

  • Faktor Pendorong

1. kontak Dengan Kebudayaan Lain.

Salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu kepada individu lain, dan dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dengan proses ini manusia mampu menghimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan.

2. Sistem Pendidikan Formal Yang Maju

Pendidikan mengajarkan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru dan juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah.

3. Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang Dan Keinginan-Keinginan Untuk Maju

Apabila sikap ini melembaga dalam masyarakat, masyarakat merupakan pendorong bagi usaha-usaha penemuan baru.

  • Faktor PenghambatKurangnya Hubungan Dengan Masyarakat Lain
  1. Kurangnya Hubungan Dengan Masyarakat Lain.
  2.  Perkembangan Ilmu Pengetahuan Yang Lambat.
  3.  Adat atau Istiadat.

AKIBAT PERUBAHAN SOSIAL

  • Dampak Positif
  1. Semakin Rekatnya Integrasi Dalam Masyarakat.
  2. Dapat mengadopsi unsur-Unsur Kebudayaan Dari Masyarakat Luar.
  3. Dapat Merubah Pandangan Masyarakat Yang Kurang Sesuai Dengan Perkembangan Zaman.
  4. Terjadinya Modernisasi di Berbagai Bidang.
  • Dampak negatif
  1. Terjadinya Ketertinggalan Budaya (Cultural Lag).
  2. Terjadinya Disorganisasi Sosial.
  3. Menurunnya Rasa Solidaritas Sosial dan Toleransi

Daftar Pustaka

Elisanti, Titin Rostini. 2009. Sosiologi 3 : untuk SMA / MA Kelas XII IPS. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Soerjono soekanto.2012.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta:Rajawali Pers

Maryati, Kun dan Juju Suryati.2012.Sosiologi: Untuk SMA/MA Kelas XII.Jakarta:Eksis Erlangga

Hayati, Qudwah . “Materi Sosiologi Kelas XII Bab 1: Perubahan Sosial dan Dampaknya”. 15 Desember 2015. https://blog.unnes.ac.id/qudwahhayati/2015/12/15/materi-sosiologi-kelas-xii-bab-1-perubahan-sosial-dan-dampaknya/

Materi Kelas XI SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Integrasi Dan Reintegrasi Sosial Sebagai Upaya Pemecahan Masalah Konflik Dan Kekerasan

Pengertian Integrasi Sosial

Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma.

Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkof, syarat terwujudnya integrasi sosial adalah sebagaiberikut:
1. Anggota-anggota masyarakat merasa berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan di antara mereka
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma dan nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam hal-hal yang dilarang menurut kebudayaan
3. Norma-norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijadikan secara konsisten oleh seluruh anggota masyarakat.

Lanjutkan membaca

Materi Kelas XI SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Konflik, Kekerasan, Dan Upaya Penyelesaiannya

Di masyarakat kita dewasa ini, konflik seakan-akan sudah menjadi hal yang biasa terjadi. Mulai dari konflik politik, ekonomi, berbagai aksi pengeboman yang di lakukan oleh para teroris, bahkan konflik yang berbau SARA, seperti yang terjadi di Ambon, Poso, Sampit, Sambas, dan juga konflik antarsuku di Timika, Papua, yang dapat kamu amati pada gambar di atas. Berbagai konflik yang terjadi di masyarakat dapat merusak tatanan struktur sosial yang telah ada dan dapat mengancam jalinan integrasi yang selama ini dibangun dengan landasan Bhinneka Tunggal Ika.

Menurutmu, faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pemicu atau penyebab munculnya konflik sosial dalam masyarakat? Nah, pada bab ini kamu akan belajar mengenai faktor-faktor tersebut dan diharapkan setelah mempelajari bab ini kamu mampu menyikapi konflik sebagai gejala sosial yang wajar dalam masyarakat serta dapat mengarahkannya ke hal-hal yang positif.

Kita tahu bahwa masyarakat kita adalah masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat, agama, dan bahasa daerah. Keberagaman itu harusnya kita pelihara dan senantiasa dijaga dengan sebaik-baiknya agar menghasilkan sesuatu yang positif, yaitu terciptanya integrasi sosial. Adapun caranya dengan saling menghormati dan

menghargai perbedaan-perbedaan itu. Namun demikian, tidak jarang perbedaan-perbedaan itu menimbulkan pertentanganpertentangan yang pada akhirnya melahirkan konflik dalam

masyarakat. Tentunya kamu tidak asing dengan istilah konflik, bukan? Sebuah istilah yang terkadang membuat kita sedikit takut, penasaran, dan ragu. Apakah konflik itu? Apakah

penyebab dan akibat yang muncul dengan adanya konflik? Dan bagaimana cara menyelesaikan konflik dalam masyarakat? Mari, kita bahas bersama pada bab ini

 

Pengertian Konflik

Pada saat kelas X, pernah disinggung mengenai konflik bukan? Masih ingatkah kamu dengan konflik dan mengapa konflik itu dapat terjadi dalam masyarakat? Dalam interaksi sosial, tidak jarang terjadi benturan antarkepentingan yang melingkupi tiap individu. Karena individu memiliki pendapat, keinginan, bahkan kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga sangat memungkinkan ada pihak yang tidak menerima adanya perbedaan tersebut dan terjadilah benturan itu. Kehidupan manusia di muka bumi ini, baik perorangan maupun kelompok berbeda-beda. Apabila perbedaan-perbedaan yang ada dipertajam akan menimbulkan pertentangan atau konflik. Pertentangan atau konflik adalah sebuah proses sosial, di mana individu atau kelompok berusaha mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan, dengan menggunakan ancaman atau kekerasan. Sebenarnya istilah konflik berasal dari bahasa Latin configure yang berarti saling memukul. Namun, definisi tersebut terkesan sangat sederhana bukan? Padahal konflik tersebut belum tentu hanya berkaitan dengan sisi fisik saja.

Secara sosiologis, konflik dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih atau dapat juga kelompok yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Untuk lebih jelasnya, kita simak beberapa definisi dari para ahli sosiologi berikut ini.

  1. Soerjono Soekanto

Mengatakan bahwa konflik merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan.

  1. Lewis A. Coser

Berpendapat bahwa konflik adalah sebuah perjuangan mengenai nilai atau tuntutan atas status, kekuasaan, bermaksud untuk menetralkan, mencederai, atau melenyapkan lawan.

  1. Gillin dan Gillin

Melihat konflik sebagai bagian dari proses interaksi sosial manusia yang saling berlawanan. Artinya, konflik adalah bagian dari proses sosial yang terjadi karena adanya perbedaanperbedaan baik fisik, emosi, kebudayaan, dan perilaku. Atau dengan kata lain konflik adalah salah satu proses interaksi sosial yang bersifat disosiatif.

  1. De Moor

Dalam suatu sistem sosial dapat dikatakan terdapat konflik apabila para penghuni sistem tersebut membiarkan dirinya dibimbing oleh tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang bertentangan dan terjadi secara besar-besaran.

  1. Robert M. Z. Lawang

Konflik merupakan sebuah perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan dan sebagainya. Tujuan dari mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh kemenangan, tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya (lawannya).

 

Bentuk-Bentuk Konflik

Konflik merupakan gejala sosial yang seringkali muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk konflik dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Nah, sekarang kita akan belajar mengenai bentuk-bentuk konflik yang diilhami dari pandangan para ahli sosiologi.

Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.

  1. Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena masalah-masalah pribadi atau perbedaan pandangan antarpribadi dalam menyikapi suatu hal. Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.
  2. Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politis yang berbeda antara seseorang atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat kampanye.
  3. Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antara orang-orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika Serikat dan Afrika Selatan.
  4. Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan di antara kelaskelas yang ada di masyarakat. Misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut kenaikan upah.
  5. Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya konflik antara negara Irak dan Amerika Serikat yang melibatkan beberapa negara besar.

Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut.

  1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
  2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
  3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
  4. Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau organisasi internasional.

Sedangkan Lewis A. Coser membedakan konflik atas bentuk dan tempat terjadinya konflik.

  1. Konflik Berdasarkan Bentuk,

Berdasarkan bentuknya, kita mengenal konflik realistis dan konflik nonrealistis.

  1. Konflik realistis adalah konflik yang berasal dari kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutan-tuntutan maupun perkiraan-perkiraan keuntungan yang terjadi dalam hubungan-hubungan sosial. Misalnya beberapa orang karyawan melakukan aksi mogok kerja karena tidak sepakat dengan kebijakan yang telah dibuat oleh perusahaan.
  2. Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan saingan yang bertentangan, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Misalnya penggunaan jasa ilmu gaib atau dukun dalam usaha untuk membalas dendam atas perlakuan yang membuat seseorang turun pangkat pada suatu perusahaan.
  3. Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya

    Berdasarkan tempat terjadinya, kita mengenal konflik in-group dan konflik out-group.

  1. Konflik in-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri. Misalnya pertentangan karena permasalahan di dalam masyarakat itu sendiri sampai menimbulkan pertentangan dan permusuhan antaranggota dalam masyarakat itu.
  2. Konflik out-group adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan suatu kelompok atau masyarakat lain. Misalnya konflik yang terjadi antara masyarakat desa A dengan masyarakat desa B. Masih ada lagi ahli sosiologi yang memberikan klasifikasi mengenai bentuk-bentuk konflik yang terjadi dalam masyarakat, yaitu Ursula Lehr. Ursula Lehr membagi konflik dari sudut pandang psikologi sosial. Menurutnya, apabila dilihat dari sudut pandang psikologi sosial, maka konflik itu dapat dibedakan atas konflik dengan orang tua sendiri, konflik dengan anak-anak sendiri, konflik dengan sanak saudara, konflik dengan orang lain, konflik dengan suami atau istri, konflik di sekolah, konflik dalam pekerjaan, konflik dalam agama, dan konflik pribadi.

 

Pengertian Kekerasan

Pada ulasan di atas telah dapat kita lihat bersama bahwa sebuah konflik dapat muncul apabila disertai dengan luapan perasaan tidak suka, benci, dan lain sebagainya, bahkan sampai disertai munculnya keinginan untuk menghancurkan atau menghabisi lawan atau pihak lain. Apabila keinginan tersebut diwujudkan dalam sebuah tindakan, maka saat itulah terjadi kekerasan. Apakah yang dimaksud dengan kekerasan? Tindakan apa saja yang dapat dikatakan sebagai kekerasan? Dalam masyarakat diusahakan agar konflik yang terjadi tidak berakhir dengan kekerasan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu prasyarat, yaitu sebagai berikut.

  • Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus menyadari akan adanya situasi konflik di antara mereka.
  • Pengendalian konflik-konflik tersebut hanya mungkin dapat dilakukan apabila berbagai kekuatan sosial yang saling bertentangan itu terorganisir dengan jelas.
  • Setiap kelompok yang terlibat dalam konflik harus mematuhi aturan-aturan permainan tertentu yang telah disepakati bersama. Aturan tersebut pada saatnya nanti akan menjamin keberlangsungan hidup kelompok-kelompok yang bertikai tersebut.

Apabila prasyarat di atas tidak dipenuhi oleh pihak-pihak yang terlibat konflik, maka besar kemungkinan konflik akan berubah menjadi kekerasan. Secara umum, kekerasan dapat didefinisikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau hilangnya nyawa seseorang atau dapat menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Sementara itu, secara sosiologis, kekerasan dapat terjadi di saat individu atau kelompok yang melakukan interaksi sosial mengabaikan norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku di masyarakat dalam mencapai tujuan masing-masing. Dengan diabaikannya norma dan nilai sosial ini akan terjadi tindakan-tindakan tidak rasional yang akan menimbulkan kerugian di pihak lain, namun dapat menguntungkan diri sendiri.

Menurut Soerjono Soekanto, kekerasan (violence) diartikan sebagai penggunaan kekuatan fisik secara paksa terhadap orang atau benda. Sedangkan kekerasan sosial adalah kekerasan yang dilakukan terhadap orang dan barang, oleh karena orang dan barang tersebut termasuk dalam kategori sosial tertentu.

Bentuk-Bentuk Kekerasan

Dalam kehidupan nyata di masyarakat, kita dapat menjumpai berbagai tindak kekerasan yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang satu terhadap anggota masyarakat yang lain. Misalnya pembunuhan, penganiayaan, intimidasi, pemukulan, fitnah, pemerkosaan, dan lain-lain. Dari berbagai bentuk kekerasan itu sebenarnya dapat digolongkan ke dalam dua bentuk, yaitu kekerasan langsung dan kekerasan tidak langsung. Tahukah kamu apakah kekerasan langsung dan kekerasan tidak langsung itu? Mari kita bahas bersama pada uraian berikut ini.

  1. Kekerasan langsung (direct violent) adalah suatu bentuk kekerasan yang dilakukan secara langsung terhadap pihakpihak yang ingin dicederai atau dilukai. Bentuk kekerasan ini cenderung ada pada tindakan-tindakan, seperti melukai orang lain dengan sengaja, membunuh orang lain, menganiaya, dan memperkosa.
  2. Kekerasan tidak langsung (indirect violent) adalah suatu bentuk kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain melalui sarana. Bentuk kekerasan ini cenderung ada

pada tindakan-tindakan, seperti mengekang, meniadakan atau mengurangi hak-hak seseorang, mengintimidasi, memfitnah, dan perbuatan-perbuatan lainnya. Misalnya terror bom yang dilakukan oleh para teroris untuk mengintimidasi pemerintah supaya lebih waspada akan bahaya yang dilakukan oleh pihak asing terhadap negara kita. Sehubungan dengan tindak kekerasan yang telah dilakukan oleh anggota masyarakat yang satu terhadap anggota masyarakat yang lain, pada dasarnya di dalam diri manusia terdapat dua jenis agresi (upaya bertahan), yaitu sebagai berikut.

  1. Desakan untuk melawan yang telah terprogram secara filogenetik sewaktu kepentingan hayatinya terancam. Hal ini dimaksudkan untuk mempertahankan hidup individu yang bersifat adaptif biologis dan hanya muncul apabila ada niat jahat. Misalnya si A melakukan pencurian karena adanya desakan kebutuhan ekonomi, seperti makan.
  2. Agresi jahat melawan kekejaman, kekerasan, dan kedestruktifan ini merupakan ciri manusia, di mana agresi tidak terprogram secara filogenetik dan tidak bersifat adaptif biologis, tidak memiliki tujuan, serta muncul begitu saja karena dorongan nafsu belaka. Misalnya aksi kerusuhan yang dilakukan oleh para suporter sepak bola. Kamu telah belajar mengenai konflik dan kekerasan yang terjadi di masyarakat. Dapatkah kamu membedakan kedua hal tersebut?

 

Penyelesaian Konflik

Masih ingatkah kamu pada materi kelas X tentang akomodasi? Akomodasi adalah usaha-usaha mengurangi, mencegah, dan menghentikan pertentangan atau konflik untuk mencapai sebuah keseimbangan atau keteraturan dalam hidup bermasyarakat. Akomodasi sebagai cara untuk menyelesaikan konflik dalam masyarakat bertujuan untuk mengurangi pertentangan di antara individu-individu atau kelopok manusia sebagai akibat perbedaan paham, mencegah meledaknya pertentangan, memungkinkan terjadinya kerja sama di antara kelompok-kelompok yang hidup terpisah sebagai akibat faktor sosial psikologis dan kebudayaan, serta megusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah, misalnya melalui perkawinan campuran. Beberapa cara akomodasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik adalah konsiliasi, mediasi, arbitrasi, ajudikasi, eliminasi, subjugation atau domination, majority rule, minority consent, kompromi, integrasi, dan gencatan senjata. Bukalah kembali buku sosiologi kelas X untuk mengingatkanmu lagi mengenai cara-cara dalam bentuk akomodasi yang dapat digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat.

Sementara itu Georg Simmel mengatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik, yaitu sebagai berikut.

  1. Kemenangan di salah satu pihak atas pihak lainnya.
  2. Kompromi atau perundingan di antara pihak-pihak yang bertikai, sehingga tidak ada pihak yang sepenuhnya menang dan tidak ada pihak yang merasa kalah. Contohnya, perundingan di Helsinki, Finlandia tentang penyelesaian permasalahan Gerakan Separatis Aceh Merdeka (GAM) dengan Republik Indonesia beberapa waktu yang lalu, yang akhirnya mencapai kesepakatan bahwa Nangroe Aceh Darussalam masih menjadi bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  3. Rekonsiliasi antara pihak-pihak yang bertikai. Hal ini akan mengembalikan suasana persahabatan dan saling percaya di antara pihak-pihak yang bertikai tersebut. Contohnya dalam penyelesaian konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia mengenai kepulauan Sipadan dan Ligitan.
  4. Saling memaafkan atau salah satu pihak memaafkan pihak yang lain.
  5. Kesepakatan untuk tidak berkonflik.

Daftar Pustaka

Budiyono. 2009. Sosiologi 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Elisanti, dan Rostini Titin. 2009. Sosiologi 2 : untuk SMA dan MA Kelas XI IPS. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Wrahatnala, Bondet. 2009. Sosiologi 2 : untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Lanjutkan membaca

Materi Kelas XI SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Perbedaan, Kesetaraan Dan Harmoni Sosial.

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang multikultural, negara yang kaya akan keberagaman suku bangsa di dalamnya. Yang mana Setiap suku bangsa mempunyai keunikan sendiri sendiri, berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut sangatlah luas cakupannya. Mencakup perbedaan agama, ras, suku, adat istiadat, bahasa, dan sebagainya. Indonesia adalah negara yang beragam, termasuk didalamnya adalah keragaman akan kebudayaan. Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia , ragam berarti macam atau jenis. Ada tiga macam yang mengambarkan masyarakat yang majemuk yaitu masyarakat Plural, masyarakat Heterogen, dan masyarakat multukultural.

Pluralitas yaitu, mengandaikan adanya hal-hal yang lebih dari satu ( many). Heterogen yaitu, menunjukkan bahwa keberadanya yang lebih dari satu berbeda-beda , bermacam-macam dan bahkan tidak dapat disamakan.multikultural, inti dari multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa, ataupun agama. Multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan adanya perbedaan itu manusia adalah sama dan secara di ruang publik, menekankan pengakuan dan penghargaan pada perbedaan.

Lanjutkan membaca

Materi Kelas XI SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Permasalahan Sosial Dalam Masyarakat

Permasalahan Sosial

Permasalahan sosial merupakan suatu gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat yang diakibatkan karena adanya interaksi sosial di antara para warga masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan atau kepentingan dalam hidupnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa interaksi sosial dalam masyarakat dapat berlangsung secara asosiatif maupun disosiatif. interaksi sosial yang bersifat asosiatif akan menghasilkan gejala-gejala sosial yang normal sehingga dalam masyarakat akan terjadi keteraturan sosial, sedangkan interaksi sosial yang bersifat disosiatif akan menghasilkan gejala-gejala abnormal atau gejala-gejala yang sifatnya patologis sehingga masyarakat mengalami ketidakteraturan sosial dalam bentuk disorganisasi atau disintegrasi sosial.

Yang mana gejala-gejala abnormal itu terjadi karena adanya unsur-unsur dalam masyarakat yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya sehinga menciptakan kekecewaan-kekecewaan atau kesulitan-kesulitan yang dialami oleh para warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan hidupnya.

Lanjutkan membaca

Materi Kelas XI SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Pembentukan kelompok sosial

Pengertian Kelompok Sosial

Sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau kepentingan pokok bagi kehidupannya, yaitu :

  1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya
  2. Keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alamnya

Keterikatan dan ketergantungan antara manusia satu dengan yang lain mendorong manusia untuk membentuk kelompok masyarakat yang disebut kelompok sosial atau sosial group. Dari definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan dan saling berinteraksi sehingga mengakibatkan tumbuhnya rasa kebersamaan dan rasa memiliki.
jadi pengertian kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keangggotaan dan saling berinteraksi, sehingga menumbuhkan persamaan bersama. Kelomopok sosial merupakan sekumpulan manusia yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaanya dimana dasar pembentukan kelompok sosial, antara lain adalah faktor kepentingan yang sama, faktor darah dan keturunan, faktor geografis, dan faktor  daerah   asal  yang sama.

Lanjutkan membaca

Materi Kelas X SMA Mata Pelajaran Sosiologi : Metode Penelitian Sosial

Penelitian sosial dilakukan untuk memecahkan atau menganalisis berbagai fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian ini berhubungan dengan minat peneliti untuk mengetahui fenomena sosial tertentu. Sebelum mengadakan suatu penelitian, peneliti harus menyusun suatu rancangan penelitian yang dijadikan sebagai pedoman agar pelaksanaan penelitiannya berjalan dengan baik, benar, dan lancar. Rancangan penelitian itu antara lain memuat atau menentukan metode yang akan digunakan dalam penelitian. Metode ini disesuaikan dengan jenis penelitian yang dipilih. Pada bab ini kamu akan belajar mengenai rancangan penelitian beserta unsur-unsurnya dan tahap-tahap dalam merancang suatu penelitian.

Metode Penelitian dalam Sosiologi

Sekarang kita akan belajar tentang penelitian dalam sosiologi. Penelitian mungkin merupakan suatu hal yang baru buat kamu. Untuk itu mari kita mulai pembahasan ini dengan mengenal dua metode penelitian dalam sosiologi, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

  1. Metode Penelitian Kuantitatif

Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang dalam menganalisis datanya mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka. Gejala yang diteliti diukur dengan skala, indeks, tabel, atau formula-formula tertentu yang cenderung menggunakan uji statistik. Menurut Creswell dalam Asmadi Alsa (2007), penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan, yang dianalisis menggunakan statistik. Fungsinya untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik.

Selain itu juga untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu memengaruhi variabel yang lain. Masalah penting dalam penelitian kuantitatif adalah kemampuan untuk melakukan generalisasi hasil penelitian, yaitu seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi. Hal ini karena secara tipikal penelitian kuantitatif selalu dikaitkan dengan proses yang dinamakan induksi enumeratif. Apakah induksi enumeratif itu? Induksi enumeratif adalah menarik kesimpulan berdasarkan angka dan melakukan abstraksi berdasarkan generalisasi. Jika kamu akan melakukan suatu penelitian kuantitatif, maka ada beberapa langkah yang harus kamu ketahui atau kamu lakukan. Menurut Asmadi Alsa, langkah-langkah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif beserta spesifikasinya adalah sebagai berikut

  1. Mengidentifikasi Masalah Penelitian

Dalam hal ini, penelitian kuantitatif perlu menguraikan kecenderungan atau menjelaskan keterkaitan antara variable dan pengembangannya. Penjelasan ini menunjukkan bahwa peneliti tertarik dalam menentukan apakah satu atau lebih variabel yang mungkin memengaruhi variabel lain.

  1. Melakukan Tinjauan Kepustakaan

Melakukan tinjauan terhadap kepustakaan dimaksudkan untuk menunjukkan pentingnya permasalahan penelitian itu untuk diteliti dan untuk mengidentifikasi arah penelitian. Mengidentifikasi arah penelitian berarti peneliti melakukan telaah pustaka dan mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang layak dan berhubungan, serta memiliki kecenderungan potensial yang perlu diuji dalam penelitian. Di samping itu, kegiatan tinjauan kepustakaan ini juga dimaksudkan untuk mengarahkan tujuan dan pertanyaan atau hipotesis penelitian.

  1. Menetapkan Tujuan Penelitian

Pernyataan tentang tujuan, pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan hipotesis dalam penelitian kuantitatif harus sempit dan spesifik. Hal ini dikarenakan peneliti harus mengisolasi variabel-variabel yang diteliti.

  1. Mengumpulkan Data

Dalam penelitian kuantitatif, pengumpulan data didasarkan pada instrumen yang sudah ditetapkan sebelum penelitian. Instrumen yang dimaksud adalah daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner).

  1. Menganalisis dan Menginterpretasi Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah analisis statistik yang meliputi uraian kecenderungan, perbandingan kelompok yang berbeda, atau hubungan antarvariabel. Selain itu kita juga melakukan interpretasi terhadap data yang telah terkumpul. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan antara hasil penelitian dengan yang diprediksikan sebelum penelitian. Jadi interpretasi ini merupakan penjelasan mengenai hasil penelitian, apakah mendukung atau tidak mendukung prediksi yang diharapkan sebelumnya. Pendekatan dalam metode ini biasanya sangat bergantung pada hipotesis dan variabel, sehingga metode pendekatannya berbeda dengan kualitatif. Pendekatan yang digunakan dalam metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan populasi dan pendekatan sampel.

  • Pendekatan Populasi

Populasi adalah kumpulan seluruh anggota dalam kelompok tertentu yang memiliki jumlah yang besar karena melibatkan seluruh anggota kelompok. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri dan karakteristik bersama yang membedakan dari kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak terbatas hanya sebagai ciri lokasi, akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik-karakteristik individu.

Studi populasi seringkali tidak memungkinkan dilakukan untuk jangka panjang apabila karakteristik subjek dan variabel penelitiannya menyangkut aspek perkembangan. Namun apabila populasi yang hendak diteliti harus dipelajari seluruhnya, maka sangat mungkin akan memakan waktu yang lama guna mengambil data, membutuhkan tenaga peneliti dan tenaga lapangan yang banyak sekali, serta akan menghabiskan dana yang sangat besar.

Suatu penelitian tidak dapat dilakukan terhadap seluruh populasi karena apabila hal itu dilakukan, maka akan dapat merusak populasi itu sendiri. Oleh karena itu, batasan dan karakteristik populasi harus jelas dan tegas sehinggakesimpulan penelitian dan target generalisasinya juga jelas. Begitu pentingnya pembatasan karakteristik populasi ini mengakibatkan pemilihan sampel dan pengambilan data belum dapat dilakukan sebelum batasan populasi tersebut diperoleh dengan benar.

  • Pendekatan Sampel

Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti atau dapat dikatakan sebagai bagian dari populasi. Karena merupakan bagian dari populasi, maka harus memiliki ciri seperti yang dimiliki oleh populasinya. Apakah suatu sampel merupakanrepresentasi yang baik bagi populasinya sangat tergantung pada sejauhmana karakteristik sampel itu sama dengan karakteristik populasinya. Karena analisis penelitian didasarkan pada data sampel, sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi, maka sangat penting untuk memperoleh sampel yang representatif bagi populasinya. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai teknik-teknik pengambilan sampel yang tepat. Proses mengambil atau menentukan sampel disebut dengan sampling. Secara garis besar kita mengenal dua macam teknik pengambilan sampel (sampling), yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.

  • Probability Sampling

Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih. Jenis ini dibagi atas simple random sampling dan stratified random sampling.

  1. a) Simple Random Sampling (Sampel Acak Sederhana)

Pengambilan sampel dengan cara acak sederhana memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam keseluruhan populasi. Pengambilan sampel secara acak sederhana ini dilakukan dengan cara undian, tabel, atau menggunakan komputer sebagai media pengacaknya.

Ciri utama sampel acak sederhana ini adalah bahwa setiap unsur dari keseluruhan populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Selain itu kesempatan harus independen, artinya kesempatan bagi suatu unsur untuk dipilih tidak memengaruhi kesempatan unsur-unsur lain untuk dipilih. Pengambilan sampel dengan cara ini hanya dapat dilakukan pada populasi yang homogen. Apabila populasinya tidak homogen, maka tidak akan diperoleh sampel yang representatif. Selain meng-hendaki homogenitas, cara ini juga hanya praktis apabila digunakan pada populasi yang tidak terlalu besar.

  1. b) Stratified Random Sampling (Sampel Acak Berstrata)

Pengambilan sampel berstrata dilakukan pada suatu populasi yang terbagi atas beberapa strata atau subkelompok dan dari masing-masing subkelompok itu diambil sampel-sampel terpisah. Pengambilan sampel berstrata dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu dengan cara proporsional dan cara tidak proporsional.

  • Proportional Stratified Sampling (Sampel Berstrata Proporsional)

Pada prosedur pengambilan sampel ini, banyaknya subjek dalam setiap subkelompok harus diketahui perbandingannya lebih dahulu. Kemudian ditentukan persentase besarnya sampel dari keseluruhan populasi. Persentase atau proporsi ini lalu diterapkan dalam pengambilan sampel bagi setiap subkelompok atau stratanya

  • Disproportional Stratified Random Sampling (Sampel Acak Berstrata Disproporsional)

Prosedur ini biasanya dilakukan karena alasan statistik yang kadang-kadang analisisnya meminta jumlah subjek yang sama dari masingmasing subkelompok. Kadangkala, pengambilan sampel dengan model ini dapat mengakibatkan terlalu sedikit jumlah sampel dalam satu atau beberapa strata. Padahal kita ketahui bahwa semakin besar jumlah sampel dalam masingmasing strata, maka kesalahan pengambilan sampel (sampling error) akan semakin kecil. Dalam cara ini, penentuan sampel dilakukan tidak dengan mengambil proporsi yang sama bagi setiap subkelompok atau strata, akan tetapi dimaksudkan untuk mencapai jumlah tertentu dari masing-masing strata

  1. c) Cluster Random Sampling (Sampel Acak Klaster)

Pengambilan sampel dengan cara ini adalah dengan melakukan randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara individual. Sebagai contoh, pada suatu tempat kos siswa yang terdiri dari 30 kamar, siswa yang menghuni masing-masing kamar tersebut adalah 3 orang. Dengan cara klaster, pengambilan sampel tidak dilakukan randomisasi terhadap 90 orang siswa secara individual, melainkan lewat randomisasi terhadap kamar sebagai klaster. Misalnya dipilih 20 kamar dari 30 kamar yang ada dan menjadikan seluruh penghuni kamar terpilih sebagai sampel, sehingga kita memiliki 20 x 3 = 60 orang siswa sebagai subjek.

2) Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah suatu cara pengambilan sampel, di mana besarnya peluang anggota populasi untuk terpilih sebagai sampel tidak diketahui. Tentu saja akibat dari kondisi ini kita tidak mungkin dapat menghitung besarnya kesalahan dalam estimasi terhadap karakteristik populasi. Yang termasuk nonprobability sampling di antaranya adalah quota sampling dan purposive sampling.

  1. Quota Sampling

Quota sampling adalah metode memilih sampel yang mempunyai ciri-ciri tertentu dalam jumlah atau kuota yang diinginkan  Misalnya sejumlah siswa kelas XII yang pernah menjadi pengurus OSIS di sekolahnya, atau sejumlah siswa kelas XII yang pernah mengikuti seminar tentang penelitian. Hasilnya berupa kesan-kesan umum yang masih kasar yang tidak dapat dipandang sebagai generalisasi umum. Dalam sampel dengan sengaja kita memasukkan orang-orang yang mempunyai ciri-ciri yang kita inginkan.

  1. Purposive Sampling

Purposive sampling ini dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih betul oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh subjek itu. Sampel yang dipilih adalah sampel yang dapat relevan dengan rancangan penelitian. Peneliti berusaha agar dalam sampel itu terdapat wakil-wakil dari segala lapisan populasi. Dengan demikian harus diusahakan agar sampel itu memiliki ciri-ciri yang esensial dari populasi, sehingga dapat dianggap representatif.

Misalnya untuk menilai mutu kegiatan OSIS di Sekolah Menengah Atas, peneliti harus menentukan sampel yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru-guru yang menjabat sebagai pembina OSIS, pengurus OSIS, pengurus Komite Sekolah, dan sebagian siswa.

  1. Snowball Sampling

Dalam snowball sampling ini kita memulai dari kelompok kecil yang nanti diminta untuk menunjuk orang lain dalam kelompok tersebut. Kemudian orang lain tersebut diminta pula untuk menunjukkan kawan masing-masing pula, begitu seterusnya sehingga kelompok itu senantiasa bertambah besar. Sampling ini dipilih apabila kita ingin menyelidiki hubungan antarmanusia dalam kelompok yang baik, atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar di kalangan tertentu. Misalnya bagaimana orang menanamkan modal, membeli rumah di perumahan, dan lain sebagainya.

 

  1. Metode Penelitian Kualitatif

Kamu sudah belajar mengenai metode penelitian kuantitatif. Sekarang kita akan belajar mengenai metode penelitian dalam sosiologi yang kedua, yaitu metode penelitian kualitatif. Apakah metode penelitian kualitatif itu? Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang mengutamakan cara kerja dengan menjabarkan data yang diperoleh dengan cara verbal. Pada dasarnya ada tiga unsur utama dalam penelitian

kualitatif, yaitu sebagai berikut.

  1. Data, bisa berasal dari bermacam-macam sumber, biasanya dari wawancara dan pengamatan.
  2. Prosedur analisis dan interpretasi yang digunakan untuk mendapatkan temuan atau teori. Prosedur ini mencakup teknik-teknik untuk memahami data atau biasa disebut dengan coding (penandaan).
  3. Laporan tertulis dan lisan. Laporan ini dapat dikemukakan dalam jurnal ilmiah atau konferensi. Bentuknya bisa beragam, tergantung pada khalayak dan aspek-aspek temuan atau teori yang disajikannya. Untuk melakukan penelitian kualitatif, ada beberapa langkah yang harus kamu lakukan. Menurut Asmadi Alsa, langkahlangkah tersebut adalah sebagai berikut.
  4. Mengidentifikasi Masalah Penelitian

Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang menekankan pada deskripsi dan eksplanasi, penelitian kualitatif melakukan penelitian dengan cara yang eksploratif dan berusaha memahami fenomena sentralnya. Eksplorasi di sini maksudnya bahwa peneliti hanya mengetahui sedikit tentang fenomena yang akan diteliti, sehingga peneliti harus belajar lebih banyak tentang fenomena tersebut dari subjek yang diteliti.

  1. Melakukan Tinjauan Kepustakaan

Dalam penelitian kualitatif, kepustakaan lebih dimaksudkan sebagai dasar untuk melakukan justifikasi (pentingnya masalah itu diteliti) atas permasalahan penelitian dan tidak mengarahkan pertanyaan penelitian. Ini berarti bahwa kepentingan tinjauan kepustakaan merupakan keperluan yang sekunder, sedangkan yang utama adalah pandangan dan pengalaman dari subjek.

  1. Menetapkan Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, tujuan penelitian lebih banyak diarahkan untuk aspek keterbukaan (open-ended), karena dimaksudkan untuk memperoleh pandangan subjek tentang masalah yang diajukan dalam penelitian. Maksud peneliti adalah memberikan kesempatan kepada subjek untuk berbicara secara terbuka mengenai pengalaman mereka.

  1. Mengumpulkan Data

Ketika melakukan penelitian kualitatif, seorang peneliti dapat mengembangkan satu fokus saat mengumpulkan data, ia tidak menggunakan pendekatan dalam penelitiannya dengan pertanyaan-pertanyaan khusus untuk menjawab atau menguji hipotesis. Peneliti kualitatif cenderung mengumpulkan datanya melalui kontak terus-menerus dengan informan (subjek) dalam pergaulan sehari-hari. Metode pengumpulan data yang mewakili karakteristik penelitian kualitatif ini adalah observasi berpartisipasi dan pertanyaan mendalam (in-depth interview). Prosedur yang digunakan secara runtut menurut Bogdan dan Biklen seperti dikutip dalam Asmadi Alsa (2007) adalah sebagai berikut.

1)   Mengumpulkan data berupa kata-kata (verbal);

2) Menganalisis kata-kata tersebut dengan cara pendeskripsian peristiwa-peristiwa dan memperoleh atau menetapkan tema;

3)   Mengajukan pertanyaan umum dan luas;

4)  Tidak membuat prediksi terhadap subjek yang diamati, tetapi menyandarkan diri pada peneliti untuk membentuk apa yang mereka laporkan;

5)  Tetap dapat dilihat dan ada dalam laporan tertulis.

  1. Menganalisis Data

Dalam penelitian kualitatif, karena datanya terdiri dari teks dan gambar, maka ada perbedaan pendekatan analisisnya. Ada beberapa pendekatan dalam metode kualitatif ini, di antaranya adalah pendekatan fenomenologis, interaksi simbolis, historis, komparatif, gabungan antara komparatif dan historis, studi kasus, dan studi kepustakaan.

  • Pendekatan Fenomenologis

Sebuah pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu disebut dengan pendekatan fenomenologis. Pendekatan ini member tekanan pada verstehen, yaitu pengertian interpretative terhadap pengamatan manusia. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang ditelitinya. Oleh karena itu, dalam fenomenologi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya

sedemikian rupa, sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan olehnya di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

  • Pendekatan Interaksi Simbolis

Pendekatan ini berasumsi bahwa pengalaman manusia dipengaruhi oleh penafsiran. Objek, orang, situasi, dan peristiwa tidak memiliki pengertiannya sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk mereka. Melalui interaksi seseorang membentuk pengertian. Orang dalam situasi tertentu sering mengembangkandefinisi karena mereka secara teratur berhubungan dan mengalami pengalaman bersama, masalah, dan latar belakang, tetapi kesepakatan tidak merupakan keharusan. Di pihak lain sebagian memegang definisi bersama untuk menunjuk pada kebenaran, suatu pengertian yang senantiasa dapat disepakati. Hal itu dapat dipengaruhi oleh orang yang melihat sesuatu dari sisi lain. Pendekatan ini tidak menolak kenyataan bahwa konsep teoretik tersebut mungkin bermanfaat. Namun, hal itu hanya relevan untuk memahami perilaku sepanjang hal itu memasuki atau berpengaruh terhadap proses pendefinisian.

  • Pendekatan Historis

Pendekatan historis merupakan suatu pendekatan yang analisis datanya didasarkan pada peristiwa-peristiwa masa lampau untuk mengetahui kejadian saat ini. Pendekatan ini merunut suatu peristiwa pada suatu waktu, kemudian dieksplanasi (dikupas) untuk memahami kejadiankejadian yang ada pada saat itu guna menerapkan pada kejadian saat ini.

  • Pendekatan Komparatif

Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan dengan cara membandingkan antara kondisi masyarakat di suatu tempat dengan kondisi masyarakat yang ada di tempat yang lain. Dengan mendasarkan pada konsep yang sama, pendekatan ini mencoba menafsirkan kejadian berbeda antarmasyarakat untuk dicari perbedaannya.

  • Pendekatan Gabungan antara Komparatif dan Historis

Dapat dikatakan bahwa pendekatan gabungan merupakan suatu pendekatan yang berusaha untuk membandingkan pola kehidupan masyarakat pada kurun masa tertentu dengan masyarakat masa sekarang. Penafsiran atas perbedaan inilah yang akan menjadi orientasi pendekatan gabungan.

  • Pendekatan Studi Kasus

Pendekatan studi kasus memusatkan perhatian pada fenomena-fenomena sosial yang nyata dalam masyarakat, di mana yang ditelaah adalah keadaan masyarakat dilihat dari persoalan atau kasus tertentu, baik dalam suatu lembaga, kelompok, maupun secara individu. Contohnya gerakan buruh memprotes undang-undang ketenagakerjaan, gerakan mahasiswa memprotes kenaikan harga BBM, dan lain-lain. Atau dengan kata lain pendekatan ini berusaha mendalami secara sungguh-sungguh dari salah satu gejala yang nyata yang terdapat dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu.

  • Pendekatan Studi Kepustakaan

Pendekatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam materi yang ada dalam batasan kepustakaan. Misalnya dapat berupa buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, internet, rekaman audio-visual, dokumen, jurnal-jurnal ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Elisanti, dan Rostini Tintin. 2009. Sosiologi I: untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Maryati, Kun dan Juju Suryawat. 2013. Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga

Ruswanto. 2009. Sosiologi: SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE – UI.

Soerjono Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Lanjutkan membaca