Review “Suku Terasing” di Tengah Kota

de607a296571701e1da54a5320c23c3ePada umumnya daerah perkotaan padat bangunan, tempat usaha, dan prasarana umum.Tetapi tidak di kawasan Cibubur, dimana sebidang tanah pun masih menjadi lahan pertanian.

Tiap kali lahan tersebut digusur para petani umumnya tidak keberatan karena merekapun tidak tahu siapa pemiliknya.Menurut Semiarto seorang pengajar antropologi UI yang sering mendatangi lahan seorang petani di Cibubur, kota tersebut adalah tempat mereka membawa tradisi bertani yang ada di desa ke tengah kota.Semiarto tidak hanya berkutat pada satu wilayah saja tetapi juga ke tempat berladang di kota dan melihat interaksi seorang petani dengan warga disekitarnya

“Fenomena suku terasing di kota itu wajar”, ujar Semiarto, karena bila seseorang yang berdatangan ke kota dan tidak bisa mengikuti standar hidup di wilayah barunya, mereka akan terasing/termarjinalisasi, fenomena tersebut merupakan salah satu fenomena antropologi yang jauh dari bayangan orang tentang kajian antropologi.Masyarakat yang selalu berkembang menyebabkan teori juga ikut berkembang.Di Indonesia sendiri ilmu antropologi mulai berkembang pada tahun 1957, sejak dibukanya jurusan antropologi di UI, padahal di Negara barat ilmu tersebut sudah ada sejak abad ke-20.Bahkan sejak abad 15 dan 16, orang eropa sudah melakukan kegiatan yang terkait dengan penelitian dalam antropologi, yaitu mencatat berbagai ciri fisik, budaya, susunan masyarakat, yang kemudian disusun menjadi karangan.Dan antropologi pun mulai bertujuan akademis.Ketika orang Eropa menjajah benua lain, mereka mencari bahan-bahan etnografi untuk menemukan kelemahan suku asli dan menaklukannya.

Seiring berjalannya waktu, antropologi semakin berkembang, ditandai dengan munculnya berbagai variatif pengkajian antropologi, seperti antropologi psikologi, perkotaan, ekonomi, politik, agama, hingga kesehatan.Emmed Prioharyono menjelaskan bahwa antropologi sangatlah perlu di era globalisasi, karena perubahan pasti akan dialami oleh masyarakat, agar perubahan sesuai aspirasi dan jati diri masyarakat tidak tersesat, antropologi sangatlah berperan strategis.

Secara institusional, antropologi di Indonesia berkembang lamban, berbeda dengan Eropa, yang penelitian lapangannya didukung pendanaan yang memadai.Bahkan masih ada keraguan terkait bursa kerja bagi lulusannya, da nada ula yang menganggap antropologi merupakan ilmu yang tidak aplikatif.Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Antropologi masih dirasakan asing bagi masyarakat yang menganut paham pragmatism, karena bahkan di tengah kota pun antropologi jadi “suku terasing”, begitulah gambaran mengenai ilmu antropologi di Indonesia.

1 comments

  1. keren gan..

Leave a Reply

Your email address will not be published.

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: