Skip to content


Menulis (harusnya) Jadi Candu

Awalnya saya tak pernah tertarik dengan kegiatan tulis menulis, hingga pada suatu momen semasa duduk di bangku SLTP, puisi saya mewakili sekolah ke sebuah kompetisi puisi tingkat Kotamadia. Benar-benar jadi ‘titik balik’ buat saya. Merasa di awang-awang saat beberapa puisi saya dimuat di sebuah majalah remaja ternama ibukota dan koran kampus almamater saya. Seketika otak kanan kiri saya menjadi ‘hingar bingar’ dipenuhi keinginan untuk menulis dan menulis lagi. Pendek kata setelah momen itu menulis menjadi kegiatan yang paling spektakuler hingga saat ini !

Menulis adalah salah satu bentuk ekspresi manusia yang wajar. Dia hadir saat manusia merasa gembira, merasa sedih dan berbagai ekspresi lainnya.

Continued…

Posted in Bicara Konservasi.

Tagged with .


Car Free Day di Kampus, Kenapa Tidak?

Pada tanggal  20 Februari 2011 lalu Gubernur Jawa Tengah telah meresmikan  Car Free Day (CFD) jilid 2 untuk kawasan Jalan Pahlawan dan Simpang Lima. Sehingga sekarang masyarakat kota Semarang dapat menikmati kawasan bebas kendaraan bermotor pada hari Minggu pada pukul 06.00 – 09.00 WIB di 3 (tiga) tempat : Jalan Pemuda, Jalan Pahlawan dan Simpang Lima.

Rasa antusias masyarakat Semarang tampak sekali dari kegiatan rutin tersebut. Dari pengamatan saya tiap arena CFD semarak dengan banyaknya komunitas-komunitas yang meramaikannya, dari komunitas sepeda, fotografi, musik, skate board,  sepatu roda, breakdance dan masih banyak lagi.

Sebagai perbandingan, walikota Bogota, Kolombia mengadakan acara yang disebut   ”Ciclovia” atau ”pesta sepeda”, Continued…

Posted in Bicara Konservasi.

Tagged with .


Manajemen Risiko : Kebutuhan Masa Kini Organisasi #5

Jika ditilik secara harfiah, kata risiko (risk) mengandung dua makna, yakni ‘ancaman’ dan ‘peluang.’ Lalu apa yang membedakannya? ‘Peluang’ adalah ‘suatu hal’ yang jika tidak dikendalikan tidak akan menimbulkan kerugian, namun jika dikendalikan akan menjadi nilai tambah. Sementara itu,  ‘Ancaman’ berarti ‘suatu hal’ yang jika tidak dikendalikan dapat menimbulkan kerugian, namun jika dikendalikan dengan baik dapat menjadi nilai tambah. Sebagai kesimpulan, risiko dapat menjadi nilai tambah bagi organiasasi selama dikendalikan dengan baik. Pengendalian risiko inilah yang disebut sebagai ‘manajemen risiko.’

Lalu, apa sih pentingnya manajemen risiko bagi setiap organisasi? Continued…

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with .


“Layanan Satu Pintu” bagi Stakeholders Badan Layanan Umum

Unnes sebagai sebagai salah satu Badan Layanan Umum yang terus menerus melakukan pembenahan kinerja layanannya, perlu memperhatikan unsur-unsur layanan yang sering dituntut pemangku kepentingan (stakeholders) . Unsur-unsur layanan yang dapat dijadikan pertimbangan jika kita akan menerapkan sistem layanan satu pintu adalah :

  1. Keterbukaan/Kemudahan akses terhadap informasi
  2. Informasi Persyaratan & Prosedur
  3. Kesesuaian prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan
  4. Sikap Petugas
  5. Kemampuan & Keterampilan Petugas
  6. Lingkungan Pendukung
  7. Akses terhadap kantor layanan
  8. Waktu penyelesaian layanan
  9. Pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang ditetapkan
  10. Pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran

Continued…

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with , .


Sinergitas : Gaya Kepemimpinan Baru

“Sinergi : memiliki sangka baik, saling percaya, dan menghormati. Serta menemukan dan melaksanakan solusi terbaik.”

Suatu ketika saya membaca tagline tersebut. Tagline sebuah unit kerja di Departemen di Republik ini,  membuat saya merinding. Saya membayangkan betapa dahsyatnya nilai ini apabila semua pegawai di lingkungan Universitas Negeri Semarang (UNNES) mengetahui dan menghayati nilai sinergi dalam kehidupan di kantor. Sehingga orang bijak bilang dengan bersinergi 1+1 bisa sama dengan 100, tetapi tanpa sinergi 1+1 sama dengan 2.

Sinergi berasal dari kata Yunani synergos yang berarti bekerja bersama-sama. Sinergi adalah suatu bentuk/citra dari sebuah proses atau interaksi yang menghasilkan suatu keseimbangan yang harmonis sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang optimum. Ada beberapa syarat utama penciptaan sinergi yakni kepercayaan, komunikasi yang efektif, feedback yang cepat, dan kreatifitas.

Mimpi UNNES naik kelas, perlu kerja keras dari seluruh elemen UNNES. Agar bisa menyatukan seluruh elemen UNNES untuk bahu membahu bekerja sama, perlu kepemimpinan dengan gaya manajemen sinergi. Kepemimpinan yang berusaha membangkitkan kepercayaan antar orang di dalam organisasi. Membangun komunikasi yang tidak ditunda-tunda untuk mencegah distorsi pesan serta membudayakan umpan balik yang cepat sebagai pola hubungan yang erat baik vertikal dan atau horizontal.

Prakteknya, pemimpin mendorong para pegawai untuk mengenal satu sama lain melalui berbagai aktifitas sosial. Mereka diajak berperilaku baik yang tidak menimbulkan kecurigaan dan kekhawatiran pihak lain akan kehilangan posisi atau karirnya. Tidak sekedar para pegawai yang demikian itu, tetapi juga antar manajemen. Kreatifitas serta inovasi digalakkan sehingga memperkuat dan memperkaya sinergisme dalam organisasi.

Penulis membayangkan pemimpin UNNES dengan senyum tulus, berdiskusi di kedai kopi sambil menikmati kopi tubruk ditemani roti bakar yang rasanya nendang. Continued…

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with .


Reviu Alokasi (Pagu) Anggaran : Langkah Penting Unnes Menuju BLU Terkemuka #3

Reviu alokasi anggaran adalah salah satu langkah pelaksanaan Spending Review atau juga dikenal sebagai Public Expenditure Review (PER) dengan tujuan utama adalah peningkatan efisiensi, efektivitas dan value for money dari pengeluaran publik.

Reviu dan analisis terhadap alokasi anggaran dalam RKA-KL dengan fokus utama untuk mengidentifikasi inefisiensi alokasi, duplikasi dan einmalig.

  1. Inefisiensi alokasi : dalam satu program terdapat dua kegiatan dengan output yang sama, atau dalam satu kegiatan terdapat dua komponen kegiatan yang sama
  2. Duplikasi : dalam jika terdapat alokasi anggaran untuk jenis kegiatan yang sama pada dua tempat
  3. Einmalig : kegiatan yang dilaksanakan hanya satu kali dalam satu tahun anggaran, contoh penyusunan Masterplan, Rencana Induk Pengembangan, Renstra, Detail Engineering Design (DED) dll

Urgensi perlunya reviu alokasi anggaran dalam pelaksanaan anggaran Unnes adalah adanya indikasi-indikasi :

  1. Penyerapan belanja, khususnya belanja barang dan modal kurang optimal dan cenderung menumpuk pada akhir tahun anggaran
  2. Kualitas belanja operasional lebih besar dari pada belanja modal atau belanja pelayanan langsung kepada publik, akibatnya terjadi pemborosan, inefisiensi dan tidak terukurnya pengaruh belanja terhadap kualitas layanan publik.

Continued…

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with .


Monitoring dan Evaluasi, Sudahkah Jadi Kebutuhan?

Selama ini kegiatan monitoring dan evaluasi selalu ada dalam list rencana kerja sebuah unit kerja. Tapi selama ini pula rasanya kegiatan monitoring dan evaluasi hanya bersifat pelengkap, formalitas tahap kegiatan atau bahkan yang ironis dijadikan item kegiatan yang prioritasnya paling buncit. Bisa jalan bisa juga tidak, tergantung waktu tersisa. Alhasil kita sering kerepotan tatkala harus memberikan laporan kegiatan secara utuh, apalagi jika program/kegiatan tersebut dimonitoring dan dievaluasi secara nasional oleh tim monev khusus.

Secara teoritik monitoring merupakan aktivitas internal program/kegiatan yang dirancang untuk mengidentifikasi feedback konstan pada setiap progres dari program/kegiatan tersebut, termasuk masalah-masalah yang dihadapi dan efisiensi dari implementasi program/kegiatan.  Selain itu monitoring juga merupakan proses berkelanjutan yang dilakukan dengan mengumpulkan informasi-informasi mengenai apa yang telah direncanakan dalam sebuah program/kegiatan, termasuk di dalamnya adalah asumsi-asumsi atau faktor-faktor eksternal dan efek samping dari terlaksananya program/kegiatan tersebut, baik itu positif maupun negatif. Monitoring lebih dimaksudkan untuk  menilai apakah sumber program/kegiatan (input) akan dilaksanakan dan digunakan dalam menghasilkan output yang dituju dan ditargetkan.

Sementara itu evaluasi merupakan Continued…

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with .


Akreditasi = Harga Diri

Mencari sebuah status tidak hanya terjadi pada manusia saja, akan tetapi hal tersebut juga terjadi pada institusi pendidikan, yaitu perguruan tinggi. Dalam hal ini status yang dicari oleh perguruan tinggi lebih pada status akan kualitasnya dalam berbagai sudut pandang. Untuk mendapatkan status tersebut perguruan tinggi biasanya melakukan sebuah proses yang dinamakan akreditasi.Akreditasi merupakan salah satu bentuk penilaian (evaluasi) mutu dan kelayakan institusi perguruan tinggi atau program studi yang dilakukan oleh organisasi atau badan mandiri di luar perguruan tinggi.

Akreditasi institusi dan prodi merupakan isu yang sensitif, saking sensitifnya sering disamarkan publikasinya, cenderung disimpan. Publik tak pernah diberi kesempatan untuk melihat “nilai dan posisi”  mereka sendiri dalam mengelola institusi yang bergerak di layanan bidang pendidikan. Artinya tak pernah diberi ruang untuk punya “sense of crisis” dan “sense of belonging” atas capaian tersebut. akhirnya kerja pencapaian akreditasi menjadi pekerjaan orang per orang atau Tim Adhoc saja, bukan kerja sinergis seluruh civitas akademika.

Akreditasi merupakan suatu proses dan hasil. Sebagai proses, akreditasi merupakan upaya Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) untuk menilai dan menentukan status kualitas institusi perguruan tinggi berdasarkan standar mutu yang telah ditetapkan.  Sebagai hasil, akreditasi merupakan status mutu perguruan tinggi yang diumumkan kepada masyarakat.

Banyak hal yang membuat kebutuhan akreditasi itu menjadi tak bisa ditawar-tawar. Kebutuhan akan akreditasi di jurusan/prodi sangat mendesak sekali. Sanksi yang akan dikeluarkan oleh Ditjen DIKTI (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) pada jurusan /prodi yang belum terakreditasi bisa beragam, mulai dari tidak bisa mewisuda lulusan, diasuh oleh jurusan lain, pencabutan ijin, sampai penutupan prodi, tergantung dari hasil evaluasi d DIKTI.

Undang-Undang 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi (Dikti), mengamanatkan bahwa mulai        10 Agustus 2014, ijazah dikatakan legal jika dikeluarkan oleh kampus yang institusi dan prodinya terakeditasi. Jika prodinya saja yang terakreditasi, ijazahnya dianggap “ijazah bodong”.

Continued…

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with .


Bukan (Untuk) Sembarang Dual Degree

 

Fenomena menarik saat ini adalah banyak perguruan tinggi baik negeri swasta yang berlomba-lomba membuka program gelar ganda (dual degree) antara perguruan tinggi di dalam negeri dengan perguruan tinggi di luar negeri. Tentunya dengan dalih kuat sebagai cara jitu memposisikan perguruan tinggi tersebut untuk mencapai World Class University (WCU). Program ini merupakan program unggulan suatu perguruan tinggi yang diharapkan mampu membekali mahasiswanya dengan berbagai instrumen pendukung profesionalisme, yang tidak hanya terfokus pada satu bidang disiplin ilmu tertentu, tetapi juga mempunyai kemampuan menyelesaikan problem dengan pendekatan multi disiplin dan multi skill dengan masa studi relatif singkat dan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja global.

Secara makro program gelar ganda ini diupayakan berefek menstimulasi peningkatan mutu pendidikan tinggi di Indonesia, baik dari aspek tenaga pendidiknya, mahasiswa maupun Kementerian Pendidikan Nasional pada umumnya.

Sesuai Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.26 Tahun 2007 tentang Kerjasama Perguruan Tinggi ada 9 (sembilan) bentuk kerjasama luar negeri perguruan tinggi yang diatur, yaitu : a. Kontrak Manajemen; b. Program kembaran; c. Program gelar ganda (dual degree); d. Program pemindahan kredit; e. Tukar menukar dosen dan/atau mahasiswa dalam kegiatan akademik; f. Pemanfaatan bersama sumber daya dalam kegiatan akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat; g. Penerbitan bersama karya ilmiah; h. Penyelenggaraan bersama pertemuan ilmiah atau kegiatan ilmiah lain; dan/atau i. Bentuk kerja sama lain yang dianggap perlu untuk meningkatkan kinerja perguruan tinggi.

Yang sering terjadi dalam prakteknya adalah kerancuan perguruan tinggi dalam memilih bentuk yang tepat, contohnya : rancu antara Program kembaran-Program gelar ganda-Program pemindahan kredit .

Continued…

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with .


Menuju Masyarakat Unnes yang “Peduli Anggaran” #4

Sejak mendeklarasikan dirinya sebagai “Universitas Konservasi” , perkembangan Unnes makin pesat baik secara fisik maupun non fisik secara nyata. Membanggakan tentunya.

Ruang perkuliahan yang makin modern, taman-taman di lingkungan kampus, tugu, embung, jalan untuk pedestrian, ribuan pepohonan dan sepeda-sepeda yang “muncul” seiring dengan makin kuatnya tag-line yang dipopulerkan Unnes kepada masyarakat global tersebut. Konsekuensi dari “mimpi besar” itu adalah anggaran biaya yang harus dikeluarkan untuk mensukseskannya. Biaya pengadaan, operasional serta pemeliharaan menjadi tanggungjawab yang tak terhindarkan di masa depan.

Biaya-biaya tersebut tentu mengharuskan manajemen Unnes melihat berapa penerimaan Unnes yang diperoleh setelah mengubah statusnya menjadi Badan Layanan Umum (BLU) dibanding dengan pengeluaran untuk mewujudkan mimpi besar Unnes tersebut

Status BLU yang dipilih Unnes membawa konsekuensi pengelolaan keuangan yang mandiri dan fleksibel dengan menggunakan prinsip ekonomi, produktif, dan praktek bisnis yang sehat.

Menjadi sebuah persoalan ketika pengeluaran untuk membiayai ”mimpi” tersebut lebih besar dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh. Kata pepatah : besar pasak daripada tiang. Tentu hal ini harus dihindari dan menjadi kendali diri bagi jajaran manajemen Unnes dalam pengelolaan anggaran dan keuangannya.

Sebagian besar dari kita tentunya sangat memperhatikan menjaga kesehatan dan secara periodik melakukan pengecekan terhadap kualitas kesehatan fisik kita. Kalau ada di antara kita yang tidak peduli, atau pernah tidak peduli dengan kesehatan, boleh jadi pernah pula mengalami penyesalan. Misalnya, saat kita masuk rumah sakit atau paling tidak mesti ke dokter karena kondisi kesehatan menurun. Implikasinya bukan saja produktivitas menurun, tetapi juga harus mengeluarkan biaya perawatan yang pada gilirannya mengganggu stabilitas keuangan.

Menjaga kesehatan sebenarnya bukan hanya berlaku terhadap fisik, namun juga bagi keuangan kita. Dengan kata lain, dilakukan “pemeriksaan” rutin terhadap perkembangan keuangan kita. Apakah kondisinya stabil, menurun atau mengalami peningkatan kinerja.

Saat tepat untuk melakukan “pemeriksaan” kesehatan Continued…

Posted in Tulisan Utama.

Tagged with .




Lewat ke baris perkakas