Skip to content


Sinergitas : Gaya Kepemimpinan Baru

“Sinergi : memiliki sangka baik, saling percaya, dan menghormati. Serta menemukan dan melaksanakan solusi terbaik.”

Suatu ketika saya membaca tagline tersebut. Tagline sebuah unit kerja di Departemen di Republik ini,  membuat saya merinding. Saya membayangkan betapa dahsyatnya nilai ini apabila semua pegawai di lingkungan Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengetahui dan menghayati nilai sinergi dalam kehidupan di kantor. Sehingga orang bijak bilang dengan bersinergi 1+1 bisa sama dengan 100, tetapi tanpa sinergi 1+1 sama dengan 2.

Sinergi berasal dari kata Yunani synergos yang berarti bekerja bersama-sama. Sinergi adalah suatu bentuk/citra dari sebuah proses atau interaksi yang menghasilkan suatu keseimbangan yang harmonis sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang optimum. Ada beberapa syarat utama penciptaan sinergi yakni kepercayaan, komunikasi yang efektif, feedback yang cepat, dan kreatifitas.

Mimpi UNNES naik kelas, perlu kerja keras dari seluruh elemen UNNES. Agar bisa menyatukan seluruh elemen UNNES untuk bahu membahu bekerja sama, perlu kepemimpinan dengan gaya manajemen sinergi. Kepemimpinan yang berusaha membangkitkan kepercayaan antar orang di dalam organisasi. Membangun komunikasi yang tidak ditunda-tunda untuk mencegah distorsi pesan serta membudayakan umpan balik yang cepat sebagai pola hubungan yang erat baik vertikal dan atau horizontal.

Prakteknya, pemimpin mendorong para pegawai untuk mengenal satu sama lain melalui berbagai aktifitas sosial. Mereka diajak berperilaku baik yang tidak menimbulkan kecurigaan dan kekhawatiran pihak lain akan kehilangan posisi atau karirnya. Tidak sekedar para pegawai yang demikian itu, tetapi juga antar manajemen. Kreatifitas serta inovasi digalakkan sehingga memperkuat dan memperkaya sinergisme dalam organisasi.

Penulis membayangkan pemimpin UNNES dengan senyum tulus, berdiskusi di kedai kopi sambil menikmati kopi tubruk ditemani roti bakar yang rasanya nendang.

Mereka berusaha untuk membangun sinergi dengan saling percaya dalam organisasi. Rasa saling percaya akan tumbuh. Budaya kepercayaan harus dibangun walaupun memerlukan waktu. Pemimpin yang dilahirkan dengan komitmen dan karakter akan mampu mentransformasikan hal itu untuk membuat rasa saling percaya. Kepercayaan (trust) yang bijak dan cerdas adalah hal yang dapat mengubah sesuatu atau mewujudkan dinamika tertentu yang diharapkan. Dalam organisasi, kemampuan untuk membangun, menumbuhkan, menjaga dan mengembalikan semua kepercayaan para pemangku kepentingan maupun rekan kerja merupakan kunci kepemimpinan baru.

Membangun trust berarti memikirkan suatu kepercayaan dalam cara yang positif, membangun langkah demi langkah, komitmen demi komitmen. Jika trust dianggap sebagai sebuah bentuk resiko dan penuh ancaman, maka tidak ada hal positif yang bisa kita dapatkan. Memang trust selalu berdampingan dengan ketidakpastian, tapi kita harus berusaha membuat diri kita sendiri untuk berpikir bahwa ketidakpastian tersebut sebagai sebuah kemungkinan dan kesempatan, bukan sebagai halangan.

Trust merupakan sesuatu hal yang penting bagi sebuah hubungan karena di dalamnya terdapat kesempatan untuk melakukan aktivitas yang kooperatif, pengetahuan, self-respect, dan nilai moral lainnya.

Rasanya kerja menjadi ringan, hatipun menjadi tenang.

(Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Dosen dan Tendik. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan jiplakan)

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with .


0 Responses

Stay in touch with the conversation, subscribe to the RSS feed for comments on this post.



Some HTML is OK

or, reply to this post via trackback.



Lewat ke baris perkakas