PENGARUH TRADISI NYUMBANG TERHADAP KELAS SOSIAL DI MASYARAKAT DESA NGRANCAH KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL

 

Dalam Antropologi Ekonomi, fenomena nyumbang bisa dimasukkan dalam kategori sistem pertukaran jenis resiprositas. Resiprositas adalah pertukaran timbal balik antar individu atau antar kelompok. Polanyi (1968) dalam Sjafri Sairin (2002) mengatakan bahwa rasa timbal balik (resiprokal) sangat besar yang difasilitasi oleh bentuk simetri institusional. Berpijak dari batasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya hubungan simetris antar kelompok atau antar individu, maka resiprositas cenderung tidak akan berlangsung. Dalam tradisi nyumbang seperti ilustrasi diatas, seseorang mempunyai “kewajiban” untuk membantu sesamanya ketika membutuhkan bantuan, dalam konteks ini adalah ketika terjadi hajatan di kampung. Seseorang di undang untuk menghadiri hajatan tersebut seraya menyerahkan sumbangannya yang besar kecilnya berbeda satu sama lain. Di lain waktu, ketika sang penyumbang giliran menyelenggarakan sebuah hajatan, maka orang yang di awal tadi disumbang mempunyai kewajiban yang mengikat, yaitu membalas sumbangan dengan nilai yang kurang lebih sama. Memang tidak terdapat sanksi tegas ketika ini dilanggar, tetapi sanksi sosial cukup kuat mengikat warga sehingga memaksa mau tidak mau tetap melestarikan tradisi saling menyumbang ini.

Sjafri Sairin (2002) mengatakan, bahwa proses pertukaran resiprositas lebih panjang daripada jual beli. Proses jual beli biasanya terjadi dalam waktu yang sangat pendek, misalnya jual beli barang di pasar. Proses pertukaran resiprositas ada yang relatif pendek, namun juga ada yang panjang. Dikatakan pendek, kalau proses tukar menukar barang atau jasa dilakukan dalam waktu tidak lebih dari satu tahun.

Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan / perekonomian individu.

  1. Resiprositas yang ada di masyarakat desa Ngrancah Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal

Resiprositas yang ada di masyarakat Desa Ngrancah sudah berlangsung lama. Di masyarakat tersebut tingkat solidaritasnya masih sangat erat. Hal itu bisa di lihat dari perilaku masyarakatnya jika ada seseorang sedang melakukan kegiatan membangun rumah warga sekitar akan ikut membantu membangun rumah warga tersebut. Begitu juga jika ada salahsatu warga sedang melakukan hajatan, warga sekitar akan menyumbang dengan uang dan ikut membantu menyiapkan hajatan tersebut. Sebagai masyarakat yang sebagian besar pekerjaanya sebagai petani, masyarakat Desa Ngrancah juga saling membantu jika ada warganya yang sedang kesusahan dalam pengerjaan sawahnya, misalnya saat seseorang sedang kesusahan untuk mendapatkan pupuk maka warga yang lain akan membantu dengan memberikan sebagian pupuknya kepada orang yang membutuhkan pupuk tersebut.

melakukan resiprositas yaitu dilihat dari sudut pandang sosial yaitu, untuk menjaga silaturahmi antar warga sehingga kerukunan dapat tercipta dengan baik dan adanya sinoman dapat menjaga kesinambungan hubungan diantara warga. Sedangakan dilihat dari sudut pandang ekonomi yaitu, meringankan warga ketika mengadakan acara hajatan atau selamatan terutama masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah.

Proses resiprositas pada masyarakat Desa Ngrancah terjadi ketika warga mengadakan hajatan dan selamatan pada acara pernikahan, khitanan dan kelahiran. Para tetangga yang memberikan bantuan berupa barang biasanya memberikan bantuannya satu minggu sebelum acara dilaksanakan. Bantuan yang diberikan berupa sembako seperti beras, gula, minyak goreng, telur, dll. Masyarakat yang melakukan resiprositas pada dasarnya memiliki alasan yaitu untuk menjaga solidaritas antar masyarakat.

  1. Pengaruh globalisasi terhadap resiprositas di masyarakat Desa Ngrancah Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal

Resiprositas yang ada di masyarakat Desa Ngrancah termasuk resiprositas umum. Walaupun resiprositas tersebut bertujuan untuk meningkatkan solidaritas, tetapi di jaman globalisasi saat ini tingkat solidaritas antar masyarakatnya erat. Hal itu bisa dilihat dari masyarakat lebih mementingkan diri sendiri dan tidak mempedulikan sekitarnya misalnya, jika seseorang kegiatan membangun rumah warga sekitar tidak akan ikut membantu seseorang tersebut karena lebih penting memikirkan dirinya sendiri daripada harus membantu seseorang tersebut, kalaupun ikut membantu pasti ada factor ekonominya. Begitu juga jika seseorang melakukan hajatan maka seseorang itu lebih sering menggunakan jasa cathering dari pada warganya ikut membantu, karena hal tersebut di anggap lebih hemat waktu dan lebih efisien.

Resiprositas yang terjadi di masyarakat khususnya masyarakat desa sekarang mengalami pergeseran yang dulunya untuk mempererat solidaritas tetapi sekarang masyarakat lebih berorientasi pada ekonomi. Misalnya dalam partisipasi seseorang untuk ikut membantu seseorang dalam membangun rumah, pada masa sekarang lebih mementingkan untuk bekerja mendapatkan uang daripada ikhlas membantu sebagai salahsatu bentuk solidaritas. Dengan begitu sifat individualism terlihat jelas di masyarakat. Akibta dari individualism itu solidaritas antar warga akan semakin berkurang.

4 komentar pada “PENGARUH TRADISI NYUMBANG TERHADAP KELAS SOSIAL DI MASYARAKAT DESA NGRANCAH KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL

Tinggalkan Balasan ke Silvia Anggraeni Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: