Falling You Again, Sebuah Kepingan Masa Lalu Yang Selalu Hadir

Snapshot - 7

“Braaakkk…” Suara handphoneku jatuh dari tempat tidurku yang akhirnya membangunkanku dari sebuah mimpi. Entah mimpi buruk atau mimpi indah, aku sendiri bingung mendapat mimpi seperti itu. Bukan sekedar bunga tidur penghias malam, melainkan sepenggal masa laluku. Ya, masa lalu bersama seorang perempuan Boyolali yang aku kenal melalui facebook. Mimpi itu memang nyata, masa-masa bersamanya terasa sangat hangat dan nyata dalam mimpiku itu. Penggalan kisah yang hadir dalam mimpiku itu aku sendiri masih mengingatnya dengan jelas meski dalam benakku yang lain aku ingin sekali menghapusnya secara abadi dan melupakan sosok yang sudah dan selalu membayangi hidupku tiga tahun belakangan ini.

Solo, Sabtu 8 Desember 2012
Aku seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Hampir 4 jam sejak kedatanganku di terminal Tirtonadi aku menunggunya. Kini aku hanya duduk termangu di sebuah taman, persis di depan pintu utama terminal Tirtonadi. Memandangi bus-bus yang lalu-lalang dan beberapa membawa para pelajar yang hendak ke sekolah mereka. Aku baru sadar sebenarnya hari ini masih hari sekolah, tapi berhubung SMA tempatku bersekolah baru saja melaksanakan UAS dan sedang ada acara classmeeting yang artinya tanpa absen jadi tidak masalahku membolos sekali-kali, demi dia. Jam di lengan kananku hampir menunjukan delapan lebih seperempat, namun sosok yang aku tunggu belum kelihatan batang hidungnya. Dalam penantianku, aku sendiri aku ragu. Bukan karena aksi nekatku yang pergi ke Solo seorang diri dan pertama kalinya. Akan tetapi sosok perempuan yang kini menjadi tambatan hatiku enam bulan belakangan ini. Dan ini pertama kalinya kami bertemu secara langsung. Memang terdengar gila bagi orang lain, namun demi sebuah janji untuk hari ini bertemu dengannya. Aku sesekali memandangi jalan raya, menebak sosoknya di antara kendaraan yang melaju ke arahku. Sudah beberapa sms aku kirim padanya sejak jam tujuh pagi.
“Nda…Aku udah nyampe dari jam 4, aku tunggu depan terminal yang ada tamannya. Owh ya, aku pake jaket warna abu-abu”
Setengah jam kemudian dia baru membalas smsku.
“Iya Nda, sabar yah. Aku nganter bapakku dulu yah. Habis itu baru aku jemput kamu ya. Sabar yah sayang, bentar lagi kita ketemu O.k.”
Kini hampir satu jam sejak balasan smsnya dan aku mulai gelisah. “Apa ini sia-sia saja, apa ini cuma kebohongan belaka, apa dia benar-benar akan datang?” pertanyaan-pertanyaan ini yang memenuhi otakku hampir satu jam ini.
Perempuan dengan helm ungu
Ketika aku sedang menyibukan diri dan membuang gelisah menunggunya, tiba-tiba sebuah honda blade warna orange dengan seorang perempuan berhelm ungu menghampiriku.
“Nda, ini kamu beneran kan?”
“Hmmm…iya, Ecca yah?”
“Iyah, maaf lama ya. Udah nunggu lama?”
“Lumayan, baru sejam di sini”
“Yuk, jalan-jalan terus cari hotel. Kamu pasti belum mandi kan?”
“Iyah”
Meski awalnya ragu, akhirnya aku memboncengnya. Dalam benakku, aku terkekeh sendiri “Hehe…ternyata beda jauh sama yang di foto”. Entah aku dibawa ke mana, aku sendiri sebelumnya sama sekali tidak pernah menginjakan kaki di kota Solo. Kalau pernah itu pun hari ini untuk yang pertama kalinya. “Nda? Kamu kenapa? Kamu sakit?” tiba pertanyaannya membuyarkan lamunanku.
“Enggak kok, risih aja belum mandi udah diajak jalan sama cewek”
“Iyah, bentar aku cari hotel yang agak murah, abis itu kamu mandi sama istirahat. Baru kita jalan lagi cari makanan yah?”
“Iyah”
“Beda banget pas ditelfon, bawel banget. Giliran ketemu orangnya pendiem banget”
“Enggak kok, masih nerveous aja, kan baru pertama ketemu langsung sama kamu Nda”
Kami akhirnya sampai di daerah Colomodu, tepatnya sebelah barat bandara Adi Soemarmo. Di sepanjang kanan dan kiri jalan berjajar rapi hotel-hotel kelas melati yang pastinya harganya jauh lebih murah daripad hotel berbintang.
Hotel Jonggrang
Sebuah hotel yang bernama hotel Jonggrang menjadi pilihannya. Setelah bertanya kepada penjaga hotel masih ada kamar yang kosong dan berapa harganya akhirnya dia memutuskan hotel ini menjadi rumahku selama dua hari di Solo. Dia memilih ruangan sebelah pojok dengan jendela di sebelah samping pintu masuk. Sebuah kamar berukuran empat kali lima meter dengan kamar mandi di dalamnya.
“Nda, mandi dulu sono. Katanya pengin mandi? Yang wangi yah?”
“Iya, bentar yah? Gak ada satu jam kok”
Setengah jam kemudian aku keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian. Ketika aku sedang menghitung uang yang tersisa dompetku. Aku terkejut ada sesuatu yang hangat melekat di punggungku. Aku semakin terkejut menyadari dia sudah mendekapku dengan erat.
“Nda…ngobrol bentar yuk? Aku kangen banget sama kamu dan akhirnya kita bisa ketemu juga. Aku gak nyangka kamu bakalan nepatin janjimu. Aku seneng nda, aku seneng banget nda. I love you”
“Iya nda, aku juga aku seneng akhirnya kita bisa ketemu juga. I love you too nda. Tapi nda?
“Selama kamu di sini jangan mikirin yang lain, hotel, makan, tiket bus buat balik apalagi mikirin cewek lain selain aku”
“Kamu ternyata lebih cakep aslinya daripada di foto keliatan jelek” tangannya mulai membelai lembut wajahku dan kami saling bertatapan satu sama lain.
Hanya sepenggal kisah dan kenangan
Aku mengambil handphoneku yang terjatuh dan kemudian melihat jam setelah membuka layar handphoneku. Ternyata baru pukul satu pagi, artinya aku baru tidur sekitar tiga jam. Akan tetapi mata ini sulit dipejamkan kembali. Hanya ada penggalah kisah dan kenangan itu yang kini aku pikirkan. Masih teringat secara jelas olehku apa yang terjadi setelah kami bertatapan dan dia membelai lembut wajahku.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: