Etnomedicine Masyarakat Dayak

Tulisan ini merupakan tugas kuliah pada mata kuliah Antropologi Kesehatan. Mata kuliah tersebut peroleh pada semester 5. Dalam tulisan ini menjelaskan bagaimana etnomedicine dalam masyarakat Dayak.

Konsep sehat dan sakit dalam suatu masyarakat berbeda-beda, karena konsep tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial masyarakat sekitar. Sehat menurut masyarakat Dayak adalah suatu kondisi dimana seseorang berada dalam kondisi normal baik secara fisik maupun non fisik. Sedangkan konsep sakit dalam masyarakat dayak adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat beraktivitas seperti biasanya dalam kehidupan sehari-hari dan tidak bisa melaksanakan perannya dalam masyarakat. Karena adanya penyakit yang berat dan sulit disembuhkan oleh ahli. Seperti sebagian tubuhnya tidak bisa digerakkan.

Dalam konsep etiologi penyakit, penyebab penyakit masyarakat dayak bersifat personalistik. Dimana penyakitnya disebabkan oleh adanya gangguan dari manusia maupun makhluk gaib. Gangguan manusia seperti dukun, tukang sihir, tukang tenung. Sedangkan makhluk gaib seperti hantu, roh jahat, leluhur. Penyebab penyakit ini bersifat magis. Penyembuhannya yaitu dengan mantra dan sesaji.

Sistem perawatan kesehatan yang dilakukan di masyarakat dayak yaitu ritual balian. Ritual tersebut dilakukan oleh masyarakat yang memiliki sakit berat dan tak kunjung sembuh. Terdapat dua ritual belian yaitu Balio dan Sentiyu. Kedua ritual balian tersebut dilakukan di desa yang berbeda. Pada ritual balian pertama, si sakit menderita sakit setengah tubuhnya tidak bisa digerakkan mulai dari pinggang sampai kaki. Menurut Pemelian yaitu orang yang ahli dalam ritual belian, sakit yang diderita akibat rohnya hilang disuatu tempat. Maka dari itu perlu adanya ritual belian agar rohnya kembali. Dalam ritual belian tersebut dilakukan di rumah si sakit, dengan menyiapkan berbagai perlengkapan seperti berbagai alat musik dan sesaji. Sesaji tersebut disiapkan sesuai dengan keluhan dan penyakit yang diderita. Ritual tersebut dilakukan pada malam hari dan dilakukan oleh tiga pemelian dengan menari-nari mengelilingi sesaji tersebut utuk mencari arwah. Setelah proses tersebut selesai pemelian memberikan minum air putih kepada si sakit. Ritual tersebut dilakukan tiga kali jika belum sembuh dapat sampai 40 hari.

Ritual balian kedua yaitu sentiyu, sedikit berbeda dengan ritual yang pertama disini pemelian terdiri dari dua orang. Pasien berbaring diatas tandu dan dibekali dengan patung toga, tubuhnya diolesi oleh minyak. Pemelian mulai melakukan ritual dengan keluar rumah dan masuk ke dalam hutan untuk memanggil arwah dengan peluit. Hal tersebut dilakukan agar arwah yang dipanggil masuk ke tubuhnya. Setelah arwah tersebut masuk ke tubuh pemelian kembali ke rumah dan mulai menyedot beberapa bagian tubuh pasien. Kemudian dikeluarkan peluh, yaitu butiran batu kecil berwarna hitam yang berasal dari menyedo tubuh pasien. Jadi sistem perawatan medis belian masyarakat dayak masih menggunakan kegiatan kedukunan dan percaya bahwa penyembuhannya dilakukan dengan ritual belian.

Sumber referensi:

Samanta, Gloria. 2014. Mantra Balian dari Penjaga Tradisi Hulu Mahakam. https://nationalgeographic.co.id/berita/2014/09/mantra-belian-dari-penjaga-tradisi-hulu-mahakam

Tulisan ini dipublikasikan di Artikel Kuliah Sosant. Tandai permalink.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Kode Akses Komentar:

* Tuliskan kode akses komentar diatas: